Sisi Lain: Media, Kolom Opini, dan Produktifitas Intelektual Ciputat

Sisi Lain: Media, Kolom Opini, dan Produktifitas Intelektual Ciputat

[caption id="attachment_15902" align="alignleft" width="225"]Penghargaan Penulis Produktif Dr Iding Rosyidin MSi Penghargaan Penulis Produktif Dr Iding Rosyidin MSi[/caption]

Selasa Pagi hari (21/02/2017) usai rapat dosen, Dr. Iding Rosyidin, M.Si, dosen yang juga Ketua Jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Jakarta diganjar penghargaan sebagai dosen terproduktif menulis di media massa. Penghargaan diberikan langsung oleh Dekan FISIP, Prof. Dr. Zulkifli MA, di Gedung FISIP.

Mendapat penghargaan sebagai penulis terproduktif, Iding memilih menanggapinya dengan rendah hati. Ia mengaku lebih terpacu untuk terus menuliskan gagasannya tentang isu-isu sosial, politik, dan keislaman yang menjadi ranah penelitian akademisnya. “Alhamdulillah, semoga bermanfaat,” ucapnya pendek.

Telusuran Berita UIN Online memang mencatat, Iding merupakan salah satu dosen-penulis yang sangat produktif menyampaikan gagasan-gagasannya. Puluhan artikelnya yang dimuat di sejumlah media massa nasional seperti The Jakarta Post, Kompas, Koran SINDO, Koran Sinar Harapan, laman geotimes.co.id membuktikan produktifitas lelaki kelahiran Kuningan, Jawa Barat ini.

Terbaru, misalnya. Iding menulis artikel berjudul ‘Islamic or Muslim Leader?’ di The Jakarta Post, Selasa, 21 Februari 2017.  Dalam artikel tersebut, Iding menawarkan gagasan tentang perlunya pembilahan kategori pemimpin bergaya Islami (Islamic Leadership) dan pemimpin beragama Islam (Muslim Leadership).

Iding menawarkan gagasannya setelah mencermati kecenderungan pemilih Muslim yang dibaginya dalam dua kelompok utama, formalis dan substansialis, terhadap pilihan kepala daerah (Gubernur) dalam Pilgub DKI Jakarta. Alih-alih terjebak ke masing-masing dua kubu, Iding menekankan perlunya kembali pembacaan atas bentuk dan tanggungjawab kepemimpinan dalam perspektif Islam yang menekankan keadilan untuk semua (justice for all).

Laman geotimes.co.id juga membuktikan produktifitas Iding. Sejak Januari hingga pertengahan Februari ini, Iding menulis sekurangnya lima artikel di laman yang diasuh jurnalis senior Farid Gaban dan Ibrahim Ali Fauzi. Kelimanya, Debat Calon Gubernur dan Pertempuran Tersisa (15 Januari 2017), Akrobat Agus Yudhoyono (30 Januari 2017), Elit Meradang, Rakyat Menggelinjang (8 Februari 2017), Keadilan Memilih Pemimpin (13 Januari 2017), dan Kemana Suara Pendukung AHY Berlabuh? (21 Februari 2017).

Dari Soal Politik, Pendidikan, Hingga Kepramukaan

Dalam catatan Berita UIN Online, Iding Rosyidin hanya salah satu dosen dari sekian dosen UIN Ciputat yang terbilang aktif menulis di media massa nasional. Beberapa yang lainnya seperti Burhanuddin Muhtadi, Adi Prayitno (FISIP), Gun Gun Heryanto (FIDIKOM), Masykuri Abdillah, Arskal Salim, dan Ismail Hasani (FSH), Oman Fathurahman dan Sudarnoto Abdul Hakim (FAH), Jejen Musfah (FITK), Dadi Darmadi dan Media Zainul Bahri (FU), dan Ali Rama (FEB) adalah penulis yang acapkali mewakili sivitas UIN Jakarta berbagi gagasan di berbagai kolom opini media massa.

Latar belakang keilmuan yang beragam menjadikan tema-tema yang ditulis mereka sangat beragam. Burhanuddin dan Adi yang berlatarbelakang keilmuan politik, banyak menuangkan gagasannya tentang realitas politik. Pun Gun Gun yang berlatar komunikasi politik, banyak menyoroti isu-isu serupa.

Burhanuddin, misalnya. Mahasiswa program doktor Ilmu Politik pada Australian National University ini menuangkan gagasannya di kolom opini Kompas, Selasa 21 Februari 2017, yang berjudul ‘Rasionalitas Pemilih Jakarta’. Dalam artikelnya, Burhan menyoroti kecenderungan pilihan masyarakat Jakarta setelah proses hitung cepat (quick count) dan rekapitulasi KPU atas perolehan suara cagub-cawagub Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Soal produktifitas menulis di media massa, Gun Gun sepertinya juga mencatatkan prestasi tersendiri  sebagai dosen-penulis produktif. Hampir setiap pekan, pengajar di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam FIDIKOM ini selalu hadir menyapa pembaca melalui artikel yang ditulisnya. Sesuai latar belakang keilmuannya, tema-tema tulisannya masih seputar komunikasi politik atau partai politik.

Pada 14 Februari lalu, misalnya. Gun Gun yang juga mengelola The Political Literacy Institute bersama Iding berbagi gagasan di Koran SINDO melalui artikelnya yang berjudul ‘Warga Memilih Pemimpin’. Seminggu sebelumnya, 8 Februari, Gun Gun menulis ‘Sole Candidate Harm Political Parties’ di The Jakarta Post. Melalui artikelnya, Gun Gun menyoroti  masih tingginya individu yang memilih jalur independen (sole candidate) dalam memperebutkan kursi kepemimpinan di berbagai daerah. Tingginya soal ini berbanding lurus dengan keharusan partai politik untuk berkaca dan mengoreksi diri.

Berbeda dengan Iding, Burhan, dan Gun Gun, Jejen dengan latar belakang keilmuannya di bidang pendidikan banyak berbagi gagasan atas sejumlah persoalan di dunia pendidikan. Sejumlah artikelnya banyak bermunculan di berbagai rubrik opini media massa seperti Internasionalisasi Islam Indonesia, Menakar Wacana Impor Rektor, Mewujudkan Sekolah Inklusi, dan Mengelola Guru Republik Indonesia.

Soal produktifitas menulis gagasan di media massa juga dicatatkan para penulis UIN Ciputat yang sejatinya bekerja di wilayah birokrasi. Dua diantaranya Nanang Syaikhu dan Edy A. Efendi. Beberapa waktu terakhir, Nanang menulis artikel berjudul Televisi Saat Ramadhan (Republika) dan Pendidikan Kepramukaan (Kompas). Sedang Edy baru-baru ini menulis Risalah Membaca Novel Sejarah (Kompas, 2016) dan Pilkada 2017 dan Produksi Kekuasaan (ANTARA NEWS, 2017).

 

Mereka Yang Berkhidmat di Luar Kampus

Aktifitas berbagi gagasan dengan menulis di rubrik opini media massa sepertinya juga dilakukan para alumni yang memilih berkhidmat di luar kampus. Baik sebagai peneliti di lembaga penelitian, editor penerbitan, maupun berbagai aktifitas lainnya.

Ahmad Najib Burhani, misalnya. Sarjana Jurusan Aqidah Filsafat, Fakultas Ushuluddin, dan Doktor Studi Agama-Agama dari University of California- Santa Barbara yang kini berkhidmat di Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI ini rajin berbagi gagasan di berbagai media massa nasional.

Sesuai bidang keilmuannya, Najib lebih banyak menyoroti isu-isu hubungan antara agama, agama dan politik, dan minoritas agama dan kelompok keagamaan. Tiga tulisannya sepanjang Januari-Februari yang dimuat Koran SINDO menjadi penanda produktifitasnya dalam menulis. Masing-masing yaitu Aksi Bela Islam dan Fragmentasi Otoritas Keagamaan, Genealogi Islam Nusantara, dan Membela Wasathiya Islam.

Fajar Kurnianto, alumni yang kini berkhidmat sebagai editor salah satu penerbitan nasional sekaligus peneliti independen pada Pusat Studi Islam Islam dan Kenegaraan, juga mewakili wajah lulusan UIN Ciputat yang rajin berbagi gagasan di kolom opini media massa. Menariknya, latar belakangnya sebagai sarjana Tafsir Hadits (2006) tidak menyurutkannya berbagi gagasan tentang tema-tema  sosial politik.

Awal 2017 ini, misalnya, Fajar membagikan gagasannya ‘Debat Calon dan Hak Publik’ di kolom opini Kompas. Masih di media yang sama, Fajar dalam rentang waktu yang cukup lama, juga menuliskan sejumlah gagasannya. Diantaranya, Pemimpin Bernalar Kewarganegaraan (2015), Degenerasi Kepemimpinan PDI Perjuangan (2015), dan Memidana Partai Politik (2014).

 

Generasi Pendahulu

Produktifitas menulis di kolom opini media massa sepertinya telah mentradisi sejak perguruan tinggi ini masih berstatus Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Beberapa nama bisa disebut ‘generasi pendahulu’ sekaligus masih tetap produktif menulis hingga kini. Tiga diantaranya Fachry Ali, Azyumardi Azra, dan Komaruddin Hidayat.

Sepanjang 2016, beberapa kolom Fachry dimuat Kompas. Diantaranya Pancasila, BI, dan Ekonomi (Juni 2016), Brexit, Waktu, dan Manusia (Juli 2016) Tiongkok, BUMN, dan Sistem Global (2015), BUMN dan ‘Jokowinomics’ (2014). Selain Kompas, Fachry juga menulis di banyak media seperti Rezim Uang dan Legitimasi Politik (Bisnis Indonesia). Diantara kekhasan tulisan Fachry adalah kemampuannya menyajikan sebuah tulisan dengan ulasan mendalam baik dari sisi data maupun perspektif keilmuannya.

Dari kelompok ‘generasi pendahulu’, Azra sepertinya masih menjadi tokoh terdepan dalam soal produktifitas menulis di media massa. Tidak heran, karena produktifitasnya, Azra diganjar sebagai salah satu dari lima Cendekiawan Berdedikasi 2015 oleh Kompas. Bersama A. Prasetyantoko, Sri Moertiningsih Adioetomo, Yonky Karman, dan Yudi Latif, Azra dipilih karena kesetiaannya berbagi gagasan melalui rubrik opini Kompas.

Beberapa opini Azra yang terbaru dimuat Kompas diantaranya Islam Indonesia Berkelanjutan, Mereformasi Lembaga Peradilan, Mahar Politik dan Politik Mahar, Politik Pendidikan Tinggi. Selain kolom opini, Azra juga rutin berbagi gagasan di kolom analis politik di harian yang sama bersama sejumlah ilmuwan politik nasional lainnya seperti J. Kristiadi dan Yudi Latif.

Selain Kompas, Azra juga menulis di kolom opini sejumlah media massa lain. Salah satunya menjadi penulis tetap dalam Kolom Resonansi, Harian Umum Republika. Di kolom ini, ia biasa berbagi gagasan bersama sejumlah penulis lain seperti Syafi’i Ma’arif, Nasihin Masha, Asma Nadia, dan Ikhwanul Kiram Mashuri.

Selain Fachry dan Azra, generasi awal yang rutin dan masih produktif menulis di kolom opini media massa adalah Komaruddin Hidayat. Beberapa tulisan terbarunya yang dimuat Kompas diantaranya, Kita dan Wajah Suram Arab (2016) dan Peran Sosial Agama (2016). Selain Kompas, ia juga rajin menulis di kolom opini Koran SINDO.

Di luar Fachry, Azra, dan Komaruddin, sebetulnya terdapat beberapa penulis lain yang bisa dikategorikan sebagai generasi pendahulu dan masih aktif menulis di media massa. Diantaranya Masykuri Abdillah dan Andi Faisal Bakti. Masykuri, misalnya, terakhir kali menerbitkan artikelnya di kolom opini Kompas berjudul ‘Model Demokrasi di Negara Muslim’ (2016). Sedang Andi terakhir menulis ‘Deradikalisasi dan Perdamaian’ (2016), masih di kolom opini Kompas.

Isu Lokal, Buku, dan Jurnal

Selain media massa nasional, sejumlah penulis dari Ciputat juga menulis di media massa lokal. Pemilihan menulis di media massa terakhir sepertinya lebih didasarkan pada konsentrasi mereka pada isu-isu yang banyak berkembang di wilayahnya. Isu-isu pembangunan sosial, politik, ekonomi, dan keislaman dalam skala tertentu sepertinya masih menjadi perhatian mereka.

Di luar tradisi menulis di media massa, nasional maupun lokal, sejumlah besar intelektual UIN Ciputat juga sepertinya lebih memilih menuliskan gagasannya dalam bentuk buku maupun jurnal. Khusus untuk buku, selain penerbitan nasional, beberapa diantaranya dipublikasikan oleh penerbit terkemuka dunia seperti Routledge, Palgrave Macmillan, Brill, dan Ohio University Press.

Sedang untuk jurnal, tak kurang dari 265 artikel ilmiah terindeks SCOPUS dengan 17.845 pengutipan (citation) versi Google Scholar Citation (Desember 2016) dihasilkan para akademisi UIN Jakarta. Tak hanya keislaman, ratusan artikel yang ditulis dosen-peneliti UIN Jakarta memuat tema-tema keilmuan di bidang ekonomi, sains, politik, dan kedokteran (diolah dari berbagai sumber/luthfy rf/yuni nurkamaliah/nn).