Azyumardi Azra: Arab Saudi sedang Mencari Uang 'Cash'

Azyumardi Azra: Arab Saudi sedang Mencari Uang 'Cash'

JAKARTA, BERITA UIN Online – Kita harus menyadari kekuatan ekonomi Arab Saudi saat ini, berbeda dengan Arab Saudi 10 tahun yang lalu. Sejak 2016, Arab Saudi giat sekali mencari uang cash.

Pikiran di atas dilontarkan Guru Besar Sejarah dan Peradaban Islam, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta kepada wartawan, kemarin, (2/03/2017) terkait kunjungan Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud, 1-9 Maret 2017 di Indonesia.

“Sejak 2016 lalu, pemerintah Saudi giat sekali mencari uang cash. 2016, Saudi dapat sindikasi dana dari perbankan enam miliar dolar dan baru beberapa pekan lalu dapat 17 miliar dolar. Jadi Saudi sangat serius dalam menghadapi deficit APBNnya. Jadi dalam persoalan G to G, kita jangan berharap terlalu banyak dari Saudi karena Saudi juga kesulitan. Harga minyat tak naik-naik, “ ujar mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Persoalan ini, menurut Azra perlu dicermati oleh pemerintah Indonesia. Karena Saudi tak punya sumber daya lain, selain minyak dan haji atau umroh. Jadi kunjungan Raja Salman, salah satunya harus dilihat dalam kerangka seperti itu.

Pada titik inilah, titik ekonomi, Saudi juga sedang mengalami persoalan. Azra pun berharap kedatangan Raja Salman ke Indonesia dapat membuat perubahan di Indonesia. Perubahan itu diharapkan akan ada peningkatan yang cukup signifikan terhadap investasi dari Arab Saudi di Indonesia.

"Ada peningkatan investasi, karena investasi Saudi selama ini tidak signifikan, cuma 0,9 miliar Dollar," ujar Azra.

Pandangan Azra ini terkait kondisi Saudi yang sedang mengalami defisit. Beberapa tahun silam ketika situasi ekonomi Saudi cukup kuat, Indonesia tidak dilirik dan tidak diperhitungkan sebagai negara yang bisa dijadikan mitra dalam perekonomian Saudi.

Seperti dibertiakan beberapa media, pemerintah Arab Saudi berencana menawarkan sebagian saham Saudi Arabian Oil Co atau Saudi Aramco untuk pertama kalinya di Indonesia. Initial public offering (IPO) Aramco ini digadang-gadang akan menghasilkan Rp 1 triliun lebih.

Arab Saudi menyatakan akan melepas 5 persen saham Saudi Aramco kepada publik. Dalam wawancara dengan CNBC News, Raja Salman menyebut nilai saham Saudi Aramco mencapai US$ 2 triliun.

Artinya, saham yang dilepas sekitar US$ 100 miliar atau Rp 1.383 triliun. Penjualan ini akan mengalahkan rekor IPO terbesar Alibaba Group Holding Ltd, yang mengumpulkan US$ 25 miliar saat penawaran perdana.

Menanggapi tawaran Saudi, Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan, mengatakan pemerintah belum memastikan pembelian saham perusahaan Saudi Aramco milik Arab Saudi. Saham perdana tersebut akan ditawarkan secara terbuka ke publik (initial public offering) pihak pemerintah Saudi ke Indonesia.

"Belum disiapkan. Tapi ada kerja sama kayaknya. Kerja sama perdagangan, untuk ekspor produk kita ke dia," ucap Scenaider di kantornya, Senin, (27/03/2017).