Hakekat Alam Semesta 2 (Atom)

Hakekat Alam Semesta 2 (Atom)

Democritus (460-390 SM) pertama kali mendeklarasikan asal-usul alam semesta ini adalah atom, sebuah benda atau partikel terkecil. Atom diambil dari bahasa Yunani dari kata ‘atomos yang berarti yang tak bisa lagi dibagi (indivisible). Ia memublikasikan gagasannya bahwa alam semesta ini sesungguhnya tidak lain adalah kumpulan-kumpulan atom.

Namun, belakangan, para ilmuan makin canggih karena masih bisa menemukan bahwa atom masih bisa dipecah atau diurai menjadi inti atom, elektron, proton, dan neutron. Secara kolektif, proton dan neutron tersebut disebut sebagai nukleon (partikel penyusun inti). Elektron pada sebuah atom terikat pada inti atom oleh gaya elektromagnetik, proton yang bermuatan positif dan neutron yang bermuatan netral, kecuali terhadap inti atom (hidrogen-1) yang tidak memiliki unsur neutron.

Hampir sama dengan pendapat gurunya, Aristoteles yang mengatakan bahwa empat elemen dasar, yakni udara, tanah, api, dan air, jika satu sama lain dikombinasikan, maka akan terjadi senyawa-senyawa yang kemudian membentuk berbagai bentuk, termasuk cikal bakal alam semesta ini.

Alquran juga telah mengisyaratkan bahwa atom (zarah) yang oleh demokritos dianggap benda atau unsur terkecil ternyata masih bisa dipecah, sebagaimana ditegaskan dalam ayat: Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari alqurandan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz). (Q.S Yunus/10: 61).

Ayat ini hanya menginyaratkan atom bukan benda terkecil dan bukan juga sebagai sumber atau asal-usul alam semesta. Asal usul alam semesta dalam Alquran sangat jelas berasal dari Allah SWT. Segala sesuatu berasal dari-Nya dan tidak ada suatu apa pun yang tidak berasal dari-Nya. Tidak ada artinya kita berbicara tentang alam semesta tanpa membicarakan diri-Nya karena alam semesta ini sesungguhnya bagian yang tak terpisahkan dari-Nya, bahkan menjadi bagian dari-Nya menurut kalangan sufi.

Jauh sebelum Aristetoles dan Demokritos, konsep atom sesungguhnya sudah pernah diwacanakan pada zaman India kuno pada sekitar 800 SM, sebagaimana ditemukan dalam naskah filsafat Jainisme sebagai anu dan paramanu. Aliran mazhab Nyanya dan Veisesika mengembangkan teori yang menjelaskan bagaimana atom-atom bergabung menjadi benda-benda yang lebih kompleks. Seabad berikutnya baru muncul referensi mengenai atom di Eropa oleh Leukippos yang kemudian disistematisasi oleh muridnya, Demokritos.

Perkembangan selanjutnya, atom sebagai objek dan masa yang sangat kecil, hanya dapat dipantau dengan menggunakan peralatan khusus, seperti mikroskop gaya atom. Lebih dari 99,9% massa atom berpusat pada inti atom dengan proton dan neutron yang bermassa hampir sama. Setiap unsur memiliki satu isotop dengan inti yang tidak stabil, dapat mengalami peluruhan radioaktif. Hal inilah kemudian mengakibatkan transmutasi mengubah jumlah proton dan neutron pada inti atom. Elektro yang terikat pada inti atom mengandung sejumlah aras energi atau orbital yang stabil dan dapat mengalami transisi di antara aras tersebut dengan menyerap atau memancarkan foton yang sesuai dengan perbedaan energi antara aras. Elektron pada atom menentukan sifat-sifat kimiawi sebuah unsur dan memengaruhi sifat-sifat magnetis atom tersebut.

Planet tata surya, khususnya bumi dan makhluk hidup yang ada yang ada di dalamnya semuanya terbentuk melalui proses kimiawi. Melalui analinis mendalam, umur alam semesta bisa diprediksi usia dan batas usia terakhirnya. Misalnya, usia bumi bisa diprediksi melalui penanggalan radiometrik. Helium dalam kerak bumi merupakan produk peluruhan alfa dapat diukur.

Namun demikian, masih banyak misteri yang belum bisa dijelaskan para saintis tentang keberadaan alam semesta ini. Kalangan ilmuan beranggapan asal-usul alam semesta bukan atom sebagai inti, tetapi air yang lainnya mengatakan uap. Lainnya mengatakan, energi dan ada lagi mengatakan conciousne. Kesemuanya akan diungkap secara umum dalam artikel mendatang.

Prof Dr Nasaruddin Umar MA, Guru Besar Ilmu Alquran Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sumber: Republika, 23 Agustus 2019. (lrf/mf)