Guru Itu Harus dari Hati

Guru Itu Harus dari Hati

Jika profesi guru/dosen itu pilihan hidup, maka sudah pasti ada kesadaran kolektif dari lembaga pendidikan untuk selalu berubah, menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat modern. Panggilan hati untuk senantiasa melakukan penguatan kapasitas diri dan peningkatan kompetensi demi sebuah kemajuan pendidikan tidak lagi menunggu saat ada tuntutan administrasi, tetapi kebutuhan yang terus hadir di setiap saat.

Pilihan profesi ini menuntut seseorang terus mengupdate diri, mengevaluasi diri (muhasabah) secara continue, adakah yang kurang atau lebih dari pembelajaran hari ini? Terus membaca (dalam arti luas) untuk pengembangan bahan ajar. Sudah pasti pekerjaan guru ini adalah pekerjaan akademik dan intelektual. Profesi yang memiliki implikasi dan konsekuensi logis.

Sebagai pendidik profesional, selain mengajar guru juga dituntut bisa memposisikan diri sebagai wakil orang tua yang mampu memberikan bimbingan, motivasi, menyelesaikan masalah (problem solver), dan mencurahkan kasih sayang seperti perlakuan terhadap anaknya sendiri.

Tentu saja target yang diharapkan dari keberadaan guru, sejatinya bukan hanya mencerdaskan dalam pengertian hanya transformasi pengetahuan, tetapi lebih jauh dari itu semua guru harus mampu menunjukkan jati dirinya sebagai sosok yang mampu memberikan contoh perilaku positif (uswah hasanah), mengarahkan peserta didik pada sebuah tata cara pergaulan yang positif, santun dalam bersikap, serta mengembalikan ruh spiritualitas sebagai seorang hamba yang senantiasa taat kepada Sang Kholiq.

Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, yakni berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Secara formal, sebuah target pencapaian pendidikan hanya bisa dilakukan guru. Oleh karena itu, guru itu bukanlah sembarang profesi. Menjadi guru sangat dibutuhkan kemampuan (kompetensi) minimal (baca: pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial). Jadilah guru karena panggilan hati dan keinginan luhur.

Selamat Hari Guru!!!

Fauzan: Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama FITK UIN Jakarta (mf)