8 Catatan Penting ICEMS 5th FITK

8 Catatan Penting ICEMS 5th FITK

Auditorium Harun Nasution, BERITA UIN Online-- Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) menyelenggarakan konferensi internasional pendidikan di Masyarakat Muslim atau yang dikenal dengan ICEMS (International Conference on Education In Muslim Society) yang kelima. Konferensi ini diselenggarakan pada tanggal 30 September-1 Oktober 2019 di Kampus UIN Jakarta.

Tema yang diusung tahun ini adalah "Fostering Future Education: Creative and Innovative Endeavours in Teaching and Learning."

Tema tersebut mengindikasikan bahwa FITK memandang kreativitas dan inovasi merupakan isu yang penting di dunia pendidikan, terutama menghadapi perubahan teknologi informasi yang demikian cepat.

Wakil Dekan Bidang Akademik FITK Muhammad Zuhdi PhD memberikan catatan penting hasil ICEMS 5th ini.

Melalui pesan singkatnya kepada BERITA UIN Online pada Rabu (1/10/2019), Zuhdi menjelaskan, dua pembicara kunci dari Inggris dan Australia, serta tujuh pembicara utama dari Amerika, Mesir, Malaysia, dan Indonesia memberikan pandangan mereka tentang isu-isu yang berkaitan dengan kreativitas dan inovasi dalam pendidikan, serta bagaimana mengantisipasi masa depan pendidikan di masyarakat Muslim.

Selain itu, 120 peneliti dari dosen, guru, mahasiswa juga menyampaikan pemikiran mereka mengenai isu-isu yang berkaitan dengan pendidikan di masyarakat Muslim. Mereka berasal dari berbagai kampus dan sekolah dari berbagai daerah di Indonesia dan dari luar negeri.

Dalam sesi pembicara kunci dan pembicara utama, para pembicara menyumbangkan beberapa pokok pikiran. Sedikitnya, ada delapan pokok pikiran untuk dapat dicermati bersama.

Pertama, dunia saat ini sedang mengalami perubahan besar, perubahan yang akan terus berlangsung. Perubahan ini juga berpengaruh besar di dunia pendidikan.

Kedua, perubahan yang terjadi sangat mengejutkan banyak orang, karena kecepatannya. Banyak orang bisa menerima perubahan, tetapi tidak nyaman dengan perubahan yang begitu cepat. Akibatnya, banyak orang yang gagap menghadapi perubahan dan memilih untuk tidak berubah.

Ketiga, sayangnya banyak hal ini terjadi di dunia pendidikan. Guru dan dosen, serta lembaga pendidikannya sulit beradaptasi dengan perubahan yang sangat cepat, sehingga memilih untuk tidak berubah. Akibatnya jarak dengan siswa dan mahasiswa milenial semakin jauh.

Keempat, lembaga pendidikan harus menerima perubahan itu dengan mengubah cara pandang terhadap peserta didiknya. Siswa dan mahasiswa tidak bisa dipandang sebagai objek atau customer, tetapi perlu dipandang sebagai client. orang yang harus dilayani dan didengar kepentingannya.

Kelima, perubahan juga menghendaki pemahaman akan pendidikan kreativitas. guru dan dosen harus memahami pentingnya kreativitas dalam pendidikan. Kemampuan berpikir kreatif perlu ditanamkan kepada siswa dan mahasiswa. Oleh karena itu, guru dan dosen harus mampu berpikir kreatif.

Keenam, pemahaman agama yang terbuka juga penting untuk menumbuhkan kreativitas dalam pendidikan. Agama tidak hanya dipahami sebagai aturan dan ritual. Tetapi juga nilai-nilai positif yang dapat dijumpai pada berbagai disiplin ilmu dan keterampilan.

Ketujuh, pemikiran kreatif dapat tumbuh dari pribadi-pribadi yang percaya diri dan menumbuhkan kekuatan pada dirinya.

Terakhir, pendidikan masa depan tidak bisa dilepaskan dari teknologi informasi dan perubahan budaya yang berlangsung dengan cepat. Oleh karena itu, para pendidik harus senantiasa mengembangkan kompetensi diri sesuai dengan kebutuhan masa depan.

“Sampai berjumpa pada ICEMS 6th tahun 2020,” ujar Zuhdi mengakhiri pesan singkatnya. (lrf/mf)