Fakultas Ushuludin dan Filsafat Gelar Bedah Buku

Fakultas Ushuludin dan Filsafat Gelar Bedah Buku

[caption id="attachment_13582" align="alignleft" width="158"]Buku Rekonstruksi Pemikiran Religiusitas dalam Islam. Acara bedah buku yang digelar Himpunan Mahasiswa Jurusan Akidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FU) dilaksanakan, Selasa, (04/10), di Aula Madya lt 1. Buku Rekonstruksi Pemikiran Religiusitas dalam Islam. Acara bedah buku yang digelar Himpunan Mahasiswa Jurusan Akidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FU) dilaksanakan, Selasa, (04/10), di Aula Madya lt 1.[/caption]

Aula Madya, Berita UIN Online— “Tiga hal yang menyebabkan umat Islam mengalami kemunduran dan keterbelakangan dibanding dengan Barat. Pertama, adanya mistisme asketik yang terlalu berlebihan, Kedua, hilangnya semangat induktif, Ketiga, adanya otoritas perundang-undangan secara totalitas yang melumpuhkan perkembangan pribadi dan menyebabkan hukum Islam praktis tidak bisa bergerak sama sekali”.

Demikian kutipan dari paparan Sir Muhammad Iqbal, penulis buku Rekonstruksi Pemikiran Religiusitas dalam Islam. Acara bedah buku yang digelar Himpunan Mahasiswa Jurusan Akidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FU) dilaksanakan, Selasa, (04/10), di Aula Madya lt 1.

Turut hadir pada acara tersebut Ketua Jurusan Akidah Filsafat Dr Syamsuri MA, serta para narasumber, diantaranya Dr Hailun Baghir dan Dr Ahamd Nursi sebagai narasumber pada acara tersebut.

Menurut Baghir, Pemikiran Iqbal secara signifikan berpengaruh terhadap pandangan religius dan politik di dunia Muslim. Bahkan, ia menjadi jembatan yang menghubungkan antara Timur/Islam dan Barat, antara Islam dan agama-agama lain, antara tradisi dan modernitas, antara wahyu dan akal, antara spiritualitas dan intelektualitas serta antara ilmu pengetahuan, seni, dan agama.

Begitupun menurut Nursi, melihat kenyataan kaum minoritas muslim India yang begitu menyedihkan, Muhammad Iqbal menawarkan perlunya diadakan integrasi moral dan politik kaum Muslim India dalam kesatuan gagasan dan wilayah. Tawaran beliau inilah yang pada gilirannya melahirkan semangat nasionalisme yang didasarkan atas kesamaan negara. Iqbal melalui gagasan ini sebenarnya menghendaki terbentuknya suatu komunitas tersendiri dalam bentuk Negara.

“Buku ini amat penting dibaca bagi peminat sejarah intelektual Islam, kebangkitan Islam di dunia modernitas upaya membangun paradigma Islam yang selalu ada pada tradisi Islam dan sekaligus terbuka terhadap khazanah ilmu pengetahuan dan wawasan modern Barat,” ungkap Nursi. (sf)