Inilah Tips Menulis dari Italo Calvino

Inilah Tips Menulis dari Italo Calvino

Italo Calvino adalah seorang jurnalis dan penulis berkebangsaan Italia. Beberapa bukunya yang terkenal: Our Ancestors, Cosmicomics, Invisible Cities, dan If on a Winter’s Night a Traveler. Calvino memperoleh banyak penghargaan untuk buku-bukunya, baik di Italia maupun di luar Italia. Wawancara berikut adalah hasil terjemahan bebas saya untuk sebuah artikel di The Paris Review. Saya tidak menerjemahkan keseluruhan wawancara tersebut, hanya mengambil bagian-bagian yang menurut saya penting. Ada beberapa hal bagus tentang menulis yang mungkin berguna bagimu dan tentu saja bagi saya sendiri. Selamat menikmati.

Bagaimana caramu menulis?

Aku menulis menggunakan pulpen dan kertas dan sering sekali melakukan revisi. Bisa kubilang, aku lebih banyak merevisi tulisanku sendiri ketimbang menulisnya. Saat bicara, aku harus berusaha keras menemukan kata-kata yang tepat, begitu pula saat aku menulis. Lalu aku akan menulis catatan tambahan dan beberapa interpolasi dan aku melakukannya dengan tulisan yang kecil-kecil. Ada saatnya bahkan aku tak bisa membaca tulisanku sendiri, jadi aku menggunakan kaca pembesar untuk melihat dengan jelas apa sebetulnya yang sudah kutulis. Aku punya dua bentuk tulisan tangan yang berbeda. Yang pertama dengan huruf-huruf besar dan jelas; aku menulis seperti ini ketika menyalin atau saat aku sudah yakin dengan apa yang kutulis. Yang kedua adalah tulisan dengan huruf-huruf yang kecil dan halus dan sulit untuk kubaca.

Halaman-halaman yang kutulis selalu dipenuhi dengan garis-garis coretan dan koreksi. Aku cukup banyak membuat manuskrip dengan tulisan tangan. Setelah manuskrip pertama selesai, aku mulai mengetik. Setelah aku melihat versi ketikannya, aku menemukan deretan teks yang terasa sama sekali berbeda dengan sebelumnya, dan aku membuat koreksi lagi. Pada setiap halamannya, aku mencoba merevisi dengan menggunakan mesin tik, lalu aku mengoreksinya lagi dengan tulisan tangan. Seringkali, saking banyaknya koreksi, manuskripku jadi sulit dibaca sehingga aku mengetiknya ulang. Aku iri dengan penulis-penulis yang bisa melanjutkan tulisannya tanpa melakukan koreksi.

Apa kau menulis setiap hari atau hanya pada hari-hari dan jam-jam tertentu?

Secara teori, aku ingin menulis setiap hari. Namun, di pagi hari aku selalu mencari alasan untuk tidak menulis: Aku harus pergi keluar membeli koran atau membayar iuran. Aku selalu menyia-nyiakan pagiku sehingga akhirnya aku baru mulai menulis di siang hari. Aku bisa menulis di malam hari, tapi ketika aku melakukannya aku jadi tidak bisa tidur. Jadi aku menghindarinya.

Apa kau selalu membuat daftar yang spesifik untuk kau tulis? Atau kau menulis banyak hal dalam satu waktu?

Aku selalu punya banyak proyek menulis yang kubuat sendiri. Aku punya daftar dua puluh buku yang ingin kutulis, tapi ada saatnya dimana aku sudah menentukan bahwa aku akan menulis buku itu. Aku hanyalah novelis musiman. Kebanyakan bukuku berasal dari tulisan-tulisan yang sangat singkat, cerita-cerita pendek, atau di kasus lain buku-bukuku memiliki satu ide yang utuh namun dibentuk dari beragam teks yang berbeda. Menulis sebuah buku yang didasari sebuah ide dasar sangat penting bagiku. Aku menghabiskan begitu banyak waktu untuk merancang bukuku, membuat beberapa outline yang ternyata tak berguna apapun untukku dan kemudian aku membuangnya. Hal yang menentukan sebuah buku ya tulisannya, materi yang mewujud pada halaman-halamannya.

Aku sangat lambat saat memulai menulis. Jika aku mendapatkan ide untuk novel, aku selalu menemukan alasan untuk tidak mengerjakannya. Jika aku mengerjakan kumpulan cerita atau tulisan-tulisan pendek, ada waktu-waktu tertentu untuk memulai setiap tulisan itu. Bahkan saat menulis sebuah artikel pun aku memulai dengan sangat lambat. Namun, saat aku sudah berhasil memulai, aku menulis cukup cepat. Dengan kata lain, sebetulnya aku menulis dengan cepat, tapi aku punya satu periode blank yang panjang. Kau tahu, seperti pada cerita-cerita tentang seorang seniman Cina yang hebat: raja memintanya untuk menggambar seekor kepiting, lalu si seniman menjawab “Aku butuh sepuluh tahun, sebuah rumah besar, dan dua puluh pelayan.” Sepuluh tahun berlalu, dan raja memintanya untuk menggambar seekor kepiting. “Aku butuh waktu dua tahun lagi,” kata si seniman. Setelah dua tahun, dia minta waktu lagi beberapa minggu. Dan akhirnya, dia mengambil pena dan mulai menggambar kepiting dengan gesit.

Bagaimana kau memulai tulisanmu, dengan mengumpulkan ide-ide kecil yang tak saling berkaitan, atau sebuah konsep besar yang kemudian kau isi dengan detil-detil cerita?

Aku memulai tulisanku dengan membayangkan sebuah gambar kecil, kemudian memperbesarnya.

Kau sempat tinggal di beberapa kota yang berbeda, berpindah-pindah dari Roma ke Paris ke Turin dan akhirnya ke rumahmu di dekat laut ini. Apakah tempat-tempat di mana kau sedang tinggal memberi pengaruh terhadap tulisan yang sedang kau kerjakan?

Rasanya tidak, ya. Pengalaman saat tinggal sehari-harinya di sebuah tempat mungkin akan memberi kontribusi ide terhadap apa yang sedang kau tulis, tapi tidak berpengaruh apakah kau sedang tinggal di sini atau di sana saat menulis sesuatu. Saat ini, misalnya, aku sedang menulis sebuah buku yang berkaitan dengan rumahku di Tuscany, tapi aku bisa terus menulis saat aku tinggal di tempat lain.

Apa kau bisa menulis di kamar hotel?

Aku pernah berkata bahwa kamar hotel adalah ruangan yang ideal untuk menulis: sepi dan tak terhuni. Tak ada surat-surat yang perlu kujawab dan tak banyak hal lain yang harus kulakukan. Dengan demikian, kamar hotel betul-betul ideal untuk menulis. Namun, ternyata aku membutuhkan ruang yang benar-benar milikku sendiri, mungkin sebuah goa. Meskipun, saat aku merasa ide-ide tulisan telah mewujud sangat jelas di dalam kepalaku, aku bisa saja menulis di kamar hotel.

Apa kau membawa bloknot dan pulpen saat bepergian?

Ya, aku sering membawa-bawa bloknot dan outline tulisan. Selama sepuluh tahun belakangan, outline telah menjadi semacam obsesi bagiku.

Apakah novelis adalah para pembohong? Jika mereka bukan pembohong, kebenaran seperti apa yang mereka sampaikan?

Novelis menyampaikan sekeping kebenaran yang tersembunyi di dasar setiap kebohongan. Bagi seorang psikoanalis, tidak penting apakah kau berbohong atau tidak, sebab kebohongan juga hal yang menarik dan sebetulnya menyingkap kebenaran.

Apa yang seharusnya seorang penulis lakukan: menulis hal yang mereka tahu, atau menulis hal yang seharusnya?

Penulis menulis hal-hal yang mereka tahu. Aksi menulis adalah sebuah fungsi yang hanya efektif jika penulis mengekspresikan bagian terdalam dirinya. Seorang penulis akan menemukan batasan-batasan dalam aturan fiksi, misalnya jumlah baris dalam sebuah sonet, atau pakem-pakem pada prosa klasik. Bagian struktur yang seperti ini dapat ditangani oleh seorang penulis dan dia dapat membebaskan dirinya di dalam tulisannya lewat batasan-batasan itu. Kemudian, ada batasan-batasan sosial seperti agama, etika, dan hal-hal politis. Perihal seperti ini tidak bisa ditampilkan begitu saja di sebuah buku, melainkan harus melalui saringan dari si penulis sendiri. Hanya ketika hal-hal tersebut menjadi bagian dari diri si penulis sendiri lah, dia bisa memasukkan poin-poin itu tanpa terkesan memaksakannya. *** (lrf/Edy E)