Mahasiswa KPI, Mengisi Liburan di Kampung Inggris, Pare

Mahasiswa KPI, Mengisi Liburan di Kampung Inggris, Pare

[caption id="attachment_15542" align="aligncenter" width="1032"] Suasana belajar Bahasa Inggris di Kampung Inggris, Pare, Kediri, Jatim. Ada dua bule dari Belanda sedang memberi materi speaking[/caption]

Pare, BERITA Online UIN - Minggu, 22 Januari 2016, belasan mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (KPI) UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, menuju Kediri.

Dari Stasiun Pasar Senen, jam 16.00 WIB mereka naik Kereta Api Brantas tujuan Stasiun Kediri. Merekaduduk di kelas ekonomi gerbong 3. Perjalanan menuju Kediri, Jawa Timur menghabiskan waktu sekitar 14 jam. Jam 07.00 pagi, 23 Januari, mereka tiba.

Dari Stasiun Kediri, rombongan mahasiswa KPI naik mobil carteran. Per mahasiswa dikenai biaya Rp50.000. Sekitar 40 menit, mereka tiba di Kampung Inggris, Pare, Kediri. Langsung menuju tempat kursus, The Effortless Course (TEC).

Kenapa memilih TEC? Padahal di Kampung Inggris ada beberapa tempat kursus yang cukup mentereng. Sebutlah Basic English Course (BEC) punya pendiri Kampung Inggris, Mr Kallend Osen. Ada Kresna, Mahesa Institute, Test, Smart, Global English, The Daffodils, Elfast, Mr Bob. Lembaga-lembaga ini cukup dikenal di Kampung Inggris.

Kampung Bahasa Inggris terletak di Desa Singgahan dan Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kediri, Jawa Timur. Kegiatan belajar di Kampung Inggris dimulai setiap tanggal 10 dan 25 setiap bulannya. Lingkungan di Kampung Inggris sudah tertata seperti lingkungan sekitar kampus. Ada banyak warung makanan, laundry, warnet dan jual pulsa.

TEC jadi pilihan mahasiswa KPI karena jumlah siswanya tak terlalu banyak. Ada sekitar 30 siswa. Dibagi menjadi tiga kelas. Di TEC dibina oleh Mr Abu Wildan dan dibantu empat pengajar yang lain. Setiap pengajar punya keahlian tersendiri. Ada yang focus ke grammar, pronunciation, speaking dan vocabulary.

“Yang menyenangkan kursus di TEC karena suasana kekeluargaan. Selain belajar Bahasa Inggris, kami juga ada kewajiban salat berjamaah Maghrib, Isya dan Subuh,” ujar Siti Nadhifa, mahasiswa KPI semester 2.

Bagi Nadhifa, suasana di TEC tak hanya menyenangkan tapi bikin betah. Betah karena para pengajarnya mampu memberi motivasi dan arahan agar belajar Bahasa Inggris dengan mudah.

Apa yang dirasakan Nadhifa, juga dirasakan Nurma Shabila. Shabila merasa pola pengajaran di TEC tidak menjadikan Bahasa Inggris sebagai bahasa yang susah dipelajari.

“Prinsipnya, kami disuruh praktik. Praktik bicara Bahasa Inggris. Kami diminta harus berani bicara Bahasa Inggris dan jangan takut salah,” ungkap Shabila.

Teman Shabila yang lain, Sarah Hana Salsabila, pun mengunkapkan rasa kegembiraan belajar di TEC, Kampung Inggris. Sarah yang pernah mondok di Gontor. Ponorogo, Jatim, merasa lebih nikmat. Karena di TEC, selain komunikasi pakai Bahasa Inggris, juga memakai Bahasa Arab.

“Karena saya pernah mondok, rasanya pas dengan suasana di TEC. Bisa ngomong pakai Bahasa Arab selain Bahasa Inggris,” tutur Sarah.

Sarah terkesan dengan pola belajar di TEC. Dia mengharapkan setiap libur semester, bisa belajar ke Kampung Inggris lagi. Keinginan belajar lagi di Pare, juga diamini Andini Jayanti Putri, Fadillah dan Fellia

“Doakan semoga kami betah. Kami belajar salama satu bulan. Lima kali pertemuan dalam sehari. Belajar sejak usai Subuh, gak bikin bosan,” harap Andini. (Edi E)