Jalinan Keilmuan PAI-Ushuluddin Perlu Diperkuat

Jalinan Keilmuan PAI-Ushuluddin Perlu Diperkuat

Ciputat, BERITA UIN Online-- Diskusi dosen Fakultas Ushuluddin (FU) UIN Jakarta menyoroti pentingnya kembali merajut jalinan keilmuan keislaman lebih erat antara antara prodi-prodi FU dengan Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK). Hal ini diperlukan guna menghasilkan pendidik keagamaan Islam yang mumpuni baik secara keilmuan Islam maupun teknis pedagogi.

Demikian benang merah diskusi Dosen FU UIN Jakarta bertopik ‘Ushuluddin dan PAI: Antara Prospek dan Tantangan’ yang dilakukan secara daring, Rabu (13/5/2020). Diskusi yang dibuka Dekan FU Dr. Yusuf Rahman menghadirkan narasumber Ketua Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) UIN Jakarta Muhammad Zuhdi MA Ph.D dengan moderator Wakil Dekan Bidang Akademik FU Kusmana Ph.D.

Dalam sambutannya Yusuf mengatakan, PAI dan Ushuluddin memiliki relasi yang melekatkan satu sama lain. Melalui berbagai prodinya seperti Ilmu al-Quran dan Tafsir, Ilmu Hadits, Ilmu Tasawuf, Ushuluddin menjadi rumah kajian keislaman yang utuh. Sementara, PAI cenderung lebih banyak didominasi kajian pedagogis tentang bagaimana keilmuan keislaman seperti dipelajari di prodi-prodi Fakultas Ushuluddin bisa tersampaikan dengan baik kepada para siswa maupun mahasiswa.

Kondisi demikian tidak dipungkiri menyebabkan munculnya kelompok sarjana yang memiliki pemahaman keilmuan keislaman yang cukup mumpuni namun memiliki keterbatasan dalam teknis mengajar. Sedang di satu sisi terdapat sarjana yang memiliki penguasaan teknis dan pendekatan mengajar, namun basis pengetahuan keislaman yang sejajar dengan kelompok pertama. “Ini tantangan kita, bagaimana keilmuan ini bisa saling melengkapi,” katanya.

Sementara itu, Zuhdi dalam paparannya menyebutkan, LPM sebagai unit yang mengelola mutu akademik di lingkungan UIN Jakarta terus mendorong perbaruan kurikulum keilmuan dengan mempertimbangkan kepentingan peserta didik maupun regulasi kurikulum yang berlaku secara nasional. Menurutnya, hal ini juga memperhitungkan inovasi akademik masing-masing prodi dalam meningkatkan kualitas keilmuan para lulusannya.

Dalam diskusi yang berlangsung hampir tiga jam itu sejumlah dosen menyambut baik jika jalinan keilmuan PAI dan Ushuluddin kembali dirajut. Dr. Atiyatul Ulya, misalnya. Pengajar Prodi Ilmu Hadits ini menilai pentingnya kedua lembaga saling mengisi kekosongan dimana dosen-dosen keilmuan Islam mengajar langsung di PAI FITK, sebaliknya dosen keilmuan pendidikan Islam mengajar di prodi-prodi Ushuluddin. “Sehingga bisa saling melengkapi satu sama lain,” katanya.

Bahkan selain pertukaran pengajar, pengajar di Prodi Ilmu Alquran dan Tafsir Dr. Lilik Ummi Kaltsum mengusulkan perlunya kembali menghidupkan model program akta mengajar bagi mahasiswa atau lulusan prodi-prodi Fakultas Ushuluddin. Selain memberikan peluang profesional lebih luas di dunia kerja, program akta mengajar juga memungkinkan menutup kebutuhan pengajar agama Islam dengan keilmuan lebih mumpuni.

Menanggapi itu, Zuhdi mengatakan, jalinan keilmuan antara PAI-Ushuluddin sangat dimungkinkan untuk lebih dipererat. Menurutnya, jalinan keilmuan juga memungkinkan hadirnya pengajaran keislaman yang lebih utuh dengan model pengajaran yang lebih baik. “Silahkan inisiatif yang sangat baik ini untuk didiskusikan antara FU maupun FITK,” kata Zuhdi yang juga pengajar di Program Magister PAI FITK UIN Jakarta ini. (z. muttaqin)