Rektor Amany Lubis: PTKIN Harus Aktif Melakukan Sosialisasi di Luar Negeri

Rektor Amany Lubis: PTKIN Harus Aktif Melakukan Sosialisasi di Luar Negeri

Gedung Rektorat, BERITA UIN Online – Rektor UIN Jakarta Amany Lubis menyarankan perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN) di bawah Kementerian Agama harus banyak melakukan promosi dan sosialisasi di luar negeri. Hal itu merupakan salah satu langkah internasionalisasi PTKIN agar lebih dikenal di kalangan masyarakat internasional.

Rektor Amany Lubis mengatakan hal itu saat menjadi pembicara kunci pada Seminar Daring bertajuk “Mencari Terobosan Kerja Sama Internasional di UIN/IAIN/Perguruan Tinggi Islam di Masa Pandemi Covid-19” yang digelar melalu kanal Zoom, Kamis (30/4/2020). Seminar yang diseleggarakan Pusat Layanan Kerja Sama Internasional (PLKI) UIN Jakarta ini diikuti oleh perwakilan Kantor Internasional seluruh UIN/IAIN di Indonesia.

Seminar menghadirkan empat narasumber, yaitu Wakil Rektor Bidang Kerja Sama UIN Jakarta Andi Faisal Bakti, Ketua Lembaga Peneltian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Jakarta Jajang Jahroni, Kepala Bagian Kerja Sama Luar Neger Biro Hukum dan Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Agama Thobib Al-Asyhar, dan Fungsional Diplomat Madya Direktorat Kerja Sama Teknik Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Diar Nurbintoro. Seminar dipandu Kepala PLKI Dadi Darmadi.

Menurut Rektor, dalam rangka internasionalisasi PTKIN, banyak cara yang harus dilakukan, di antaranya dengan membuat sebanyak mungkin media promosi, misalnya membuat brosur yang dicetak dalam berbagai bahasa asing.

“Promosinya bisa dilakukan misalnya melalui Kementerian Luar Negeri, KBRI, dan bahkan Kementerian Agama sendiri,” katanya.

Di antara promosi itu bagamana PTKIN mampu menjaring mahasiswa asing agar tertarik untuk belajar di UIN atau IAIN. Menurut Rektor, ketertarikan mahasiswa asing untuk belajar di UIN/IAIN selama ini karena faktor agama yang diajarkan secara moderat. Selain itu juga banyak PTKIN saat ini yang menyediakan asrama bagi mahasiswanya dengan sistem pesantren.

“Faktor-faktor ini yang di antaranya mahasiswa mau belajar di PTKIN,” tandas alumni Universitas Al Azhar Mesir itu.

Rektor mengatakan dalam upaya mendatangkan mahasiswa asing belajar di PTKIN bisa dilakukan dengan skema kerja sama beasiswa. Mereka harus memiliki sponsor atau agensi, tetapi bagi yang mampu mungkin akan membayar sendiri. Cuma yang penting bagi PTKIN sedapat mungkin menghindari komersialisasi.

Strategi lain dalam rangka internasionaisasi PTKIN adalah dengan mendatangkan dosen-dosen asing sebagai dosen tamu. Dosen asing harus diusahakan dan diberi masa mengajar minimal satu semester.

“Pengalaman di UIN Jakarta kami banyak mendatangkan dosen-dosen asing. Misalnya dosen-dosen dari Universitas Al Azhar yang telah berpendidikan S2 dan S3,” ujarnya.

Jadi, untuk mengangkat reputasi PTKIN di masyarakat internasional, kuncinya bukan hanya adanya dosen asing dan sarana belajar memadai saja melainkan juga mahasiswa asing sebagai peserta didik. (ns)