Din Syamsuddin: Jalani The New Normal Life dengan Perbaikan (2)

Din Syamsuddin: Jalani The New Normal Life dengan Perbaikan (2)

Ciputat, BERITA UIN Online-- Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) UIN Jakarta menggelar acara Halal Bihalal virtual Idul Fitri 1441 H pada Jumat, 29/05/2020 melalui aplikasi Zoom Meeting.

Acara bertema Ukhuwah Islamiyah di Era New Normal Life itu dihadiri Rektor UIN Jakarta Prof Dr Hj Amany Lubis MA dan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Prof Dr Masri Mansoer MA. Didapuk sebagai narasumber, Guru Besar Ilmu Politik Islam FISIP UIN Jakarta Prof Dr KH Din Syamsuddin MA.

Dalam paparan sebelumnya, Din yang juga sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengupas makna di balik istilah new normal life yang menurutnya didengungkan sejumlah ekonom dan pengusaha bisnis.

Pada tulisan kali ini, dikupas bagaimana menjalani new normal life sebagai sebuah bentuk kesyukuran dengan muhasabah untuk perbaikan. Berikut paparannya:

Dalam suasana pandemik Covid-19 yang belum jelas akhirnya, pada 10 hari terakhir Ramadhan, 14 Mei yang lalu, Syeikh al-Azhar menyerukan kepada umat Islam agar mengadakan doa bersama untuk kemanusiaan. Doa bersama ini juga dilakukan UIN Jakarta dan MUI secara daring. Persaudaraan kemanusiaan seperti inilah, apalagi sesama Muslim yang perlu ditingkatkan dalam suasana seperti ini sesuai hadis Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa perumpamaan persaudaraan antara sesama Muslim seperti jasad yang satu. Jika sebuah organ berasa sakit, maka yang lain merasakan sakit juga.

Adakah perasaan demikian muncul ketika menimpa kepada sivitas akademik fakultas atau universitas? Jika ada, itu merupakan penghayatan persaudaraan tertinggi, namun jika tidak ada, maka itu pertanda individualisme, lemahnya persaudaraaan kemanusiaan. Dalam kondisi Covid-19 ini yang korbannya luar biasa. Inilah saatnya mengembangkan ukhuwah islamyah.

Alhamdulillah, lembaga-lembaga filantropi Islam bangkit menggalang dana dan umat berbondong-bondong memberikan bantuannya, baik Zakat, Infak, Shadaqah (ZIS) yang informasinya meningkat tiga kali lipat selama Ramadhan. Ini sesuatu yang baik. Ternyata solidaritas keumatan masih cukup besar yang menjadi modal penting untuk menyongsong new normal life kapanpun waktunya.

Selain itu, pentingnya pendekatan muhasabah (introspeksi dan restrospeksi), yaitu dengan melihat ke belakang apa yang telah dilakukan selama ini berupa kesalahan dan pelanggaran. Allah SWT menegaskan di dalam Alquran surat ar-Rum: 21, bahwa kerusakan yang terjadi di bumi akibat perbuatan manusia itu sendiri, sehingga Allah datangkan (akibat) sebagian saja dari perbuatan manusia agar manusia kembali ke jalan yang benar.

Artinya, kalau ada abnormalitas sistem ideologi dunia, ekonomi, politik, budaya yang harus diperbaiki, bukan kembali kepada situasi sebelumnya yang merupakan abnormalitas itu sendiri, tapi mengacu ke depan dengan merancang masa depan lebih baik. Disebutkan di dalam Alquran surat al-Hasyr ayat 18, untuk menalar apa yang telah diperbuat pada masa lalu untuk kebaikan hari esok. Senada dengan Alquran, Ali RA mengingatkan tiga golongan manusia, pertama golongan beruntung, mereka yang hari ini lebih baik dari kemarin. Kedua golongan merugi, mereka yang hari ini sama dengan kemarin. Ketiga golongan rusak, mereka yang hari ini lebih buruk dari kemarin.

The new normal bukan berarti bergembira dengan abnormalitas keabnormalan dari covid ini, karena pandemik ini belum berlalu. Jika new normal hanya sekedar kembali pada keadaan semula, itu bukan bentuk kesyukuran karena tidak melakukan muhasabah, mawas diri, evaluasi, dengan tidak ada perubahan memperbaiki kesalahan sebelumnya. Disebut bersyukur, jika kehidupan baru ini dijalani dengan berpegang pada nilai-nilai yang telah ditegaskan Allah SWT dalam ayat-ayat-Nya tersebut. (zm/mf)