Filolog UIN Jakarta Selamatkan Manuskrip Warisan Pasukan Diponegoro

Filolog UIN Jakarta Selamatkan Manuskrip Warisan Pasukan Diponegoro

Ciputat, BERITA UIN Online— Para Filolog UIN Jakarta melakukan penyelamatan belasan manuskrip warisan pasukan Diponegoro yang tersimpan di Mesjid At-Taqwa, mesjid kuno di Dusun Godhegan, Tamanarum, Magetan, Jawa Timur. Penyelamatan naskah-naskah ini dilakukan dengan pemeliharaan fisik sekaligus digitalisasi naskah sehingga nantinya bisa digunakan sebagai objek riset para peneliti keislaman dan tradisi keilmuan Jawa Islam era Perang Diponegoro (1825-1830) dan setelahnya.

Kegiatan penyelamatan naskah ini diketuai Sekretaris Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) Dr. M. Adib Misbachul Islam. Turut mendampingi, Data Manager Digital Repository of Endangered and Affected Manuscripts in Southeast Asia (DREAMSEA) M. Nida Fadlan M.Hum, Dosen Universitas Negeri Yogyakarta Ghis Nggar Dwiatmojo, peneliti Lingkar Filologi Ciputat Fathurrochman Karyadi, dan perwakilan Paseban Tri Panca Tunggal Benediktus Satrio Widiananto. Ikut pula, tiga peneliti Pusat Perpustakaan Nasional RI, Eko Sutarko untuk reprografi, Wasiran untuk penjilidan, dan Hamida Ernawati untuk konservasi.

Kegiatan sendiri disponsori Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Centre for the Study of Manuscript Culture (CSMC) University of Hamburg. Sejak beberapa tahun terakhir kedua lembaga ini memang concern dalam melakukan penyelamatan terhadap manuskrip-manuskrip tersebut melalui program Digital Repository of Endangered and Affected Manuscripts in Southeast Asia (DREAMSEA) yang mendorong proses digitalisasi manuskrip-manuskrip klasik.

Adib menjelaskan, sejak 23 April lalu, pihaknya telah melakukan digitalisasi ke 18 manuskrip dengan tebal tak kurang dari 4.000 halaman. Pihaknya, tutur Adib, melakukan tambal sulam atas manuskrip-manuskrip yang sudah berlubang maupun sobek akibat gigitan serangga maupun andil tangan manusia. Selanjutnya, naskah-naskah juga didigitalisasi secara khusus. Setelah didigitalkan, manuskrip-manuskrip itu akan dimasukkan ke dalam kotak pelindung portepel yang terbuat dari bahan bebas asam sehingga usia manuskrip diupayakan akan menjadi lebih panjang.

 “Kita tidak akan pernah bisa menduga bagaimana nasib manuskrip-manuskrip ini 10-20 tahun ke depan. Ini adalah identitas sejarah bangsa kita yang wajib untuk dirawat. Untuk itu, kegiatan digitalisasi dan preservasi semacam ini harus dilakukan secara terus-menerus,” ucap Adib.

Gambarkan Nuansa Keilmuan Keislaman Abad ke-19 M

Adib menuturkan, belasan bundel manuskrip yang disimpan di Masjid Kuno At-Taqwa seluruhnya berisi ajaran-ajaran keislaman. Dari hasil identifikasi, terdapat manuskrip-manuskrip yang sangat dikenal sebagai bahan ajar dalam kajian keislaman pesantren seperti Umm al-Barahin dan Sharh Kalimatay al-Shahadatayn untuk ilmu teologi Islam), Muqaddimah al-Hadhramiyyah untuk ilmu fikih,  Tafsir al-Jalalayn untuk ilmu tafsir Alquran, dan Sharh al-Ajurumiyyah untuk Tata Bahasa Arab.

“Isi teks dalam manuskrip-manuskrip ini cukup berbobot. Abad ke-19 di tempat ini sudah menggunakan kuriulum kitab-kitab seperti ini. Artinya, nuansa keilmuan keislaman di daerah ini sangat berkembang,” ungkap Adib.

Manuskrip-manuskrip tersebut seluruhnya ditulis di atas kertas Eropa dan beberapa juga terdapat manuskrip berbahan kulit kayu daluwang. Adapun dari sisi penggunaan aksara dan bahasa, manuskrip-manuskrip di sini mayoritas menggunakan aksara Arab dan Pegon serta bahasa Arab dan Jawa.

“Ditemukan titimangsa atau waktu penulisan manuskrip-manuskrip ini. Salah satunya adalah berangka tahun 1847. Selain itu, ditemukan pula nama penyalin seperti Muhammad Idris, Ahmad Anom, dan Puspa Sentana,” ungkap Direktur Lingkar Filologi Ciputat, Fathurrochman Karyadi.

Temuan-temuan tersebut tentu akan memberikan sumbangan besar untuk mengungkap kekayaan khazanah intelektual masyarakat Indonesia khususnya pada abad ke-19. Tim di lapangan akan mencatat setiap informasi yang ditemukan baik yang berada di dalam manuskrip maupun berbagai informasi yang ditemukan berdasarkan paparan dari masyarakat setempat.

Data-data tersebut akan menyempurnakan hasil digitalisasi dari manuskrip-manuskrip tersebut. Hasilnya akan diunggah dalam sebuah database manuskrip-manuskrip Asia Tenggara yang ke depan akan dapat diakses secara publik untuk berbagai keperluan non-komersial dan akademik. Sementara itu, manuskrip fisiknya akan tetap disimpan oleh pemiliknya yang sebelumnya telah diberikan pendampingan mengenai tata cara perawatannya. (zae)