DEMA Univeritas Gelar Dialog Publik Terkait Terorisme

DEMA Univeritas Gelar Dialog Publik Terkait Terorisme

[caption id="attachment_16258" align="alignleft" width="300"] Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Jakarta menggelar dialog publik dengan tajuk, “Mencari Format Ideal Mencegah Aksi Terorisme di Indonesia”, acara tersebut bertempat di Aula Student Center pada, Rabu (08/03).[/caption]

Aula Student Center, BERITA UIN Online— Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Jakarta menggelar dialog publik dengan tajuk, “Mencari Format Ideal Mencegah Aksi Terorisme di Indonesia”, acara tersebut bertempat di Aula Student Center pada, Rabu (08/03).

Hadir sebagai pembicara, Gugun Gunadi (perwakilan Kapolres Tanggerang Selatan), Khairul Fahmi (peneliti ISESS), dan Ahmad Fathoni dan M. Andrean Saifudin sebagai moderator dalam acara siang hari itu.

Dalam pemaparannya, Gugun mengatakan bahwa terorisme dapat terjadi dengan berbagai latar belakang, mulai dari ideologi yang radikal, sampai kepentingan politik disuatu tempat.

“Sejauh ini, sebagai usaha preventif, pihak berwenang dalam hal ini kepolisian dalam menanggapi ancaman terorisme diantaranya berusaha memberlakukan aturan hukum yang akan mempersempit gerak para teroris,” kata Gugun.

Ditambahkannya, selain pencegahan pihak berwajib juga melakukan rekudetasi, yakni memberi pendidikan ulang pada pihak-pihak yang terbukti berpotensi menjadi teroris.

“Sementara pada kelompok-kelompok tersembunyi, yang memiliki pertemuan rutin dan mengarah pada pemikiran radikal terhadap negara masih menjadi tantangan tersendiri yang masih terus dikembangkan untuk diungkap,” paparnya.

Masih menurut Gugun, terorisme bisa muncul dari pemikiran radikal, maka usaha yang dapat dilakukan masyarakat terutama mahasiswa untuk menghindarinya adalah,  dengan mempelajari Islam secara sempurna, menghindari  paham terorisme, dan lebih terbuka dan toleransi dengan perbedaan yang ada,

Di tempat yang sama, Khairul Fahmi selaku pengamat terorisme di Indonesia mengatakan, tindakan strategis yang dapat dilakukan untuk menghadapi ancaman teroris adalah mitigasi. Dimana, dalam cakupan mitigasi terdapat upaya memerangi, menghilangkan, dan menumbuhkan kemampuan untuk menghadapi resiko dari kegiatan yang sifatnya mengancam.

“Termasuk juga kemampuan merespon situasi dan melakukan pemulihan pada situasi pasca kejahatan terjadi. Dalam hal ini perilaku kejahatan dapat dikerucutkan menjadi tindakan terorisme,” papar Fahmi.

Senada dengan pemateri lainnya, Ahmad Fathoni menambahkan, bahwa Indonesia sangat plural dalam segala hal. Oleh karenanya, dibutuhkan pembelajaran toleransi antar budaya, agama, suku, dan lainnya.

“Kita mungkin sudah banyak mendengar tentang toleransi, tapi mengaplikasikannya masih sangat sulit. Pasalnya, untuk dapat mengaplikasikan toleransi dalam setiap individu, perlu adanya pengetahuan yang luas, kesabaran yang tidak terbatas, dan paradigma berfikir yang tidak sempit,” tandas Ahmad. (lrf/rdr)