Dosen FU Bedah Pemikiran Keislaman Soekarno

Dosen FU Bedah Pemikiran Keislaman Soekarno

Gedung FU, BERITA UIN Online— Dosen Fakultas Ushuluddin (FU) UIN Jakarta membedah pemikiran keislaman Soekarno (1901-1970 M) di Ruang Teater, lantai IV Gedung FU, Senin (21/10/2019). Diskusi menghadirkan narasumber yang juga Guru Besar FU Prof. Dr. M. Ridwan Lubis MA. Diketahui, Soekarno merupakan Proklamator Kemerdekaan sekaligus Presiden Republik Indonesia pertama.

Dalam paparannya, Ridwan mengungkapkan kedekatan Soekarno dengan Islam. Kedekatan ini terlihat dari benang merah pemikirannya tentang ajaran dan masyarakat Islam yang bisa dilacak pada sejumlah karya tulisnya. Diantaranya dalam Surat-surat Islam dari Endeh dan berbagai artikelnya di majalah Pandji Islam yang terbit di Medan antara tahun 1939 dan 1940.

Surat-surat Islam dari Endeh merupakan buku yang memuat 12 risalah Soekarno sebagai hasil korespondensinya dengan Ahmad Hassan saat dibuang pemerintah Kolonial Belanda ke Ende, Flores. Diketahui, Hassan merupakan keturunan Tamil yang menetap di Bandung dan belakangan mendirikan organisasi Persatuan Islam atau Persis tahun 1923 bersama Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus.

Selain berisi pertanyaan tentang berbagai persoalan ditinjau dari ajaran Islam, Sukarno dalam risalahnya bertukarpikiran tentang kondisi umat Islam. Hal ini tidak lepas dari perenungannya atas kondisi sosial umat Islam, baik global maupun lokal yang berada dalam cengkraman kolonial.

“Dengan kata lain, surat-surat ini, Soekarno mengungkapkan kegelisahan intelektualnya terhadap dimensi keislaman maupun umat Islam itu sendiri,” papar Ridwan.

Belakangan, berbagai surat-surat dibukukan dan menjadi bagian dari buku Di Bawah Bendera Revolusi Jilid I dan Di Bawah Bendera Revolusi Jilid I II.  “Tulisan-tulisan itu pada akhirnya dijadikan buku dalam dua jilid tebal, namanya itu Di Bawah Bendera Revolusi Jilid I dan II,” terangnya.

Ridwan menjelaskan, ada tiga gagasan penting pemikiran Soekarno tentang karakteristik Islam. Islam menurutnya, merupakan agama yang paling menekankan pentingnya persamaan derajat, Islam bersifat rasional dan ringkas, dan Islam mendorong kemajuan peradaban dengan menekankan pentingnya wawasan optimis di masa depan.

Oleh karena itu, Soekarno berpandangan, manakala ada yang berpandangan bahwa umat Islam harus menyerah kepada takdir dalam arti pasrah maka hal itu bukanlah ajaran Islam. “Karena Islam sendiri mendorong umatnya agar berusaha merubah keadaannya sendiri,” terangnya.

Lebih jauh, Ridwan melihat, refleksi pemikiran Soekarno tentang keislaman masih relevan untuk diterapkan sebagai spirit pembangunan masyarakat Muslim dan Bangsa Indonesia. Dari ketiga gagasan pentingnya tentang Islam, Soekarno sejak jauh-jauh hari menekankan pentingnya kesetaraan di hadapan hukum, modern, dan semangat membangun kehidupan umat-bangsa yang lebih baik. (zm)