Dr. KH. Ahzami Samiun Jazuli, M.A.,: Pengajar Tafsir itu Berpulang

Dr. KH. Ahzami Samiun Jazuli, M.A.,: Pengajar Tafsir itu Berpulang

Ciputat, BERITA UIN Online-- Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. Di tengah ancaman pandemik Covid-19 sehingga harus membatasi aktifitas akademik, sivitas akademik UIN Jakarta menerima kabar duka dengan berpulangnya salahsatu pengajar terbaiknya di Prodi Ilmu Alquran dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin, Dr. KH. Ahzami Samiun Jazuli, M.A., pada hari Ahad (5/4/2020), pukul 06.30 WIB di Jatiasih, Bekasi, Jawa Barat. Informasi wafatnya almarhum diterima redaksi BERITA UIN Online melalui pesan berantai yang dikirimkan keluarganya.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. Telah kembali menghadap Allah, ayah kami, Dr. Ahzami Samiun Jazuli, MA. pada hari Ahad, 5 April 2020 Jam 06.30 di Rumah Duka Komplek Yapidh Kp. Pedurenan Jatiluhur Jatiasih. Mohon doanya, semoga Allah Muliakan derajatnya, ampuni dosanya. Allahummagh firlahu warhamhu wa’aafihi wa’fu ‘anhu. Aamiin,” demikian berita duka yang beredar atas nama Maryam, Umar sekeluarga, Ahad pagi ini.

Dikonfirmasi terpisah, Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Fakultas Ushuluddin Dr. Lilik Ummi Kaltsum MA membenarkan informasi tersebut. “Njih, benar. Baru pagi tadi (Ahad, 5/4/2020) serangan jantung,” sebutnya.

Lilik menuturkan, almarhum merupakan dosen yang penuh dedikasi dalam mendidik para mahasiswanya. Tidak hanya mendorong mahasiswa menggali pengetahuan di disiplin yang mereka minati, almarhum juga selalu mendorong mahasiswanya tetap bersikap rendah hati. Selain mengajar di program sarjana, almarhum mengajar di program pascasarjana dengan beberapa mata kuliah yang diampu seperti I’jaz al-Quran, ‘Ulum al-Qur’an wa al-Hadits, Qawa’id al-Tafsir, dan Tafsir Tahlili.

Diketahui almarhum sendiri lahir di Pati, Jawa Tengah, pada 24 Juni 1962 dimana ia juga menamatkan pendidikan dasar dan menengahnya di Pesantren Raudhatul Ulum, Guyangan, Pati. Selanjutnya, ia menempuh pendidikan tinggi di Universitas al-Imam Muhammad bin Su’ud, Riyad, Arab Saudi. Di universitas ini, almarhum menyelesaikan pendidikan tinggi jenjang sarjana, magister, hingga doktoral di jurusan Ulum al-Quran.

Saat menyelesaikan magister, almarhum menulis tesis berjudul Al Hijrah fii al-Quran. Sedang saat menyelesaikan doktor, ia menulis disertasi berjudul al-Hayah fii al-Quran. Masing-masing diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul ‘Hijrah dalam Pandangan al-Quran’ dan ‘Kehidupan dalam Pandangan al-Quran’. Keduanya diterbitkan oleh Penerbit Gema Insani Press pada tahun 2006.

Selain mengajar bidang keilmuan tafsir di Fakultas Ushuluddin maupun sejumlah perguruan tinggi lainnya, almarhum semasa hidupnya mengasuh Pondok Pesantren Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah di Jatiluhur, Jatiasih, Bekasi. Di pesantren ini, almarhum mendidik ribuan santri yang diharap memiliki 10 karakteristik, yaitu bersih aqidahnya (salimul aqidah), benar ibadahnya (shahihul ibadah), kokoh kepribadian (matinul khuluq), kuat fisiknya (qawiyul jism), terdidik pemikirannya (mutsaqqoful fikr), efisien mengatur waktunya (haris ala waqtih), mampu berusaha dan mandiri (qadir ‘alal kasb), bermanfaat bagi sesama (nafi’ li ghairih), profesional dalam segala urusan (munadzomun fi Syu'unih), dan bersungguh-sungguh dalam segala urusan (mujahidun Li Nafsihi).

Selain itu, almarhum juga tidak sungkan untuk diminta memberikan khutbah maupun kajian keislaman bagi masyarakat. Jumat 13 Maret lalu misalnya, almarhum masih menyampaikan Khutbah Jum’at di Mesjid Darussalam Kota Wisata Cibubur, Bogor. Di khutbah berjudul ‘Menyikapi Fitnah Akhir Zaman’, almarhum mengingatkan beragam tantangan hidup dunia yang harus dihadapi kaum Muslimin.

Dalam menghadapi tantangan demikian, pesannya, kaum Muslim agar selalu memantapkan kualitas keimanan, menegakan kemakrufan dan menghindarkan kemungkaran, senantiasa menjaga kebersihan dan kesucian, dan tidak berlebihan menghadapi musibah.

“Termasuk berlebihan menghadapi ujian bernama wabah Corona. Kita wajib waspadai, tapi jangan menjadikan Corona lebih kita takuti dibanding syirik, bid’ah, khurafat, atau diam menghadapi ke-dholiman,” pesannya. (Foto: Istimewa/Data dan teks: Zaenal Muttaqin)