Hakikat Alam Semesta: Air? (2)

Hakikat Alam Semesta: Air? (2)

Benarkah asal-usul alam semesta berasal dari air, sebagaimana kata filosof Yunani, Thales (625-545)? Secara fisik dan kimiawi, subtansi air sudah dibahas di dalam artikel terdahulu. Bagaimana pandangan Alquran tentang pendapat Thalles? Apa dan siapa sesungguhnya air itu menurut Alquran dan hadis?

Kata air (al-ma’) di dalam Alquran terulang sebanyak 63 kali, baik dalam bentuk mufrad maupun jamak. Namun, keseluruhan ayat itu tidak ada yang menegaskan bahwa alam semesta ini berasal dari air. Hanya ada satu ayat yang mengisyaratkan bahwa air menjadi sumber kehidupan, “Dan apakah orang-orng yang kafir tidak mengetahui bahwasannya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS al-Anbiya’/23: 30).

Ayat di atas hanya menerangkan fungsi air sebagai sumber kehidupan dan memang terbukti bahwa keseluruhan makhluk hidup membutuhkan air. Tanpa air mereka tidak mungkin hidup. Kalangan saintis memperkirakan umur alam semesta ini sudah sekitar 406 juta tahun dan bumi yang kita huni ini baru berumur 308 juta. Bumi memerlukan waktu yang cukup lama untuk berproses guna hadirnya makhluk biologi di atasnya.

Semula, dataran permukaan bumi adalah batu keras, lalu ditumbuhi makhlus sejenis lumut yang kemudian melunakkan permukaan bumi, lalu tumbuhlah tumbuhan-tumbuhan lain yang lebih besar.

Setelah hadirnya tumbuh-tumbuhan, maka lahirlah serangga, binatang, burung yang hidupnya tergantung dari air, tentu juga melalui rumput-rumput dan hijau-hijauan sebagai makanannya. Setelah tumbuh-tumbuhan dan binatang tercipta, maka hadirlah manusia yang dikenal di dalam Alquran sebagai khalifah alam semesta: Kemudian kami jadikan kamu khalifah-khalifah (mereka) di bumi sesudah mereka, supaya kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat. (QS Yunus/10: 14).

Kehadiran air sangat dibutuhkan oleh bumi untuk membuatnya subur. Kesuburan perlu untuk memungkinkan tumbuh-tumbuhan hidup. Tumbuh-tumbuhan perlu untuk menghidupi binatang dan binatang perlu untuk memberikan kelengkapan protein manusia. Alam semesta secara keseluruhan ditundukkan kepada manusia guna mendukung kapasitasnya sebagai khalifah, sebagai mana dijelaskan dalam ayat: “Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengat nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tindakan-tindakan (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur. (QS Luqman/31: 3).

Air sebagai ciptaan Tuhan yang memberi kehidupan terhadap makhluk biologis, bukan sebagai sumber dari segala sumber kejadian alam semesta sebagaimana dikatakan Thales. Redaksi yang digunakan Alquran tentang air, Allah SWT menggunakan kata ja’ala (menciptakan dari bahan baku yang sudah ada), bukannya kata khalaqa (menciptakan sesuatu dari tiada), sebagaimana dapat dilihat dalam QS al-Anbiya’/21-30 di atas. Pengungkapkan air di dalam Alquran lebih merupakan unsur penting untuk mendukung langgengnya sebuah kehidupan di bumi. Air dikatakan sebagai faktor penting di dalam kebersihan: Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan kami turunkan dari langit air yang amat bersih. (QS al-Furqan/25: 48). Kehadiran air tawar dan air asin tentu juga tentu sudah diperhitungkan kegunaannya masing-masing dalam kehidupan. Tegasnya air bukan sumber atau asal-usul alam semesta, melainkan sebagai pendukung langgengnya kehidupan alam semesta.

Prof Dr Nasaruddin Umar MA, Guru Besar Ilmu Alquran Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sumber: Dialog Jumat Republika, 6 September 2019. (lrf/mf)