Al-Mubdi’: Allah Yang Maha Memulai

Al-Mubdi’: Allah Yang Maha Memulai

Salah satu nama terbaik (al-Asma’ al-Husna) yang berkaitan dengan keagungan, kesucian, kekuasaan, dan kebesaran Allah adalah al-Mubdi’. Kata al-Mubdi’ merupakan bentuk ism fa’il (nomina pelaku) dari verba abda’a-yubdi’u yang berarti memulai. Secara leksikal, al-Mubdi’  bermakna Maha Memulai. Nama ini semakna dengan al-Awwal, Maha Pertama, karena memang Allah SwT itu Maha memulai dan mengawali ciptaan-Nya. Tidak ada satupun yang mendahului-Nya dalam segala hal, termasuk dalam menciptakan manusia.

Al-Mubdi’ sangat pantas menjadi sifat Allah SwT  dan nama terbaik-Nya karena Dia Maha Menciptakan segala sesuatu pertama kali dan tanpa ada contoh sebelumnya. Dia Maha Inisiator, Kreator, dan Inovator. Ide, gagasan, prakasa, rencana, dan karya cipta-Nya sungguh tiada bandingannya. Al-Mubdi’  juga mengandung arti bahwa Dia Maha ada sebelum yang lain ada. Dia wujud sebelum adanya segala sesuatu. Dia mencipta dari tiada (creatio ex nihilo), sehingga terciptalah segala sesuatu yang dikehendaki dan direncanakan-Nya.

Nama al-Mubdi’ dalam bentuk ism fa’il  memang tidak ditemukan dalam al-Qur’an. Akan tetapi, bentuk verba yang menarasikan kreasi dan “karya” orisinal-Nya banyak disebut dalam al-Qur’an. Di antaranya adalah “Hanya kepada-Nyalah kamu semuanya akan kembali, sebagai janji yang benar dari Allah. Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit).” (QS Yunus [10]: 4)

Ayat lain yang menunjukkan bahwa Allah itu Maha Memulai, Pencipta Pertama, Kausa Prima, Wajib al-Wujud,  adalah “Dialah (Allah) yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)-nya, dan menghidupkan kembali itu  adalah lebih mudah bagi-Nya. Dan bagi-Nyalah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi; dan Dialah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS ar-Rum [30]: 27).

Dengan kata lain, al-Mubdi’ adalah Maha Memulai kehidupan bagi semua makhluk-Nya. Dalam kajian filsafat, al-Mubdi’ itu adalah Akal, Inisiator, Desainer dan Penggerak Pertama yang mustahil digerakkan (didahului) oleh yang lain. Semua perbuatan Allah dalam memulai penciptaan makhluk-Nya menunjukkan bahwa Allah itu Maha Esa, Maha Pertama, Maha Kuasa, Maha Agung, dan Maha  Tinggi, sehingga tidak ada entitas selain-Nya yang dapat menandingi, apalagi mengungguli-Nya.

Mengembalikan ciptaan-Nya seperti sedia kala bagi Allah sangatlah mudah, semudah memulai penciptaan-Nya. Karena itu, Allah Maha Hidup, Maha Menghidupkan, Maha Membangkitkan kembali manusia. Dengan kata lain, al-Mubdi’ menginspirasi Mukmin untuk meyakini bahwa di balik memulai, mengakhiri, dan menghidupkan kembali terkandung hikmah yang sangat besar, yaitu semua kinerja manusia selama hidupnya di dunia tidak pernah luput dari radar dan audit Allah SwT. Keyakinan ini sangat penting, karena sebagian manusia tidak mempercayai adanya hari kebangkitan dan akhirat.

Mengimani al-Mubdi’ berarti meyakini kehidupan yang dimulai dan diciptakan Allah itu tidak ada yang sia-sia, semua bermakna, dan bernilai bagi Mukmin yang merindukan perjumpaan dengan-Nya. Oleh karena itu, Mukmin sejati pasti berupaya menampilkan kinerja (amal saleh) terbaiknya. “Dialah Allah yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih amalnya. Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun.” (QS al-Mulk [67]: 2)

Karya-karya agung dan super kreatif al-Mubdi’ menginspirasi Mukmin untuk meneladani kreativitas dan inovasi-Nya, dengan bersikap apresiatif terhadap semua ciptaan-Nya dan bersyukur atas segala karunia yang diberikan-Nya. Di antara karunia superhebat yang diberikan kepada manusia adalah akal  dan hati. Mensyukuri nikmat akal dan hati mengharuskan Mukmin berpikir kreatif dan berkarya inovatif.

Jika al-Mubdi’ memulai ciptaan-Nya dengan inisiasi mulia dan gagasan besar nan agung, maka Mukmin yang meyakini-Nya harus senantiasa membulatkan tekad untuk belajar sepanjang hayat agar hasil pembelajarannya dapat memberi manfaat bagi kehidupan dirinya dan orang lain. Meneladani al-Mubdi’ menghendaki pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) berbasis riset kreatif terhadap semua ciptaan-Nya demi kebahagiaan hidupnya di dunia dan akhirat.

Spirit meneladani al-Mubdi’ diyakini dapat mengantarkan para peneliti dan pengembang ilmu pengetahuan  untuk menghasilkan temuan-temuan inovatif dan teori-teori baru dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga dapat menjadikan kehidupan ini bermakna. Inspirasi dari kreativitas al-Mubdi’ merupakan energi iman, ilmu, dan amal saleh yang dapat diaktualisasikan menjadi proses kreatif menuju terwujudnya peradaban umat dan bangsa yang berkemajuan dan berkeadaban agung.

Dr Muhbib Abdul Wahab MA, Kaprodi Magister Pendidikan Bahasa Arab FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Sekretaris Lembaga Pengembangan Pesantren PP Muhammadiyah. Sumber: Suara Muhammadiyah, 15 Shafar 1441 H. (lrf/mf)