UIN Jakarta Akan Menjadi Organisasi Modern

UIN Jakarta Akan Menjadi Organisasi Modern

Tahun 2010 akan menjadi tahun perubahan di bidang pengembangan lembaga UIN Jakarta. Ada tiga hal yang ingin dikembangan dan dibuat lebih baik lagi. Ketiga hal ini meliputi penguatan lembaga, promosi, dan pelayan. Berikut petikan wawancara dengan Pembantu Rektor Bidang Pengembangan Lembaga Dr Sudarnoto Abdul Hakim, Rabu 6 Januari lalu di ruang kerjanya, Gedung Rektorat lantai dua.

 

Apa saja usulan bidang pengembangan lembaga pada rapat kerja pimpinan 13-14 Januari ini?

Ada tiga hal yang akan kita usulkan pada rapat kerja pimpinan nanti. Meliputi penguatan kelembagaan, promosi, dan pelayanan. Pertama, dari segi penguatan kita ingin melakukan capacity building di International Office (IO), kerjasama, dan humas. Kedua, masalah promosi. Tujuan yang pertama untuk promosi ini meningkatkan jumlah mahasiswa internasional. Pelayanan yang baik menjadi unsur yang ketiga. Antara lain pelayanan informasi. Arah pengembangannya jelas, tentu saja world class university.

 

Bisa Anda jelaskan tentang penguatan kelembagaan ini?

Ini penting karena selama ini kerjasama-kerjasama baik nasional maupun internasional sudah cukup lumayan, tapi memang ada tantangan soal implementasi dan inisiasi. Sebab itu, fakultas diminta untuk melakukan inisiasi dan mengembangkan program-program internasional. Contoh pengembangan fakultas, mengikutsertakan dosen-dosen pada program-program internasional setiap tahun atau tiap semester. Program itu seperti seminar, workshop, dan sebagainya. Anggarannya sudah disediakan termasuk nantinya untuk mahasiswa.

Kita juga terbuka dengan kegiatan lain yang didesain oleh teman-teman fakultas yang mendukung program internasionalisasi ini. Membuka kelas-kelas internasional salah satunya yang sudah diterapkan beberapa fakultas. Kelas internasional ini dituntut untuk lebih berdaya dan lebih kuat secara subtansi keilmuan. Ke depannya program ini bisa menghasilkan alumni-alumni yang baik hasil kerja sama UIN atau fakultas-fakultas dengan universitas-universitas di luar negeri.

Tapi tentu saja diutamakan untuk penguatan lembaga secara keseluruhan. Kalau kita bisa dapat ISO dari segi manajemen untuk fakultas-fakultas itu bagus. Tarbiyah sudah memulainya dan itu merupakan langkah yang baik.

Untuk Sistem Informasi (SI) dan humas juga harus lebih ekspansif. Sehingga, jika ada orang luar seperti di Amerika baca website, mereka akan bilang bagus. Saya tau itu tidak gampang. Tapi, saya ingin kita ada keinginan dan komitmen yang kuat menjadikan SI, Humas, IO, dan kerja sama menjadi lembaga yang mendukung program internasional.


Bagaimana dengan promosi internasional, apakah membuahkan hasil?

Alhamdulillah tahun 2009 sudah ada peningkatan mahasiswa internasional. Tentu masih belum cukup karena untuk world class university dibutuhkan sekitar 20% dari total mahasiswa kita. Promosi itu juga kita akan diarahkan pada keterlibatan dosen-dosen, untuk seminar dan riset internasional. Kita juga ingin bicarakan dengan teman-teman lemlit untuk memperkuat orientasi riset-riset kompetitif di tingkat internasional.

Yang juga penting, program international internship atau magang internasional. Ini sudah kita mulai, walaupun yang memanfaatkannya baru mahasiswa dari luar seperti dari Malaysia dan Filipina. Tahun 2010 ini, kita mulai program magang internasional untuk mahasiswa kita. Peluang magang itu ada di Malaysia dan Brunei Darussalam ataupun negara-negara lain. Minimal pasar Asia Tenggara itu menjadi pasar baru bagi alumni-alumni kita untuk bisa bekerja di luar negeri. Itu akan jadi prestasi tersendiri untuk kita.

 

Apa yang sudah disiapkan UIN untuk promosi ini?

Untuk promosi ini UIN perlu bekal dan keterampilan marketing. Karena itu, kemarin kita mengirimkan dua orang dari fakultas ekonomi untuk mengikuti seminar marketing dengan Markplus. Nantinya dua orang itu diharapkan dapat mengembangkan pelatihan-pelatihan untuk dosen dan mahasiswa, bagaimana mempromosikan lembaga di UIN ini. Jadi arahnya sama, promosi ini targetnya juga internasional. Kalau mau disebut akselerasi, mudah-mudahan bisa akselerasi, kalau tidak, kita tetap harus punya target yang jelas.

Alat-alat dan bahan-bahan promosi kita juga harus kita perbaiki karena tidak semua bahan-bahan ini bisa terbaca secara internasional. Database yang relatif akurat juga bagian dari promosi. Kita tidak pernah bisa menjawab karena database kita berserakan. Misalnya ada pertanyaan, berapa jumlah guru besar di UIN Jakarta yang kompeten di bidang tasawuf ? Itu karena database kita tidak akurat. Pertanyaan lain, dosen A sudah melakukan riset apa saja, apakah riset biasa atau riset kompetitif yang bisa dijual ke internasional, kita tidak pernah punya data-data tersebut.

Contoh lain, kalau kita yakin bahwa UIN ini sebagai perguruan tinggi kebangsaan dengan indikasi, mahasiswa kita terdiri dari berbagai suku bangsa di Indonesia, ini kan perlu bukti benarkah itu. Jangan-jangan kebanyakan mahasiswa kita orang Sunda. Kita belum punya peta tersebut, belum memetakan asal mahasiswa kita. Peta ini penting, bukan hanya untuk mengatakan kampus kita adalah kampus kebangsaan, tapi juga terkait kerjasama-kerjasama UIN dengan wilayah-wilayah di Indonesia.

Kita sebenarnya sudah bekerjasama dengan daerah mana saja. Apa alasannya kita ke Medan, apa alasannya kita ke Bandung, ke Papua, itu harus ada alasannya. Alasannya empirik karena petanya jelas. Pak rektor sering menyebut ini sebagai bagian dari promosi. Untuk mempromosikan UIN, kita harus tahu pasar kita. Di wilayah mana pasar yang baik untuk kita. Kita perlu pengetahuan yang baik tentang data-data empirik ini.

 

Anda melihat masalah database ini seperti apa?

Saya kira kita kurang siap. Kita harus punya orang khusus yang menekuni database kita. Peralatan teknologi kita sudah cukup, tapi bagaimana menghubungkan antara unit satu dengan unit lain. Data-data mahasiswa di akademik dan kemahasiswaan bisa berbeda, itu tidak masuk akal. Menurut saya iptek bisa menyelesaikan soal itu. Memang mumet, tapi kita perlu serius dan fokus dalam mengelola database ini. Memang, masih ada kesenjangan antara teknologi yang kita miliki dengan SDM. Kita ingin ini menjadi komitmen bersama.

 

Bagaimana dengan hal pelayanan?

Pelayanan ini, antara lain pelayanan informasi. Pertanyaannya sederhana, sudahkah kita memberikan informasi terbaik tentang kampus kita? Jawabannya, sudah tapi belum maksimal. Misalnya, kalau ada orang di luar negeri bertanya siapa saja ahli tarekat di UIN Jakarta yang bisa mereka undang untuk seminar Internasional, jika kita punya database yang baik, maka tinggal klik, bisa tahu data tersebut secara spesifik.

Pelayanan yang baik itu juga diarahkan pada program internasional. Visi kita itu, lembaga ini bisa menjadi tempat yang baik untuk menuntut ilmu. Mahasiswa internasional di sini bisa beradaptasi secara sosial, budaya, termasuk akademik. Pelayanan administrasi untuk mahasiswa internasional harusnya gampang diakses. Secara sosial mahasiswa internasional harus bisa membaur dengan lingkungan UIN, karena saya dengar mereka sering mengalami persoalan-persoalan. Saat mereka masuk asrama, berhubungan dengan mahasiswa lain, bahkan ada mahasiswa dari negara tertentu yang sangat eksklusif, sehingga kehadiran mereka tidak secara optimal memanfaatkan atmosfir yang sudah sangat terbuka ini.

 

Apa yang anda harapkan terhadap UIN Jakarta ke depan?

Saya ingin bilang, UIN secara organisasi harus berubah, tidak begini-begini saja. Mau world class university, UIN harus modern. Kita sudah mulai belajar banyak dari universitas-universitas lain. Siapa yang menangani bisnis UIN? Mungkin sekarang sudah ditangani, tapi belum menjadi bagus sebagai organisasi modern. Kesannya, UIN saat ini hanya seperti kantor biasa, belum seperti organisasi modern yang bisa mengadopsi manajemen modern yang lebih efektif. Misalnya, kalau manajemen modern berbasis teknologi, jika menulis surat tidak memerlukan kertas lagi, paperless. Kalau kita sudah bisa memanfaatkan teknologi, tentunya kita tidak perlu mencetak jurnal karena sudah bisa membuat e-journal. Kita sudah mulai memikirkan e-library, membuat digital library. Untuk itu kita bisa, namun perubahan itu tidak bisa secara revolusioner, tapi bertahap. Kerangkanya sudah, manajemen sudah kita tata, termasuk sistem harus dibangun.

Dan beberapa hari yang lalu, rektor dan beberapa orang dalam rapat terbatas mulai mendiskusikan beberapa isu, antara lain Information and communication technologi (ICT) termasuk BLU.

Nanti akan ada semacam direktur akademik, yang menangani persoalan-persoalan akademik. Sekarang ini masih kepala biro dan kabag-kabag, ini tidak cukup lagi. Intinya kita harus ada perubahan. Saya berharap kita mulai 2010 dengan serius dan fokus. [Elly Afriany]

Â