Hans Kung: Etika Global untuk Kelangsungan Hidup Umat Beragama

Hans Kung: Etika Global untuk Kelangsungan Hidup Umat Beragama

Aula Pascasarjana, UIN Online – President of Global Ethic Foundation Prof Hans Kung mengatakan, istilah global ethic atau etika global yang diusung bukanlah sebuah ideologi atau suprastruktur baru dalam kehidupan umat beragama. Global ethic menurut Hans Kung tidak lain adalah nilai minimum yang dibutuhkan umum, standar dan sikap dasar dalam kehidupan umat beragama.

“Etika global adalah standar umum atau standar minimum yang harus dimiliki dalam kehidupan umat beragama,” papar Hans Kung dalam kuliah umum bertajuk “Pluralism, A Global Ethic; Searching a Common Ground” yang digelar Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta di Geduang Aula Pascasarjana, Selasa, (27/4).

Dengan kata lain, Hans Kung melanjutkan, Etika Global dapat diterapkan sebagai sebuah konsensus dasar minimal yang berkaitan dengan nilai-nilai yang mengikat, standar yang  tidak dapat dibatalkan dan sikap moral, yang dapat ditegaskan oleh semua agama bahkan yang tidak beragama sekalipun.

“Sangat konyol jika dalam tatanan pluralisme, etika global dipertimbangkan sebagai pengganti Taurat, Khotbah, Alquran, Bhagavadgita atau wacana Buddha,” kata Hans Kung.

Dalam presentasinya, Hans Kung menyatakan tidak akan ada kelangsungan hidup dunia kita tanpa etika global. Hal itu berarti tidak akan ada perdamaian antara bangsa-bangsa tanpa perdamaian antara agama-agama.

Pada Intinya, Hans Kung menegaskan,  etika global mengajarkan bahwa kedamaian di antara agama-agama di dunia tidak akan tercipta  tanpa dialog yang diplomatis dan kerjasama antar agama atau peradaban dengan pikiran terbuka dan toleransi.

Selain itu, Prof Mulyadi Kartanegara sebagai komentator dalam kuliah umum tersebut, menambahkan, konsensus nilai-nilai etika global akan menjadi kontribusi yang menentukan untuk mengatasi krisis orientasi, yang menjadi masalah global yang nyata.

Turut hadir dalam Kuliah umum tersebut, Rektor UIN Jakarta Prof Dr Komaruddin Hidayat, Direktur International Center for Islam and Pluralism Dr Syafi’i Anwar, Deputi Direktur Bidang Akademik dan Kerjasama Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta Dr Fuad Jabali, serta dua orang komentator Prof Mulyadi Kartanegara dan Prof Bambang Pranowo. [] Irma Wahyuni