Mohammad Roem, Diplomat Ulung dan Muslim Ideal

Mohammad Roem, Diplomat Ulung dan Muslim Ideal

Reporter: Jamilah

Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia (RI), nama Mohammad Roem tidak dapat dilupakan. Laki-laki kelahiran Klewogan, Parakan, ini adalah salah satu tokoh diplomasi Indonesia yang berhasil mengantarkan negeri ini menuju gerbang kemerdekaan, menjadikan bangsa berdaulat, serta mendapat pengakuan penuh dunia Internasional.



Pada Selasa 16 Mei 2009, atas gagasan Dewan Mesjid Indonesia (DMI), UIN Jakarta bekerjasama dengan Departemen Luar Negeri RI menggelar Annual Lecture Mohammad Roem ke 101 guna mengenang jasa-jasanya dalam perjuangan kemerdekaan RI di Aditorium Utama UIN Jakarta.

Karir Mohammad Roem dalam diplomasi diawali sebagai Menteri Dalam Negeri tahun 1946-1947 dan merangkap sebagai anggota delegasi perjanjian gencatan senjata pertama dan Perjanjian Linggarjati. Tahun 1948, Roem ditunjuk sebagai ketua delegasi untuk meneruskan perundingan Renville. Dan tahun 1949 memimpin delegasi RI dalam perundingan Roem-Royen. Setelah itu ia menjadi menteri dalam beberapa kabinet parlementer.

Sosok Roem yang humanis sangatlah disegani baik oleh lawan maupun kawan. Namanya dikenal baik di dalam maupun luar negeri. Menurut Menlu RI Dr Nur Hassan Wirajuda, Muhammad Roem adalah tokoh diplomasi RI yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk menegakan kemerdekaan Indonesia melalui jalur diplomasi. Hubungan luar negeri inilah yang sangat diperlukan Indonesia dalam menggalang dukungan dari berbagai negara terhadap kemerdekaan Indonesia.

“Namun demikian, posisi perjuangan diplomasi tidak mengalahkan pentingnya peran  perjuangan fisik, kedua-duanya sama-sama penting dalam meraih kemerdekaan RI,” ujar Wirajuda dalam key note speak­-nya pada acara Annual Lecture Mohammad Roem.

Selain sebagai tokoh diplomasi, Moh Roem juga dikenal sebagai tokoh pergerakan Islam. Pada 1925 ia tercatat sebagai anggota Pergerakan Pemuda Islam (Jong Islamieten Bond) serta aktif di Kepanduan Islam (National Indonesische Padvinderij) pada 1926. Selain itu laki-laki yang lahir pada 18 Mei 1908 ini juga aktif dalam kelompok studi Studenten Islam Studie Club. Setahun kemudian ia aktif dalam PSII dan ketika Masyumi berdiri pada 1945 ia pun tercatat sebagai pendirinya.

“Muhammad Roem adalah sosok diplomat dan Muslim ideal yang lapang dada, terbuka jiwa, hati dan fikirannya serta tidak picik beragama. Diharapkan dengan digelarnya kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya diplomasi serta mampu menciptakan Mohammad Roem-Mohammad Roem berikutnya,” harap Rektor UIN Jakarta Prof Dr Komaruddin Hidayat saat konferensi pers usai acara bersejarah itu yang ke depan akan digelar setiap tahun di UIN Jakarta. []

 

Â