Dema FIDIKOM Gelar Bedah Buku

Dema FIDIKOM Gelar Bedah Buku

[caption id="attachment_17230" align="alignleft" width="300"] Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi (FIDIKOM) menggelar bedah buku berjudul Perlawanan Politik dan Puitik Petani Tembakau Temanggung. Kegiatan yang diikuti mahasiswa sedikitnya 150 orang tersebut, dilaksanakan pada, Selasa (21/03).[/caption]

Teater Aqib Suminto, FIDIKOM Online— Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi (FIDIKOM) menggelar bedah buku berjudul Perlawanan Politik dan Puitik Petani Tembakau Temanggung. Kegiatan yang diikuti mahasiswa sedikitnya 150 orang tersebut, dilaksanakan pada, Selasa (21/03).

Hadir sebagai narasumber sekaligus membuka acara tersebut, Dekan FIDIKOM UIN Jakarta Dr Arif Subhan MA, Sosiolog Universitas Indonesia Geger Rianto, dan Muhammad Sobary penulis buku.

Arif Subhan dalam sambutannya mengatakan, bila buku ini dipandang dari perspektif agama, dengan adanya perlawanan petani tembakau yang mayoritas beragama Islam, menunjukkan agama Islam sebagian besar bercorak sinkretik yakni mempertahankan budaya lokal dalam mengekspresikan diri.

Buku yang diangkat dari disertasi Muhammad Sobary ini dipandang baik untuk dibaca oleh mahasiswa, Arif Subhan juga menantang mahasiswa membuat karya skripsi dengan gaya penulisan seperti buku ini.

Di tempat sama, dalam pengantarnya, M Sobary menyampaikan bahwa buku ini ditulis atas dasar gubahan kemarahannya terhadap pemerintah, “saya marah melihat petani resah, cemas dan takut masa depannya lenyap akibat peraturan pemerintah tentang tembakau,” kata Sobary.

Uniknya, tambah Sobary, petani “berperang” dengan “senjata” kidung yang puitik. Mereka berperang dengan mantra yang memancarkan religio-magisme yang mencekam.

“Mereka pun berperang dengan ritus yang menyajikan suasana kudus, dengan sajen yang menghubungkan dunia ini dengan “dunia sana”, yang menciptakan keyakinan bahwa apa yang manusiawi ini juga sekaligus bersifat ilahi,” jelas Sobary.

Masih pada acara tersebut, Geger Rianto mengatakan, nalar puitik adalah fokus buku ini, dengan puisi yang disajikan sebagai perlawanan yang nyata untuk melawan kebijakan pemerintah yang dinggap merugikan petani tembakau.

“Namun sangat disayangkan, judul buku ini dan mayoritas isinya lebih mengedepankan unsur puitik,” kata Geger.

Sampai pada akhir diskusi, Muhammad Sobary berpesan kepada mahasiswa sebagai kaum intelektual untuk meneruskan perjuangan petani melalui cara apa saja, salah satunya dengan cara menulis

Sebagai informasi, buku yang diangkat dari disertasi yang ditulis oleh Mohamad Sobary ini menyajikan studi tentang perlawanan petani Temanggung dalam merebut kembali hak-hak hidup mereka, setelah keluarnya PP. No. 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan. (lrf/sur/mnh)