Warna-warni Propesa Intim

Warna-warni Propesa Intim


Reporter : Nina Rahayu

 

TAK seperti biasanya, Jumat (29/8) pagi ini, suasana Lapangan Sepak Bola UIN Jakarta yang terletak di Kampung Utan, dipadati ribuan mahasiswa. Mereka adalah mahasiswa baru UIN Jakarta Tahun Akademik 2008/2009 yang tengah mengikuti Upacara Pembukaan Progam  Pengenalan Studi dan Almamater (Propesa). Di bawah sorotan matahari yang mulai meninggi, mereka tak bergeming menyimak pidato demi pidato yang disampaikan Ketua Panitia, Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), hingga Rektor UIN Jakarta.

 

Sesuai dengan kepanjanganannya, Propesa, memang diniatan untuk memperkenalkan mahasiswa baru pada dunia akademik dan kemahasiswaan di UIN Jakarta.  Maka, pidato-pidato pembuka itu menjadi “penting” disimak mahasiswa baru. Namun, panasnya matahari dan terpaan debu yang mengepul di atas lahan seluas satu setengah hektar itu, membuat sejumlah mahasiswa tak sanggup lagi berdiri menyimak pidato-pidato “penting” itu. Belasan di antara mereka tersungkur ke tanah dan terpaksa harus dipapah Tim Kesehatan Propesa untuk mendapat pertolongan pertama.

 

Dengan trengginas, Tim Kesehatan Propesa mengevakuasi satu per satu mahasiswa baru yang pingsan. “Ini sudah menjadi kewajiban kami mengobati mereka. Pagi ini kami sengaja membuat tenda-tenda darurat untuk menampung mahasiswa yang pingsan dan kurang sehat,” kata Panitia Propesa Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) yang ditemui UINJKT Online usai mengevakuasi mahasiswa baru yang pingsan di areal pembukaan Propesa.

 

Cerita Propesa tentu tak lengkap tanpa melihat keunikan atribut yang dikenakan mahasiswa baru. Dari tahun ke tahun, kreasi Panitia Propesa selalu unik, tapi tak jarang juga dianggap norak. Tahun ini pun, UINJKT Online, menyaksikan dandanan aneh dan lucu yang menjadi atribut dan asesoris wajib mahasiswa baru.

 

Lihat saja pakaian dan asesoris yang mereka kenakan, dari ujung kaki hingga ubun-ubun, semua tampak aneh, unik, norak, dan lucu. Rata-rata mahasiswa baru ini, memakai  rumbai-rumbai dari tali rafia, lalu memakai kalung  dari permen warna-warni, serta mengenakan topi camping yang terbuat dari anyaman bambu.

 

“Tentu saja saya sangat malu berpakaian seperti ini, banyak orang yang melihat lagi!” kata Intan (18) peserta Propesa dari Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) kepada UINJKT Online sambil tersenyum manis.   “Tapi, saya tetap senang dapat mengikuti Propesa ini, bisa kenal banyak teman dan mengenal kakak-kakak panitia.”  

 

Yang cukup mencolok, dari pemandangan Propesa tahun ini, warna-warni khas tiap fakultas yang seolah membentuk pelangi. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) memakai warna hijau daun, Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) dengan  warna hitamnya, Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) memakai warna kuning, Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) dengan warna merah menyala, hingga Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)  dengan warna putihnya.

 

Propesa 2008 memang unik dan lain dari biasanya. Kini sejumlah perubahan dilakukan. Propesa yang semula terpusat di universitas, kini dialihkan di fakultas. Memang sudah seharusnya mereka dikembalikan ke habitatnya, sehingga mereka lebih mengenal dunia akademik di fakultasnya. Pada saatnya nanti, mereka pun siap mengikuti perkuliahan di jurusan masing-masing. “Kami ingin agar mahasiswa baru cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan kampus,” tegas Ketua Panitia Pusat Propesa Abdul Idris.

 

Semoga saja, di tengah riuh rendah kepanitiaan Propesa yang penuh kontroversi ini, harapan untuk menjadikan mahasiswa baru menjadi Generasi INTIM (Intelektual, Integritas, Moralitas), dapat tercapai. [Nif/Ed]