Pembiasaan, Kunci Kuasai Bahasa Arab

Pembiasaan, Kunci Kuasai Bahasa Arab

Reporter: Mamduh Tirmidzi

Gedung FDI, UINJKT Online – Ahli bahasa Arab asal Sudan, Dr Aldhaw Awadh al-Karim, mengatakan, untuk menguasai bahasa asing, khususnya bahasa Arab, mahasiswa dituntut untuk tidak segan dan malu membiasakan diri memakainya setiap hari. Pembiasaan merupakan kunci paling utama dalam menguasai suatu keterampilan, terutama keterampilan berbahasa.

Hal itu dikatakan Aldhaw dalam stadium general bertajuk “Efektifitas Pembelajaran Bahasa Arab” di gedung Fakultas Dirasat Islamiyah (FDI), Rabu (11/3). Acara dihadiri Pejabat Dekan FDI Prof Dr Abuddin Nata serta sejumlah dosen dan mahasiswa.

“Banyak alumnus Timur Tengah asal Indonesia yang bahasa Arabnya masih sangat kacau dikarenakan mereka menggunakan bahasa Arab hanya di area kampus dan kelas semata,” katanya. Selebihnya, mereka berintraksi dengan sesama orang Indonesia dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Staf pengajar LIPIA dan Univeritas al-Azhar Indonesia lebih lanjut menegaskan, ini menegaskan, jika bahasa Arab sudah menjadi santapan sehari-hari mahasiswa FDI misalnya, maka tidak ada keharusan bagi alumnus FDI untuk belajar ke Timur Tengah sekadar mempelajari bahasa Arab. Tetapi mereka cukup dengan memberanikan diri dalam praktik dan memanfaatkan fasilitas yang ada di fakultas ini.

“Negara-negara Arab saat ini sedang gencar mencari tenaga ahli di bidang akuntansi, kedokteran dan keperawatan, serta desain untuk dipekerjakan di sana dengan iming-iming gaji puluhan juta rupiah per bulan. Hanya saja, syarat untuk dapat bekerja di antaranya harus menguasai bahasa Arab dengan aktif dan benar,” katanya.

Menurut dia, banyak media yang bisa dimanfaatkan oleh peminat bahasa Arab guna meningkatkan kualitas bahasanya. Di samping buku-buku berbahasa arab yang tersedia di perpustakaan, mahasiswa juga dapat membuka situs-situs berbahasa arab dengan mudah. Hal ini bertujuan untuk memperkaya kosa kata baru dan bahasa populer Arab.

Di samping itu, lanjutnya, untuk meningkatkan kepekaan pendengaran, mahasiswa dapat membiasakan diri untuk menonton stasiun-stasiun televisi Arab melalui saluran TV yang tersedia di fakultas. Sedangkan untuk meningkatkan kemampuan berbicara, cukup dengan mengajak teman sesama fakultas dan para dosen FDI untuk menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa percakapan utama. “Jadi, mahasiswa dengan sendirinya telah menciptakan bî’ah al-‘Arabiyah,” tuturnya.