Berburu Ta’jil di Masjid Fathullah

Berburu Ta’jil di Masjid Fathullah

Jarum jam baru saja menunjukkan pukul 17.00 WIB. Sejumlah jamaah pun mulai berdatangan ke Masjid Fathullah. Mereka bersiap-siap untuk berbuka puasa bersama.

Serambi masjid yang sejak siang masih kosong, selepas pukul 17.00 WIB tersebut mulai dipenuhi jamaah dengan berbagai aktivitas. Ada yang duduk berbincang-bincang santai, rebahan, membaca buku, dan ada juga yang khusyuk membaca al-Qur’an. Tak lama, lantunan ayat suci al-Qur’an pun mulai menggema dari dalam masjid melalui pengeras suara.

Mayoritas jamaah yang hadir didominasi oleh mahasiswa yang tinggal di sekitar masjid. “Saya sangat senang bisa buka puasa bersama di sini. Selain gratis, juga terasa sangat berbeda dibanding buka puasa sendiri di kosan,” ujar Riza Abdul Aziz, mahasiswa Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), yang mengaku sering berkunjung ke masjid saat berbuka puasa.

Hal senada juga diungkapkan Mardi, mahasiswa Fakultas Ushuludin (FU) yang juga aktif di Ikatan Remaja Masjid Fathullah (Irmafa). Konon, Mardi datang ke masjid tersebut selain untuk berbuka puasa bersama juga untuk menghemat uang saku.

“Yah, maklumlah, Mas, namanya juga mahasiswa,” ujarnya seraya tertawa kecil.

Saat menunjukan pukul 17.30 WIB, pihak takmir masjid mulai membagikan menu berbuka, yakni berupa tiga butir kurma dan segelas air mineral kepada setiap jamaah. Selain itu, panitia pun membagikan kupon penukaran nasi.

Pembagian takjil berlangsung tertib. Setiap jamaah terlihat duduk berbaris sambil bersila. Saat menjelang adzan Magrib berkumandang panitia hanya baru menyediakan menu pembuka, sedangkan untuk makan akan dibagikan seusai shalat Magrib berjamaah.

Menurut Panitia Bidang Operasional Harian Badan Urusan Peribadatan (Buperda) Masjid Fathullah, Abdul Wahid As, penyediaan takjil atau menu berbuka rutin diselenggarakan setiap tahun pada bulan Ramadhan. Hal itu sebagai salah satu bentuk syiar Masjid Fathullah di masyarakat.

Syi’ar Ramadhan di Masjid Fathullah ini, kata dia tak hanya berupa penyediaan menu berbuka melainkan juga kegiatan ibadah lain, seperti Tarawih berjamaah dan ceramah agama. “Untuk ceramah agama, panitia mengundang para dosen UIN Jakarta sebagai penceramahnya. Ceramah tersebut dilakukan selepas shalat Isya atau sebelum shalat Tarawih diadakan,” kata Abdul Wahid.

Berbeda di kebanyakan masjid, pelaksanaan shalat Tarawih di Masjid Fathullah dilakukan sebanyak dua gelombang. Gelombang pertama diperuntukan bagi jamaah yang biasa melaksanakan delapan rakaat. Sedangkan gelombang kedua diperuntukan bagi jamaah yang biasa melaksanakan 20 rakaat. Sementara untuk shalat witir hanya dilakukan bagi jamaah yang melaksanakan shalat 20 rakaat.

“Pelaksanaan shalat Tarawih dua gelombang tersebut untuk mengakomodir perbedaan keyakinan masing-masing jamaah,” jelasnya. (njs/zu)