Menaker: “Berinovasi Atau Mati”

Menaker: “Berinovasi Atau Mati”

[caption id="attachment_14544" align="alignleft" width="281"]Menteri Ketenagakerjaan Muhamad Hanif Dhakiri S.Ag MA menyampaikan orasi ilmiah di Gedung Auditorium Utama Harun Nasution, Sabtu (26/11). Orasi ilmiah disampaikan di hadapan para wisudawan dalam rangka wisuda UIN Jakarta ke-102. Menteri Ketenagakerjaan Muhamad Hanif Dhakiri S.Ag MA menyampaikan orasi ilmiah di Gedung Auditorium Utama Harun Nasution, Sabtu (26/11). Orasi ilmiah disampaikan di hadapan para wisudawan dalam rangka wisuda UIN Jakarta ke-102.[/caption]

Auditorium Utama, BERITA UIN Online– Menteri Ketenagakerjaan Muhamad Hanif Dhakiri S.Ag MA menyampaikan orasi ilmiah di Gedung Auditorium Utama Harun Nasution, Sabtu (26/11). Orasi ilmiah disampaikan di hadapan para wisudawan dalam rangka wisuda UIN Jakarta ke-102.

Dalam orasinya, menteri yang “nyantri” tersebut mengatakan, bahwa saat ini lembaga pendidikan hendaknya beradaptasi dengan pasar kerja yang lebih relevan. Pasalnya, walau pun pengangguran tahun ini menurun dibanding tahun sebelumnya, yaitu dari angka 6,18 persen menjadi 5,8 persen. Namun demikian, angka pengangguran dari kalangan sarjana masih cukup tinggi.

“Oleh karena itu, pendidikan vokasi dirasa sangat penting untuk segera direalisasikan pada lembaga-lembaga pendidikan. Selain menambah pengetahuan dan keterampilan baru, namun  juga menjadi bekal bagi sarjana untuk terjun dan berkarya di dunia kerja,” ujar Hanif.

Ditambahkannya, sarjana dan lembaga pendidikan harus memiliki daya saing yang tinggi, guna menghadapi era globalisasi dan persaingan bebas seperti saat ini. “Indonesia harus jadi pelaksana dan pengisi era persaingan saat ini, sekaligus menjadi pemenang,” tandasnya.

Pendidikan menurut Hanif, harus mampu membentuk insan pelajar yang memiliki tiga hal. Ketiga hal tersebut diantaranya; pertama, sarjana atau alumni yang memiliki karakter. Karakter menjadi daya dorong utama sekaligus dasar sebuah motivasi. Kedua, pendidikan harus melahirkan alumni yang berkompetensi. Berkompetensi dalam hal bagaimana menemukan ide-ide guna memecahkan permasalahan yang dihadapi saat ini.

“Sedang yang ketiga, adalah kreatifitas. Sarjana atau alumni harus memiliki kreatifitas yang konstruktif dan inovatif sehingga hal itu menjadi nilai tambah bagi dirinya dan lingkungan,” papar menteri yang juga alumni PTAIN jurusan bahasa Arab fakultas Tarbiyah itu.

Di akhir orasinya, menteri berpesan kepada para wisudawan untuk terus mengembangkan diri dengan berbagai keahlian, hal itu guna menghadapi persaingan pasar kerja yang lebih luas dan ketat.

“Bekali diri dengan keahlian dan keterampilan, agar tidak tergilas oleh revolusi teknologi dan industri yang sangat kompetitif. Masa perjuangan kemerdekaan semboyan para pahlawan kita adalah “Merdeka atau Mati”. Maka saat ini, kita berjuang menghadapi era globalisasi, maka semboyan kita adalah “Inovasi atau Mati”. Jangan putus asa, saya yakin lulusan PTAIN berokah. Selama kita terus berusaha, jalan menuju kesuksesan masih terbuka,” himbau menteri dan disambut tepuk tangan meriah dari para wisudawan serta tamu undangan. (lrf)