FITK Kaji Hikmah Nuzul al-Quran dari Berbagai Aspek

FITK Kaji Hikmah Nuzul al-Quran dari Berbagai Aspek

Teater Mahmud Yunus, BERITA UIN Online-- Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) Nuzul al-Quran Ramadhan 2019 M/1440 H pada Selasa (21/5/2019) di ruang teater Prof Dr Mahmud Yunus lt 3 Gedung FITK.

Sebelumnya pernah digelar acara serupa, yaitu uraian hikmah Isra’ Mi’raj dari beberapa aspek dan mendapat apresiasi dari peserta yang hadir. Kali ini, peringatan Nuzul al-Quran yang dihadiri para pegawai, pimpinan FITK, dan sejumlah guru besar dan dosen itu diulas dalam beberapa aspek.

Didapuk sebagai narasumber Ketua Prodi Matematika Dr Kadir MPd berbicara dalam perspektif Matematik, Ketua Prodi Magister Pendidikan Bahasa Arab Dr Muhbib Abd Wahab MAg mengulas dalam perspektif tata bahasa Arab, dan dosen PAI Dr Akhmad Sodiq MAg mengulas dalam perspektif Tasawuf.

Berdasarkan pantauan BERITA UIN Online, acara diawali dengan Khotmul Quran dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Alquran oleh Dosen PAI Bobi Erno Rusadi MPdI dan sambutan Dekan FITK Dr Sururin MAg.

Sururin dalam sambutannya mengatakan, kegiatan seperti ini akan rutin dilaksanakan pada setiap PHBI dan dirancang khusus sesuai dengan masukan para dosen, yaitu PHBI ditinjau dari beberapa aspek.

“Kami masih ingat buku Prof Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek. Ini bagian dari integrasi keilmuan dan merupakan perwujudan visi dan misi UIN Jakarta, yaitu terwujudnya integrasi keilmuan, keislaman, keindonesiaan, kemanusiaan, dan kemoderenan,” ujar Sururin.

Pada kesempatan yang sama, Dr Kadir dalam paparannya menyampaikan aspek-aspek Matematika yang terkandung di dalam Alquran dan kehidupan sehari-hari. Menurutnya, Allah menciptakan bilangan itu sebagai bahasa universal yang dapat ditemui di dalam ciptaan-Nya di alam ini.

“Angka-angka ini tidak kelihatan, yang kita lihat keindahannya. Kalau kita berpikir jauh, bangunan ini kokoh karena ada perhitungan yang matang dan detil oleh arsitek yang kita tidak lihat itu,” ujar Kadir.

Angka-angka ini, lanjutnya, berinteraksi dengan alam dan manusia melintas batas dari zaman dulu sampai sekarang dan tidak mengenal gender, etnis, budaya, dan agama.

“Allah menciptakan alam ini sangat sistematis dengan perhitungan yang luar biasa, dan seluruh ayat-ayat Alquran tersusun secara sistematis dengan angka-angka yang menakjubkan,” imbuhnya.

Sedangkan menurut Muhbib esensi besar Nuzul al-Qur’an adalah turunnya rahmat. Dengan kata lain, Alquran itu esensi besarnya adalah rahmat.

“Allah itu Maha Rahman Maha Rahim, Nabi Muhammad julukannya Nabiyurrahmah, kota Makkah dijuluki Ummu Rahm, dan Madinah nama lainnya adalah al-Marhumah (yang dikasihi),” ujar Muhbib.

Sumber turunnya, sambung Muhbib, penerimanya, dan tempatnya mempunyai satu relasi yang sama, yaitu rahmah. Ditambahkannya, substansi Alquran itu ada pada surat Al-Fatihah dengan simpul ayat pertama, yaitu bismillah.

“Simpul bismillah itu bermuara pada ar-Rahman dan ar-Rahim yang memiliki kata yang sama, dari rahima yarhamu dan dimensi rahmat Alquran itu adalah dari segi bahasa, seperti ayat yang sering diulang yang tidak hanya sekedar mengulang, tapi memiliki maksud tersendiri.” Paparnya.

Sementara, Dr Akhmad Sodiq sebagai pemapar terakhir mengutip perkataan Imam Ghozali dalam Kitab Jawahir al-Quran bahwa Alquran itu seperti kelapa, ada kulit, cangkang, cikal, dan santannya.

“Kulit itu artinya baru belajar huruf dan menulis Alquran. Ketika belajar tajwid, fashahah, qiraat, itu baru nyentuh cangkangnya saja, belum Alqurannya. Walaupun baru cangkangnya, itu sudah melahirkan orang-orang hebat dan sudah dipahalai oleh Allah,” ujar Kepala Ma’had Jamiah UIN Jakarta ini.

Yang baru menyentuh cangkang, sambungnya, level ini masih belum ketemu dan belum paham dengan apa yang diinginkan oleh Allah, sehingga terjadi mal praktik terhadap pemahaman Alquran.

“Dari masa Khawarij sampai hari ini, banyak orang yang tersesat di dalam Alquran karena memang tidak memadai untuk memaknai Alquran,” terangnya.

Ditegaskannya, orang yang bisa menemui santannya Alquran adalah orang yang batinnya suci yang ditunjukkan oleh Allah rahasia di balik ayat Alquran itu.

“Cintai Quran, karena kalau kamu sudah disayang Alquran, maka cinta itu akan membuka rahasia. Hanya orang-orang yang sudah jatuh cinta kepada Alquran dan dicintai Alquran akan diberi tahu oleh Allah rahasia Alquran,” pungkas Sodiq mengutip perkataan Quraish Shihab.

Usai tiga narasumber memaparkan hikmah Nuzul al-Quran dari beberapa aspek, acara diakhiri dengan doa dan para hadirin menuju loby FITK lantai 2 untuk berbuka puasa bersama pimpinan dan pegawai FITK. (lrf/mf)