Muhammadiyah dan Inovasi

Muhammadiyah dan Inovasi

Muhbib Abdul Wahab, Sekretaris Lembaga Pengembangan Pesantren PP Muhammadiyah

Pada Kamis, 18 November 2021, Muhammadiyah genap berusia 109 tahun. Tema Milad Muhammadiyah kali ini  “Optimis Hadapi Covid-19: Menebar Nilai Utama”. Tema ini, mencerminkan komitmen kemanusiaan dan kebangsaan Muhammadiyah.

Selama pandemi, Muhammadiyah tak hanya menyalurkan bantuan kemanusiaan, tetapi juga memfasilitasi vaksinasi Covid-19, sosialisasi protokol kesehatan, penyediaan tenaga kesehatan, mobil ambulans, dan sebagainya.

Sebagai organisasi sosial keagamaan modern, Muhammadiyah sudah banyak membantu pemerintah, terutama di sektor pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, ekonomi, jihad konstitusi. Namun di era disrupsi ini, peran Muhammadiyah dalam inovasi sangat diperlukan.

Gerakan tajdid dan visi Islam berkemajuan perlu diorientasikan kepada inovasi yang menginspirasi dan mencerahkan masa depan.

Spirit inovasi

Menurut Riset dan Evaluasi Bank Dunia (2015) terhadap 150 negara, kemajuan suatu negara terutama ditentikan, inovasi dan kreativitas (45 persen), jejaring dan kolaborasi (25 persen), penguasaan sains dan teknologi (20 persen), dan SDA melimpah (10 persen).

Indonesia sangat kaya SDA tetapi miskin inovasi sehingga kekayaan alamnya banyak dieksplorasi dan dikuasai asing, belum banyak mensejahterakan rakyatnya sendiri.

James L Peacock, antropolog Harvard University, yang menulis mengenai pembaharu dan pembaharuan agama, mencatat peran Muhammadiyah sebagai organisasi kesejahteraan dan pendidikan swasta dan non-Kristen paling menonjol di Indonesia.

Amal usahanya: pesantren, madrasah, sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit, panti asuhan terbukti berkontribusi sangat strategis bagi kemajuan Indonesia.

Metode dakwah KH Ahmad Dahlan, lanjut Peacock, sangat sederhana, tetapi mengena. Ia memberi pengajian Subuh di masjid berulang-ulang mengupas surah al-Ma’un saja. Para muridnya diminta fokus bagaimana melaksanakan pesan surah al-Ma’un.

Meski semua telah hafal tetapi belum tentu mengamalkannya. Kiai Dahlan lalu mengajak murid-muridnya menggalang donasi dan menyantuni anak-anak yatim dan fakir miskin secara terorganisasi.

Itulah benih inovasi penafsiran ajaran Alquran sekaligus praksis gerakan yang membuat Muhammadiyah berkembang pesat, mandiri, tidak pernah menjadi beban dan membebani negara.

Selain inovasi metode penafsiran, pendiri Muhammadiyah juga pernah “melawan arus”, memperbaiki arah kiblat masjid keraton Yogyakarta yang salah dengan pemikiran inovatif berbasis ilmu falak (astronomi).

Persyarikatan Muhammadiyah dikembangkan berbasis sistem gerakan, pendidikan, pelayanan sosial, keteladanan intelektual, manajerial, intelektual, dan finansial bukan berbasis figur, tokoh, atau kharisma pemimpinnya.

Kepemimpinan Muhammadiyah kolektif kolegial dan visioner dipandang sebagai faktor determinan dalam menggerakkan mesin dan gerbong persyarikatan hingga mampu hadir menembus berbagai penjuru Tanah Air.

Indonesia Maju

Indonesia maju adalah impian kita semua, yang mengharuskan inovasi tanpa henti. Inovasi harus ditopang kebijakan pembangunan SDM unggul dan inovatif, peta jalan riset dan pengembangan ilmu yang jelas, serta pendanaan yang memadai.

Salah satu rekomendasi Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Makassar (2015) adalah membangun masyarakat ilmu.

Dalam hal ini, Muhammadiyah mengajak perguruan tinggi, khususnya perguruan tinggi Muhammadiyah, menjadi pusat inovasi unggulan dan center of technopreneurship dalam bentuk universitas riset.

Belajar dari negara-negara maju, inovasi pendidikan tinggi dapat dilakukan dengan tiga langkah strategis. 

Pertama, peningkatan proses: inovasi dapat dikembangkan dalam kinerja sehari-hari dan dilihat sebagai cara untuk membuat proses pembelajaran menjadi lebih mudah, efektif, menarik, dan mengurangi stres.

Karena itu, inovasi harus berorientasi peningkatan efektivitas pemanfaatan teknologi pendidikan, khususnya pembelajaran daring; sekaligus peningkatan efisiensi waktu dan biaya pendidikan.

Kedua, modifikasi proses, yaitu inovasi yang secara signifikan mengubah proses, kinerja, atau kualitas produk dan luaran pembelajaran, seperti pembelajaran akseleratif, pembelajaran campuran (daring dan luring), pembelajaran berbasis riset, dan pembelajaran bermuara publikasi artikel pada jurnal.

Perkuliahan tidak sekadar transfer of knowledge, tetapi harus menjadi interaksi dan diskusi akademik yang menginspirasi dan melahirkan inovasi melalui riset integratif dan kolaboratif antara dosen dan mahasiswa, untuk kemudian dipublikasikan.

Ketiga, transformasi sistem, yaitu konversi sistemik, misalnya sistem pendidikan yang sepenuhnya otomatis, berbasis digital, pembelajaran mandiri, pembelajaran daring dan luring.

Inovasi pendidikan tinggi harus menjadi bagian integral dari sistem pendidikan. Peningkatan kualitas dan skala inovasi pendidikan akan berdampak positif pada pendidikan itu sendiri dan bermanfaat bagi terbangunnya masyarakat ilmu.

Dengan jaringan PTM semakin berkemajuan dan tersebar di seluruh nusantara, Muhammadiyah diharapkan berperan strategis dalam mengembangkan inovasi. Spirit tajdid Muhammadiyah bisa menjadi modal dan nilai utama dalam berkontribusi memajukan Indonesia.

Sumber: Republika, 18 November 2021. (mf)