FAH UIN Jakarta Pelopori Mata Kuliah Pendidikan Anti Korupsi

FAH UIN Jakarta Pelopori Mata Kuliah Pendidikan Anti Korupsi

Auditorium Utama, BERITA UIN Online— Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Jakarta mempelopori pendidikan anti korupsi setelah sukses melaksanakan studium generale dan launching mata kuliah (matkul) Pendidikan Pancasila dan Anti Korupsi (PPAK), Senin (17/9/2018), bertempat di Auditorium Harun Nasution.

Acara yang dihadiri sedikitnya oleh 800 mahasiswa baru serta 50 panitia, dan 20 orang sivitas akademika FAH tersebut, menghadirkan narasumber yaitu Sekretaris Jenderal Transparansi Internasional Indonesia, Dadang Trisasongko, dan Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Giri Suprapdiono.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Prof Dr Yusran Razak MA, dalam sambutannya mengapresiasi kegiatan ini sebagai bentuk pencegahan korupsi.

“Sebagaimana diketahui bersama, korupsi adalah penyebab dari lambatnya pemerataan kesejahteraan rakyat Indonesia dan sudah menjadi penyakit kronis bangsa ini. Kami juga sangat mengapresiasi launchingnya mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Anti Korupsi ini. FAH merupakan pelopor di tingkat UIN se-Indonesia, selamat”, tandas Yusran.

Dadang Trisasongko dalam pemaparannya mengatakan bahwa meningkatnya pelaku korupsi yang melibatkan banyak pejabat publik di tahun 2017-2018 menjadi persoalan yang harus segera diselesaikan, terakhir rakyat Indonesia dikagetkan dengan  21 anggota legislatif DPRD Kota Malang yang terjerat korupsi.

Dadang menambahkan, launching matkul PPAK ini adalah lompatan kemajuan yang luar biasa sebagai bentuk penanganan masalah korupsi di hulu, karena sejauh ini penanganan korupsi hanya dilakukan di hilir atau setelah pelaku korupsi tertangkap melakukan korupsi.

“Korupsi telah mempengaruhi pola pikir masyarakat, hal itu terlihat ketika mereka menyelesaikan masalah dengan suap-menyuap, kondisi ini kian parah ketika orang-orang jujur lebih banyak diam atau acuh kepada perilaku seperti ini. Agar bisa berjalan maksimal, pendidikan anti korupsi harus dibarengi dengan perbaikan tata kelola perguruan tinggi yang tak ayal masih menyisakan celah untuk melakukan korupsi,” ujar Dadang.

Kemudian, masih menurut Dadang, menjadi hal penting mempenetrasi pendidikan anti korupsi dalam mata kuliah di perguruan tinggi, karena perguruan tinggilah yang akan mencetak generasi penerus bangsa. Ini adalah mekanisme yang harus dijalani, dengan membangun, menciptakan, memperkuat integritas anak-anak muda sehingga ketika memasuki dunia kerja Indonesia yang sangat korup situasinya, mereka siap.

Jika punya integritas yang tinggi di mana pun tetap bersih dan bahkan dia akan mengajak sistem yang dimasuki untuk berubah. Mahasiswa harus mengikuti kuliah-kuliah ini dan untuk para pengajar cara mengajarnya harus menyenangkan, seperti memutar film, diskusi, jadi perkuliahan akan berjalan secara interaktif”, pukas Dadang.

Di tempat yang sama, Giri Suprapdiono menyampaikan bahwa UIN Jakarta bisa membantu memberantas korupsi, dengan memberikan wawasan anti korupsi sejak di bangku kuliah, karena perguruan tinggi menjadi benteng terakhir pembentukan kepribadian anak-anak muda, dari sini mahasiswa harus dididik agar tidak menilai keberhasilan seseorang hanya dari segi materi.

“Kuliah adalah masa terbaik untuk melakukan pendidikan kepribadian terakhir, gunakan tahun-tahun ini untuk menentukan ingin jadi apa kedepannya dan salah satu pilihannya menjadi generasi yang anti korupsi jangan takut miskin karena anti korupsi. Mencegah korupsi, bisa dimulai dengan perbaikan sistem yang ada,” jelasnya.

“Mata kuliah ini bagus supaya kedepannya  kami sebagai mahasiswa dan calon pemimpin bangsa tidak melakukan korupsi yang jelas merugikan negara, sebagaimana dikatakan oleh pemateri, bahwa korupsi lebih banyak merugikan anak muda dan orang miskin,” ujar seorang mahasiswa baru Bahasa dan Sastra Inggris, Sanisa Aurelia kepada BERITA UIN Online.

Selanjutnya, menanggapi launching matkul ini, Dekan FAH, Prof Sukron Kamil berharap budaya anti korupsi bisa berkembang dan tertularkan kemasyarkat luas. “Kita mulai di kalangan akademik dulu, lalu nanti kita tularkan ke semua elemen masyarakat agar 5-10 tahun kedepan angka korupsi negara kita menurun drastis”, kata Sukron. (lrf/Ivan)