Dr Abd Wahid Hasyim: Mewujudkan FAH sebagai Pusat Keilmuan dan Pemberdayaan

Dr Abd Wahid Hasyim: Mewujudkan FAH sebagai Pusat Keilmuan dan Pemberdayaan

Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) kini dipimpin dekan baru, Dr Abd Wahid Hasyim namanya. Ia  terpilih sebagai dekan periode 2010-2014 dalam Rapat Senat FAH menggantikan Dr Abdul Chaer yang habis masa baktinya. Wahid Hasyim berjanji akan menjadikan FAH sebagai pusat keilmuan (center of knowledge) dan pusat pemberdayaan (center of empowerment) yang tetap menjaga nilai-nilai religius. Bagaimana orientasi dan program FAH selengkapnya ke depan? Berikut perbincangan Abdullah Suntani dari UIN Online dengan Wahid Hasyim di ruang kerjanya, Gedung FAH, Selasa (1/6) lalu.

 

Apa visi dan misi FAH di bawah kepemimpinan Anda?

Visi FAH tentu agar unggul dalam bidang sastra, khususnya pada Bahasa dan Sastra Arab (BSA), Bahasa dan Sastra Inggris (BSI), dan juga pada jurusan-jurusan lainnya seperti Sejarah Peradaban Islam (SPI), Ilmu Perpustakaan (IP), dan Tarjamah. Semua program tersebut dibungkus dengan melalui keislaman dan keindonesiaan. Hal tersebut agar selaras dengan visi dan misi UIN Jakarta. Adapun misinya sekarang, karena ini Fakultas Adab dalam arti ‘sastra’ bukan ‘budi pekerti’, maka untuk mencapainya BSA dan BSI harus menjadi core fakultas terhadap jurusan-jurusan yang lainnya.

Langkah-langkah apa saja yang akan Anda lakukan untuk mewujudkan visi dan misi tersebut?

Nah, untuk mencapai itu, kegiatan belajar mengajar  dua bahasa menjadi media pengajaran mahasiswa yang di luar (bahasa) juga, agar  bisa memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam bahasa. Karena bagaimanapun jurusan bahasa tersebut menjadi core FAH yang sudah lama memiliki akreditas A.

Selain itu, setiap dosen mempunyai kesempatan untuk melakukan penelitian secara individu dan kolektif, tetapi ketika memberikan laporan tidak seragan. Misalnya kalau alumni Universitas Negeri Jakarta (UNJ) akan menggunakan pola UNJ, jika alumni UIN akan menggunakan pola UIN dan sebagainya. Oleh karena itu, kami akan membuat buku pedoman laporan hasil penelitian agar seragam dan berstandar.

Selanjutnya, agar sumber daya pengajar dapat meningkat, kami mempersilahkan dosen untuk kuliah program doktor, baik di UIN sendiri, UNJ, UI, dan lain sebagainya. Memberikan kesempatan untuk menjadi asesor Badan Akreditasi Nasional - Perguruan Tinggi (BAN PT). Saat ini, ada 3 orang dari FAH yang menjadi asesor, Prof Dr Badri Yatim (alm), Prof Dr Nabila Lubis, dan Dr Sudarnoto Abd Hakim. Kita akan tawarkan dan kita kirimkan melalui FAH dengan prosedur yang diatur dan mengikuti tes potensi akademik yang diadakan BAN PT.

Selain itu apa lagi?

Kita akan jemput bola, artinya mengikat kerja sama dengan masjid-masjid untuk menawarkan program pembinaan Bahasa Arab dan Inggris untuk siswa SMP dan SMA. Seperti bimbingan belajar (Bimbel) dan privat. Dengan demikian, orang tua siswa tidak akan merasa cemas karena lokasi yang dekat dan di tempat peribadatan. Tenaga pengajarnya akan kita kirim dari mahasiswa semester 7 dan 8, dengan saling membagi keuntungan antara masjid, mahasiswa dan juga fakultas.

Selain masjid-masjid, kita juga akan menjalin kerjasama dengan sekolah-sekolah untuk Jurusan Ilmu Perpustakaan. Dalam pengamatan saya, sekolah-sekolah yang ada sekarang, mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) masih banyak yang belum memiliki perpustakaan. Bahkan tidak ada.

Dengan tujuan tersebut diharapkan dapat memberi kesejahteraan dan kemudahan mahasiswa yang menempuh studi akhir, sebagai bekal pengabdiannya. Setelah mahasiswa mendapat pengetahuan teori-teori dalam perkuliahan, maka diharuskan untuk merealisasikan dalam bentuk praktek langsung (magang).

Terkait dengan Akreditas, seperti apa?

Alhamdulillah akreditas FAH sangat baik dengan standar akreditas Badan Akreditasi Nasional - Perguruan Tinggi (BAN PT) yang masa berlakunya sejak 2006 hingga 2011. Untuk akreditasi, hanya pada jurusan Ilmu Perpustakaan yang masih terakreditasnya B, tetapi untuk jurusan yang lain BSA, BSI, BSA, dan SPI itu sudah terakreditas A. Kepada jurusan yang akreditasnya B agar tetap mengejar dan yang akreditasnya A agar tetap bertahan. Untuk meningkatkan dan mempertahankan itu ada kendala, dan urusannya banyak. Baik dari segi sumber daya manusia, sarana-prasarana, dan juga pada jumlah mahasiswa.

Yang menjadi fokus, jurusan tarjamah tidak ada masalah, dosennya cukup banyak, sekitar satu berbanding sepuluh (satu dosen untuk sepuluh mahasiswa), BSA juga tidak ada kendala. Namun untuk BSI dan IP ada kendala, dosennya belum cukup secara proporsional untuk membimbing mahasiswa yang cukup banyak. Oleh karena itu kita mengambil tenaga kontrak dari luar yang berkompeten.

Akreditasi juga bisa mengenai Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED), Epsbednya bagus akan lebih mudah. Dengan alat Bantu ini tidak ada dosen dan mahasiswa liar, karena semua data yang masuk dapat dideteksi. Misalnya ada sejumlah 300 mahasiswa, itu harus terdaftar semuanya secara menyeluruh dan terperinci. Dengan alat ini, semua data pribadi mahasiswa, dosen, dan juga termasuk pada akreditas jurusan dapat terlihat.  Jika datang jamaah (data) baru, nilai itu yang akan dilaporkan.

Langkah akreditasi juga termasuk dalam lingkup sarana prasarana. Gedung Akademik sudah ok dan bagus. Media pembelajarannya masih harus banyak penyempurnaan, karena masih ada penyampaian materi kuliah menggunakan metode ceramah. Hal ini terkesan klasik dan kurang modern. Untuk menunjang hal itu, harus ada alat-alat modern seperti, pengadaan infokus, LCD, dan Laboratorium. Untuk hal itu sudah ada, tapi masih akan disempurnakan lagi.

Saya sebagai dekan baru harus melanjutkan dekan yang lama, yang lama sudah baik tinggal meningkatkan saja, ya kalau kata orang nahdiyin bahasanya “Memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik,”.

Apakah ada perubahan kurikulum?

Untuk saat ini belum ada revisi kurikulum. Revisi kurikulum idealnya 4, 5 tahun, dan 2 tahun tidak bisa dilakukan, karena hanya akan menyulitkan proses administrasi nilai. Kalupun itu ada, revisi kurikulum yang di keluarkan oleh Fakultas Adab sendiri.

Apakah FAH akan membuka program Magister dan Doktor?

Sebenarnya ada niat yang sangat besar untuk membuka program di Pascasarjana, karena hal itu sudah menjadi amanat rektor. Jurusan-jurusan yang dengan terakreditas A diharapkan membuat Magister seperti,  jurusan SPI, BSA, dan BSI. Untuk jurusan BSA dan SPI itu ada peluang besar, karena memiliki banyak guru besar, jurusan SPI ada 13 dan  BSA ada 16 guru besar, dan jurusan yang lainnya masih banyak keterbatasan. Namun untuk mencapai hal itu, masih banyak hal yang harus dilakukan secara kelembagaan maupun dalam peningkatan sumber daya manusia.

Bagaimana dengan jumlah mahasiswanya?

Sewaktu saya kuliah tahun 1975 itu hanya ada 20-40 mahasiswa. Sekarang sudah menaik secara signifikan dengan jumlah yang amat banyak 1.300-1.500 orang. Bahkan sekarang, kuota untuk mahasiswa baru FAH itu berjumlah, untuk jalur Penelusuran Minat Dan Kemampuan (PMDK) 50 orang, jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) Mandiri 450, jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN) 65, dan jalur Ujian Masuk Bersama (UMB) 65 orang. Dengan demikian, kita akan terus mengatur dengan ekstra teliti mengenai kegiatan belajarnya, dan terkhusus pada ibadahnya. Saya terfikir agar ketika memasuki jam 12, tepat adzan dzuhur masuk perkuliahan harus berhenti (istirahat) untuk melaksanakan sholat berjamaah terlebih dahulu. Hal tersebut akan saya komunikasikan kembali teman-teman setelah pelantikan Pudek, Kamis (3/6).

Dengan demikian semua yang ada di lingkungan FAH akan ada keberkahan, sehingga ibadahnya baik, belajarnya baik, pengelolaanya baik, karyawannya baik, nanti akan ada kemajuan dan keberkahan dari langit. Amin.

Apa harapan Anda ke depan?

Harapan saya adalah agar pimpinan dan staf memiliki semangat yang baik, saling bekerjasama, saling mengisi, menjalin silaturrahmi, dan harmonis. Selain itu juga saya berharap, agar ke depan pimpinan, dekanat, dan jurusan berada dalam satu lantai agar dapat terkontrol. Pimpinan jangan nongkrong saja, harus membuka dan menjalin kerjasama agar bisa dikenal orang, dibicarakan orang, dan menyambung silaturrahmi. Dengan demikian hubungan internal dan eksternalnya baik, dalam bahasa al-Qur’an-nya kan “Man ahabba yufsa solahu fi rizqihi, wa yufsallahu fi asharihi, wal yasir rohimahu,” sehingga realisasi integrasi keilmuan, keislaman dan keindonesiaan bisa terlaksana demi mewujudkan FAH yang unggul sebagai pusat keilmuan dan pemberdayaan. Namun tetap menjunjung tinggi nilai-nilai religius. [] Abdullah Suntani