Dubes RI untuk Rusia Kunjungi UIN Jakarta

Dubes RI untuk Rusia Kunjungi UIN Jakarta


Reporter: Fauziah Mursid

Ruang Sidang Utama, BERITA UIN Online – Duta Besar RI untuk Rusia, Hamid Awaludin, berkunjung ke kampus UIN Jakarta. Kedatangan Dubes yang tanpa didampingi staf itu diterima pimpinan UIN Jakarta di Ruang Sidang Utama lantai dua Gedung Rektorat, Kamis (23/6).

Kunjungan Dubes ke UIN Jakarta bertujuan untuk menindaklanjuti pengiriman enam mahasiswa muslim Rusia yang akan mendalami studi Islam di UIN Jakarta. Pengiriman sejumlah mahasiswa muslim Rusia ini merupakan kerja sama antara Kementerian Agama RI/UIN Jakarta dan Pemerintah Rusia. Mahasiswa tersebut berasal dari berbagai wilayah di Rusia, yakni Moskow, Tatarstan, Grozny, Chechnya, dan Dagestan.

Dalam  kunjungan yang juga dihadiri Rektor UIN Jakarta Prof Dr Komaruddin Hidayat tersebut, Hamid Awaludin mengatakan, dalam jangka waktu 25 tahun ke depan, mahasiswa muslim Rusia yang belajar di UIN Jakarta akan memegang peranan penting di negaranya. Alasannya, selain perkembangan Islam di Rusia yang cukup pesat, karakteristik muslim di negara beruang merah juga terbuka untuk terus belajar.

Hamid juga mengatakan perkembangan Islam di Rusia saat ini berbeda jauh dibanding pada masa Uni Soviet dahulu. Saat ini jumlah penduduk muslim Rusia sebanyak 18 persen dari total penduduk 141 juta jiwa. Angka itu akan terus bertambah seiring meledaknya jumlah penduduk muslim seperti di Kazan, Tatarstan, dan Kaukasus Utara. Hal itu ditambah dengan makin tingginya angka kematian non-muslim.

“Jika tren ledakan jumlah kelahiran penduduk muslim ini bertahan, maka bukan tidak mungkin dalam 50 tahun lagi Islam akan menjadi agama dominan di Rusia,” ungkap Hamid yang juga keturunan Bugis ini.

Karakteristik muslim di Rusia yang terbuka terhadap ilmu dan selalu ingin belajar, ditambah dengan tingginya jiwa kebersamaan terhadap sesama muslim, juga menjadikan perkembangan Islam di Rusia semakin pesat. Namun, di sisi lain perkembangan Islam di Rusia bukan tanpa kendala. Mereka harus menghadapi tudingan dari berbagai pihak bahwa umat Islam sebagai penganut agama yang radikal.

“Kekerasan yang identik dengan Islam, membuat muslim di Rusia merasa terjepit karena dibenci oleh kaum mayoritas,” jelasnya.

Â