Untuk Apa Berdoa

Untuk Apa Berdoa

Meski doa artinya menyeru dan memohon, di dalamnya tersimpan kekuatan untuk bangkit dan membuat loncatan hidup jauh ke depan (quantum leap). Ketika berdoa kepada Tuhan, beban seseorang akan menjadi ringan karena telah dibagi dengan Dia Yang Mahaagung yang di tangan-Nya tergenggam semesta ini.

Dengan mengadu dan membuka diri di hadapan- Nya,doa akan mengalirkan energi Ilahi, sehingga seseorang akan memperoleh kekuatan baru dan berlipat ibarat kita recharging baterai yang sudah lemah. Ketika seseorang berdoa dengan sungguh-sungguh, dia tengah melakukan channeling dengan gelombang energi semesta sehingga semesta akan berpihak kepadanya.

Ritual semua agama intinya berdoa. Dalam doa itu seseorang, baik secara individual maupun kolektif,menyampaikan puji syukur kepada Tuhan dan menyampaikan permohonan. Baca saja kidung suci semua agama,di sana terdapat banyak persamaan yang berisi puji-pujian dan permohonan.

Dalam Islam, kidung suci dimaksud yang utama adalah surat Al-Fatihah, yang kandungannya universal dan isinya mudah diterima semua pemeluk agama. Bahkan orang yang enggan berafiliasi dengan sebuah institusi agama, tetap saja berdoa menyeru Tuhan.

Hanya saja ada kecenderungan orang berdoa hanya di kala duka. Ketika sudah sangat terjepit oleh situasi atau keadaan, baru kita datang kepada Tuhan, berdoa, mengajukan pertolongan. Setelah problem berlalu, doa pun berhenti. Padahal, menurut sabda Rasulullah, doa yang disampaikan baik waktu suka maupun duka, akan lebih dikabulkan.

Tanpa disadari, saking semangatnya meminta kita terkesan mengajari atau mendikte Tuhan.Menurut sebuah hadis, Tuhan akan marah pada hamba-Nya yang sombong, tidak pernah berdoa. Namun Tuhan juga marah jika melihat hamba-Nya banyak berdoa saja,tanpa bekerja.Ora et labora.

Ketika berdoa hendaknya tetap tulus,pasrah pada Tuhan, bukan mengajari atau mendikte Tuhan karena Dia Mahatahu dan Mahabijak apa yang terbaik buat hamba-Nya. Makanya di penutup doa kita diajarkan agar tetap memuji dan menyucikan Allah, menyadari bahwa apa yang kita anggap baik belum tentu baik bagi Allah.

Akhirnya kita serahkan kepada-Nya dan kita menunggu keputusan-Nya, sembari tetap berusaha. Rasulullah bersabda, semua permintaan hamba-Nya pasti akan dikabulkan jika seseorang berdoa dengan sungguh- sungguh. Ada empat kemungkinan jawaban Tuhan. Satu, doanya dikabulkan sebagaimana yang diminta dalam waktu dekat.

Dua, dikabulkan namun dalam waktu lama setelah seorang hamba lagi dan lagi datang pada-Nya untuk meminta hal yang sama. Tiga, doanya dikabulkan namun diganti dalam bentuk lain yang lebih cocok bagi kepentingan hamba-Nya.Salah satunya adalah diganti dengan dihindarkan dari malapetaka.

Empat, segala kebaikan yang diminta akan dikabulkan dengan berlipat ganda,tetapi nanti diberikan di akhirat. Doa adalah hak dan kebutuhan yang melekat sejak kita lahir, karena Tuhan telah menciptakan manusia,maka manusia merasa memiliki hak untuk mengajukan berbagai permintaan kepada penciptanya.

Karena itu ada orang yang berdoa yang isinya penuh pujian dan terima kasih, tetapi ada juga yang bernada protes dan keluh kesah atas nasib hidupnya yang tidak beruntung. Karena doa itu universal dan melekat pada setiap orang, maka ungkapan seperti ”Oh, my God” sangat populer di seluruh dunia, sekalipun mereka mengaku tidak beragama.

Saya sendiri pernah mengalami, ketika tahun 1981 jalan-jalan di Moskow ditemani oleh seorang pemandu, ketika hujan turun spontan dia berseru ”Oh, my God...,” padahal dia seorang ateis. Rupanya, sepanjang sejarah, kesadaran akan adanya Zat dan Kekuatan Absolut yang mengatasi semesta ini tetap ada, yang kemudian disebut Tuhan, sehingga manusia sulit untuk tidak memikirkannya dan mencarinya serta menyampaikan doa pada-Nya.

Namun perlu disadari,kehidupanyangsukses tidak selalu karena kekuatan doa,melainkan hasil kerja keras dan cerdas dengan mengikuti hukum alam, yang sesungguhnya hukum alam itu pun merupakan ciptaan Tuhan.Karena itu Tuhan selalu memerintahkan, bekerjalah kamu dengan sungguh-sungguh lalu serahkan semuanya itu kepada Tuhan.

Fenomena mutakhir yang sering kita lihat,ada orang yang masuk penjara karena korupsi lalu berdalih ini semua karena cobaan Tuhan. Maka ketika di dalam penjara dia sangat rajin berdoa dan bersembahyang. Sikap demikian bisa dipahami, sebab dengan mendekatkan diri pada Tuhan semoga bebannya akan berkurang.

Tetapi menurut nalar sehat, apa kepentingan Tuhan memasukkan seseorang ke penjara jika jelasjelas dia seorang koruptor? Bahwa dia lalu bertobat itu bagus dan logis.Tetapi rasanya tidak tepat bahwa berbuat korupsi lalu masuk tahanan itu merupakan takdir dan cobaan Ilahi.

Ketika orang ditimpa musibah, ketika orang lain tidak sanggup membantu, maka Tuhan merupakan sandaran terakhir.Sehingga muncul ungkapan yang mengalir dari lisannya: ”Demi Allah,””Allah yang Mahatahu,” ”Ini semua fitnah. Fitnah. Saya yakin Allah yang Mahatahu dan Mahaadil.” ”Nanti Tuhan yang akan membalasnya.”

”Tuhan yang akan mengungkapkan kebenaran akhir,”dan seterusnya. Ini bisa saja merupakan ekspresi doa atau menghibur diri sambil menutupi kebohongan. Kita melihat dan mendengar para koruptor yang menganggap pengadilan terhadap mereka sebagai cobaan dari Tuhan.

Namun sebelum menjabat, mereka berdoa sepenuh hati agar diberi jabatan, berusaha sekuat-kuatnya,jika perlu dengan menyogok atau melakukan kolusi dan menjual integritas mereka demi mencapai kedudukan atau jabatan. Setelah menjabat, mereka sibuk mengumpulkan kekayaan dan mengekalkan kekuasaan mereka, melakukan korupsi dan melupakan Tuhan.

Ketika korupsi mereka terungkap dan mereka harus menghadapi sidang pengadilan, mereka berucap bahwa Tuhan tengah memberi ujian dan mereka tengah mendapat cobaan dari Tuhan. Ucapan mereka sesungguhnya merupakan pelemparan tanggung jawab dan kesalahan pada Tuhan yang telah mengabulkan doa mereka.

Pernyataan para politisi bahwa dia dizalimi, sementara dia adalah bagian dari rezim yang membuat susah rakyat, juga merupakan pelemparan tanggung jawab dan kesalahan pada Tuhan. Jika kita percaya dan pasrah pada kemampuan Tuhan saat kita berdoa, kita juga selayaknya percaya dan pasrah pada nasib atau hal-hal jelek yang timbul dari di kabulkannya doakita.

Tuhan Maha sempurna dan tidak mungkin melakukan kesalahan, sedangkan manusia adalah makhluk lemah dan serakah yang sangat mungkin melakukan kesalahan. Hati-hati dalam berdoa karena doamu bisa jadi akan dikabulkan Tuhan dan kamu belum tentu siap akan konsekuensi dari hal itu.

Â