“Bala Kampus, Inilah 91,8 FM RDK...”

“Bala Kampus, Inilah 91,8 FM RDK...”


“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, 91,8 FM RDK, stasiun radionya Fakultas Dakwah dan Komunikasi, ketemu lagi bareng gua, DJ yang palingkeren....”

Suara perempuan itu jelas  terdengar dari seberang  sana. Bahasanya akrab dan ramah, menyapa kepada siapa saja yang mendengar. Suara itu tak lain berasal dari sang penyiar sebuah radio komunitas Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK), yang saat itu tengah mengudarakan lagu-lagu kesukaan pendengarnya.

Bagi “bala kampus” mahasiswa UIN Jakarta, begitulah sang penyiar biasa menyapa para pendengarnya, Radio Dakwah Kampus atau RDK boleh jadi masih “asing”. Asing karena tidak semua mahasiswa dan juga khalayak umum (belakangan ini) aktif mendengarkan sebuah siaran radio (audio), tetapi juga asing karena RDK masih on air di jalur yang terbatas, baik jam siaran maupun kanal frekuensinya.

Tetapi bagi mahasiswa FDK, khususnya Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) serta Konsentrasi Jurnalistik, suara RDK tak hanya akrab di telinga melainkan tahu seluruh isi dapur radio siaran yang “bermarkas” di lantai 7 gedung FDK itu.

RDK merupakan salah satu radio komunitas yang dikelola mahasiswa FDK. Radio ini berdiri sekitar tahun akhir tahun 90-an dan mengudara di kanal 91,8 MHz pada jalur Frekuency Midle atau FM.

Sebagai lembaga resmi di bawah Pusat Laboratium FDK, RDK tak hanya berfungsi sebagai tempat praktikum mahasiswa tapi juga sarana berlatih untuk mengembangkan bakat dan minat kepenyiaran (broadcasting) serta keterampilan ilmu jurnalistik.

Beragam program

Meski menempati ruang kecil berukuran sekitar 3 x 5 meter persegi, namun tak berarti kehadiran RDK di tengah kesibukan belajar krunya mengurangi antusiasme “bekerja”. Sebaliknya, mereka tetap bersemangat sekalipun harus on air dengan peralatan mini yang cuma seadanya.

“Memang kurang memadai, tetapi untuk sekadar tempat praktik dan berlatih ilmu jurnalistik, ya cukuplah,” ujar Ikhsan Mujahid, Direktur RDK. Ikhsan adalah lulusan Jurusan KPI FDK tahun 2003 yang kini dipercaya menakhodai radio dengan jumlah awak sekitar 20 orang itu.

Ikhsan menambahkan, sebagai radio siaran, RDK dikemas dengan format siaran yang memadukan unsur hiburan (50%), pendidikan (25%), dan informasi (25%). Ketiga unsur ini ditayangkan setiap hari sejak Senin hingga Jum’at mulai pukul 08.00-17.00.

“Progamnya beragam. Ada dialog, obras, rumah kita, dan top request lagu-lagu,” jelasnya. Sementara khusus hari Jum’at, lagu-lagu yang ditampilkan lebih bernuansa relijius.

Siaran lainnya, RDK juga menayangkan spot news (semacam sekilas info) di sela program rutin berlangsung. Namun, menurut Ikhsan, tayangan spot news ini masih bersifat insidental alias kadang-kadang. Bahkan informasinya pun lebih banyak berisi “pengumuman”.

“Program news dengan jam tayang khusus yang mewartawakan seluruh kegiatan mahasiswa dan fakultas memang belum tergarap secara serius. Hal ini disebabkan oleh masih kurangnya SDM, khususnya yang bekerja di lapangan. Tapi insya Allah, ke depan kami akan coba memprogramnya guna mewadahi minat mahasiswa di bidang kewartawanan,” ujarnya.

Ikhsan menuturkan, RDK selama ini diakui masih belum on air secara optimal. Selain dana dan kepemilikan kanal yang terbatas, juga kurangnya waktu yang tersedia bagi para awaknya. Maklum, RDK bukanlah radio komersial yang digarap secara profesional, kecuali sebatas tempat berlatih para mahasiswa.

Bagaimana jika listrik padam? “Nah, itu dia. Ini juga kendala lain sehingga RDK terpaksa harus off air,” seloroh Ikhsan.

Ia berharap, RDK di masa mendatang bisa digarap lebih profesional untuk mencetak para broadcaster andal. Tentu saja jika hal itu dibarengi dengan adanya political will dari pimpinan, baik fakultas maupun universitas. Sebab, katanya, jika RDK  digarap secara serius dengan pendanaan dan SDM memadai, niscaya dapat menjadi sarana promosi efektif bagi kampus UIN Jakarta, khususnya FDK, ke khalayak yang lebih luas lagi.  (ns)