Kedubes Perancis Tawarkan Special Design untuk Peneliti UIN Jakarta

Kedubes Perancis Tawarkan Special Design untuk Peneliti UIN Jakarta

[caption id="attachment_12372" align="alignright" width="300"]Kedubes Perancis Rektor UIN Jakarta Prof Dr Dede Rosyada MA bersama tiga delegasi Kedubes Peracis membahas skema penelitian UIN Jakarta dengan beberapa universitas di Perancis, Selasa (9/8/16).[/caption]

Gedung Rektorat, BERITA UIN Online-- Dalam rangka merealisasikan nota kesepahaman kerja sama penelitian antara UIN Jakarta dengan beberapa universitas di Perancis, Kedutaan Besar Perancis di Jakarta menawarkan special design untuk peneliti UIN Jakarta.

Melalui Atase Kerjasama Ilmiah Prof Dr Nicolas Gascoin, Wakil Atase Kerjasama Ilmiah Hadyan dan Direktur Institut France Indonesia Syarah Andriani yang berkunjung ke UIN Jakarta pada Selasa (9/8/16), Kedubes Perancis menyampaikan skema penelitian selama 6 bulan di Indonesia dan 6 bulan di Perancis untuk satu orang peneliti.

“Kami sudah mengirimkan proposal ke 11 Universitas di Perancis terkait kerjasama penelitian dengan UIN Jakarta,” ujar Nicolas Gascoin di hadapan Rektor UIN Jakarta Prof Dede Rosyada MA, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Prof Dr M Arskal Salim Arskal Salim, Kepala Pusat Penelitian dan Penerbitan (Puslitpen) Wahdi Sayuti MA, Kepala Pusat Layanan Kerjasama Internasional (PLKI) Rachmat Baihaky MA, para Kepala Biro dan sejumlah dekan fakultas di Ruang Sidang Utama lantai 2 Gedung Rektorat.

Menanggapi hal tersebut, Dede menyambut baik rencana kerja sama penelitian yang ditawarkan karena dibangun berdasarkan skema yang seimbang sesuai dengan prosedur yang berlaku di UIN Jakarta.

“Skema seperti ini aman dari segi regulasi dan pembiayaan. Saya harap LP2M dan Puslitpen bersama PLKI dapat membuat dua model, pelatihan dan penelitian,” ujar Dede.

Pada kesempatan yang sama, Ketua LP2M Arskal Salim menyarankan juga untuk membuat quotation tahun ini agar dapat dimasukkan ke anggaran untuk tahun depan.

“Penelitian merupakan aspek penting bagi UIN Jakarta untuk mendapatkan pengakuan internasional, sehingga hal seperti ini akan menjadi prioritas,” tegasnya.

Untuk itu, lanjutnya, UIN Jakarta dapat meminta funding dari Kementerian Agama (Kemenag) karena hal ini terkait kolaborasi antara Kemenag dan juga peneliti Perancis. Terlebih, pada bidang Sains dan Teknologi sangat dibutuhkan banyak pembiayaan, tidak seperti dengan bidang-bidang lainnya.

Dalam pertemuan tersebut diinformasikan dua agenda penting yang akan dilakukan terkait penelitian, yaitu penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) INSA–France (Fakultas Sains dan Teknologi di Indonesia) pada Desember 2016 yang akan dihadiri Menteri Luar Negeri Perancis dan pertemuan dengan IRTI–UIN–France untuk mendapatkan Counterpart Budget. (mf)