Pemuda Harus Mandiri dan Memiliki Sikap

Pemuda Harus Mandiri dan Memiliki Sikap

Reporter: Akhwani Subkhi

 

Hall Student Center, UINJKT Online - Aktivis perempuan Ratna Sarumpaet meminta kepada generasi muda atau mahasiswa agar memiliki jiwa kemandirian dan sikap berani untuk mengatakan mana yang salah dan benar. Hal itu ia sampaikan ketika memberikan orasi kebangsaan peringatan 80 tahun Sumpah Pemuda bertema "Menjaga Tradisi, Membangun Jati Diri, Menjadi Kaum Muda Mandiri" di Hall Student Center, Jumat (31/10) malam.

 

Berdasarkan hasil pengamatannya ketika ia mengunjungi beberapa kampus, ia menganggap akhir-akhir ini pemuda sudah tidak merasa gelisah melihat berbagai permasalahan yang sedang melanda bangsa. Bahkan menurut Ratna, pemuda saat ini seolah-olah beranggapan setelah reformasi semuanya sudah selesai.

 

"Sikap dan kemandirian pemuda adalah tidak mudah dipengaruhi orang lain dan berani mengatakan sesuatu yang benar," cetusnya. Ia melanjutkan, jika pemuda dan mahasiswa sudah tidak memiliki jiwa kritis maka bisa dikatakan pemuda sudah tidak ada.

 

Perempuan yang kini mencalonkan diri sebagai calon presiden ini mengharapkan pada pemilu mendatang mahasiswa mempunyai pilihan cerdas dalam menentukan calon pemimpin bangsa ini. Sebab, suara pemuda cukup signifikan sekitar 30 persen. "Dalam momen pemilu nanti, anak muda harus kritis dan mandiri untuk mengatakan ini salah dan ini benar," tegasnya dengan lantang.

 

Ia mengajak kaum muda untuk melakukan suatu perubahan dan jangan berdiam diri karena nasib dan masa depan bangsa ini berada di tangan kaum muda.

 

Aktivis sosial Yayasan Nanda Dian Nusantara Roestin Ilyas senada dengan Ratna. Ia mengatakan mahasiswa jangan sampai kehilangan roh kemahasiswaannya dan jangan berpangku tangan, melainkan ia harus menjadi motor pergerakan masyarakat.

 

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Komunitas Tionghoa Antikorupsi (Komtak) Purn Laksmadya Sumitro mengungkapkan dua prinsip munculnya Sumpah Pemuda yaitu semangat membangun bangsa atas dasar kebangsaan (bukan kesukuan, keagamaan, atau lainnya) dan menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa.

 

Ia menilai kedua prinsip tersebut kini sudah luntur karena politik kekuasaan lebih dominan daripada politik kebangsaan. "Terpenting adalah menjaga kekuatan magis pemuda agar keadaan politik kekuasaan tidak lebih dominan daripada politik kebangsaan," ungkapnya.

 

Sumitro menambahkan eliti politik sekarang merupakan hasil kontaminasi politik kekuasaan. Ia melihat meski politik kekuasaan lebih dominan, tetapi politik kebangsaan masih ada walaupun tertatih-tatih. (Nif/Ed)