In Memoriam Nurlena MA PhD: Dua Kisah yang Mengagumkan

In Memoriam Nurlena MA PhD: Dua Kisah yang Mengagumkan

Ciputat, BERITA UIN Online-- Salah satu dosen senior Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta Nurlena MA PhD berpulang ke rahmatullah pada Selasa, 16 Januari 2018 pukul 14.00 di kediamannya, Villa Dago Cluster Maribaya Blok E1 No 3 Pamulang Ciputat Tangerang Selatan.

Istri Pipip Ahmad Rifai (dosen Fakultas Filsafat dan Agama Universitas Paramadina) ini dikenal ramah, lembut dan dekat dengan semua orang yang dikenalnya. Berikut testimoni Fachry Ali (pakar ilmu komunikasi dan pengamat politik alumni IAIN Jakarta) yang ditulis Ali Haidar di laman Facebooknya pada Selasa (16/1/2018) pukul 5.36 pagi.

“Nama lengkapnya Nurlena. Saya memanggilnya Lena. Saya kenal dia awal 1970-an di Pasar Minggu. Lena masih gadis di bawah 10 tahun kala itu.

Tiga tahun setelah saya lulus Tsanawiyah Rawa Bambu, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Lena menyusul belajar di sekolah itu. Dan tiga tahun setelah saya lulus Sekolah Persiapan IAIN (SPIAIN), Al-Falah, Mampang Perapatan, Lena masuk ke sekolah itu. Dan tiga tahun setelah saya belajar di Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Tarbiyah IAIN Ciputat, Lena ikut menyusul.

Lena akhirnya berhasil meraih gelar doktor dalam pendidikan di Montreal, Canada. Salah satu gadis asal Pasar Minggu, yang berhasil meraih pendidikan hingga puncak. Ia menikah dengan yunior saya, Pipip A Rifa'i –yang juga meraih gelar doktor di universitas Kanada yang sama-.

Sore ini, saya sedang berada di Tokyo. Adik iparnya, ekonom Dr Fadhil Hasan (Pupup), mengabarkan kepergian Lena, gadis Pasar Minggu yang hebat itu, untuk selamanya. Lena, dengan sempurna kembali kepada Allah, Penciptanya.

Selamat jalan, Lena. Kami semua menjadi saksi seluruh kebajikan dan suri tauladan intelektualmu kepada kemajuan pendidikan.” (Fachry Ali)

Muda Bentara

Inna lillaahi wa innaa ilaihi raji'un. Semoga Allah SWT mengampuni dosa dan melapangkan kubur Almarhumah.

Oh ya Pak Fachry Ali, tahun lalu di Banda Aceh kami berkenalan dengan seorang anak muda santun yang baru datang dari Jakarta. Kala itu, dengan gaya sederhana ia bertanya tentang kitab-kitab Aceh karangan Syaikh Abdul Rauf as-Sinkili, ulama termahsyur dari Aceh.

Setelah tahu bahwa ia seorang mahasiswa peneliti, lantas saya mengubungi kawan-kawan yang paham akan kajian kitab ulama klasik dan mempertemukan ia dengan mereka.

Anak muda ini adalah mahasiswa lulusan S1, S2 dari McGill Montreal, dan saat itu kedatangannya ke Aceh untuk mencari bahan bagi rencana disertasinya (saat itu ia sudah masuk tahun kedua studi doktoralnya yang juga di McGill) yaitu untuk melacak jejak pemikiran dan hubungan antara Ibrahim al-Qurani, al-Qushahi yang merupakan guru dari Syaikh Abdul Rauf as-Sinkili.

Ia ingin meneliti keterkaitan jejaring keilmuan ulama-ulama mahsyur Arab tersebut hingga ke Indonesia. Yang menariknya Pak, anak muda ini amat cerdas. Kebetulan kami kala itu membuat diskusi kecil yang ia jadi pembicara, yang pesertanya juga ada lulusan al-Azhar, Cairo.

Penjelasannya bagus sekali, sebab ia lulusan Filsafat Islam McGill yang mesti mengkaji sumber ilmu dari akarnya langsung dalam bentuk penguasaan literatur bahasa Yunani, Arab dan Persia.

Pasca diskusi, saya juga pernah mengantarkannya ke rumah kediaman besan sepupunya yang akan menikah di Banda Aceh. Saya mengantarnya ke rumah almarhum Pak Ibrahim Hasan (eks Gubernur Aceh) di Geuceu, Banda Aceh sebab sepupunya menikah dengan cucu Pak Ibrahim Hasan. Sebelum tiba di rumah Pak Ibrahim Hasan, saya menunjukkan kepadanya Pustaka Ali Hasyimi, salah satu tempat Azra "bertapa" ketika menyelesaikan disertasinya dahulu.

Anak muda santun ini bercerita jika ia dulu sekolah ke McGill karena ikut orang tuanya yang mengambil doktoral ke Montreal. Di nama belakangnya ada nama belakang orang tuanya, yaitu Rifa'i, dan anak muda pintar ini adalah anak almarhumah Bu Nurlena yang obituarinya Bapak tulis ini.

Dari anaknya yang amat cerdas itu, saya terbayang bagaimana hebatnya daya juang Bu Nurlena dalam menuntut ilmu. Kalaulah penelitian anak almarhumah tersebut terwujud, kajiannya akan menjadi varian penyempurna dari kajian semisal milik Azra dan Oman yang bergerak di sisi historis, sebab dalam kajian anak Bu Nurlena ini, dunia filsafat dan rangkaian keilmuan Islam mampu ia bahas dan sampaikan dengan begitu gemulai, anggun, dan kuat.”

Nurlena Rifa’i MA PhD meninggal di usia 59 tahun. Lahir di Jakarta, 20 Oktober 1959. Lulus S1 di IAIN Jakarta Jurusan PAI 1985. Melanjutkan S2 di Mc-Gill University Kanada Bidang Islamic Studies 1993 dan menyelesaikan S3nya di universitas yang sama Bidang Pendidikan pada 2006.

Pangkat terakhir yang disandangnya sebagai Lektor Kepala Golongan IV/a dosen Bidang Ilmu Pendidikan di FITK UIN Jakarta dan pembimbing serta penguji tesis di Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta. Sempat menjabat Dekan FITK selama tiga tahun pada 2013-2015. (mf)