UIN Malang Akan Jadi Tuan Rumah Konferensi Internasional Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Islam

UIN Malang Akan Jadi Tuan Rumah Konferensi Internasional Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Islam

[caption id="attachment_14957" align="alignleft" width="300"]UIN Maulana Malik Ibrahim Malang akan menjadi tuan rumah Konferensi Internasional Penjamin Mutu Pendidikan Islam. Konferensi yang ketiga ini adalah hasil kerjasama dengan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan BAN PT, serta akan dihelat selama empat hari, Minggu-Selasa (17-20/12). UIN Maulana Malik Ibrahim Malang akan menjadi tuan rumah Konferensi Internasional Penjamin Mutu Pendidikan Islam. Konferensi yang ketiga ini adalah hasil kerjasama dengan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan BAN PT, serta akan dihelat selama empat hari, Minggu-Selasa (17-20/12).[/caption]

Malang, BERITA UIN Online— UIN Maulana Malik Ibrahim Malang akan menjadi tuan rumah Konferensi Internasional Penjamin Mutu Pendidikan Islam. Konferensi yang ketiga ini adalah hasil kerjasama dengan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan BAN PT, serta akan dihelat selama empat hari, Minggu-Selasa (17-20/12).

Konferensi yang diikuti 12 negara ini mengusung tema The Quality Assurance of Islamic Higher Education Enhancement Through Key Performance Indicators. Secara umum dari konferensi ini ingin menjadikan Universitas Islam Negeri (UIN) sebagai universitas bertaraf internasional (World Class University). Dengan demikian, salah satu usaha mewujudkan hal tersebut adalah dengan menggelar event pendidikan bertaraf internasional.

Disampaikan Rektor UIN Malang Mudjia Rahardjo dalam siaran persnya, Jumat (09/12). Ditambahkannya, konferensi internasional ini merupakan gelaran ketiga setelah sebelumnya diselenggarakan pada 2014 dan 2015.

“Selain peserta dari Indonesia, akan hadir juga undangan dari perwakilan 11 negara, diantaranya, Bangladesh, Pakistan, Jordan, Saudi Arabia, Nigeria, Sudan, Uganda, Sinegal, Malaysia, dan Turki,” paparnya.

Masih menurut Mudjia, penyelenggaraan konferensi internasional ini dilatarbelakangi kesadaran bahwa tantangan terbesar negara-negara Islam, termasuk Indonesia, dalam membangun dan menjaga keberlanjutan pendidikan tinggi di era global ini adalah bagaimana menentukan tata kerja yang tepat untuk mendukung perguruan tinggi dan memosisikan diri sejajar dengan universita-universitas terkemuka di dunia.

"Globalisasi menuntut perguran tinggi memikirkan relevansi, kualitas, dan tata kelola guna menjaga eksistensi institusi dalam dunia yang semakin dinamis. Derasnya arus globalisasi, menghadapkan pendidikan tinggi di negara-negara berkembang pada tantangan yang semakin berat. Perguruan tinggi dituntut mampu menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas, serta infrastruktur, dan sistem pendanaan dalam mendukung operasionalisasi kegiatan," jelasnya.

Di akhir siaran persnya, rektor berharap forum ini mampu melakukan monitoring dan evaluasi terhadap implementasi Key Performance Indicators(KPIs) pada perguruan tinggi di Negara-negara Islam.

“Melalui forum ini, diharapkan juga akan ada rumusan indikator nilai-nilai keislaman untuk mengukur level keislaman dalam manajemen perguruan tinggi. Selain juga, mampu menghasilkan bentuk dan model kerja sama strategis antar perguruan tinggi di Negara-negara Islam dalam peningkatan kualitas pendidikan tinggi, dan langkah strategis untuk menghadapi kecanduan teknologi pada masyarakat kampus khususnya dan masyarakat muslim dunia pada umumnya," tandasnya. (lrf/Kemenag)