Tingkatkan Kualitas, UIN Jakarta-Tohoku University Jalin Kerjasama

Tingkatkan Kualitas, UIN Jakarta-Tohoku University Jalin Kerjasama

[caption id="attachment_13603" align="alignleft" width="300"]Dekan FKIK UIN Jakarta Prof. Dr. Arif Sumantri, SKM. M.Kes. Dekan FKIK UIN Jakarta
Prof. Dr. Arif Sumantri, SKM. M.Kes.[/caption]

Dekan FKIK UIN Jakarta

Prof. Dr. Arif Sumantri, SKM. M.Kes.

Tempo hari, Pihak Dekanat melakukan Studi banding ke Jepang, bisa jelaskan sedikit tujuan kunjungan tersebut?

Tujuan kunjungan ini adalah menjalin kemitraan terkait riset, pengembangan dosen,serta aktualisasi mahasiswa. Dalam konteks ini Tohoku University merupakan universitas pada tingkat keempat di Jepang, dan mempunyai reputasi yang baik. Saat melakukan komunikasi informal, Tohoku telah memberikan respon yaitu memberi kesempatan kepada dosen FKIK UIN Jakarta, melalui pembiayaan beasiswa saat diterima di Tohoku, baik dari pemerintah Jepang, LPDP, maupun beasiswa dari internal Tohoku University sendiri.

Selanjutnya, ada satu perspektif dan proyeksi kesamaan dalam pengembangan akademik sebagaimana di FKIK UIN Jakarta. Di sana, ada program studi Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Kedokteran, maupun Keperawatan, sehingga niat membangun kerjasama adalah untuk melaksanakan pengembangan kegiatan-kegiatan akademik terkait program studi tersebut. Selain itu, hal yang menjadi dasar penting adalah untuk akreditasi, sehingga dengan kerjasama ini diharapkan bisa memberi kontribusi nilai yang lebih baik.

Apa saja bentuk kemitraan yang akan dikembangkan oleh kedua lembaga ini?

Ada tiga poin. Yang pertama adalah research collaboration, dalam kata lain kerjasama riset. Kemudian yang kedua lecture empowerment, yaitu pemberdayaan dosen. Terakhir adalah Exchange for Lectures and Students, yakni pertukaran untuk pengajar maupun mahasiswa.

Lalu implementasinya adalah, Tohoku University memiliki teaching hospital (rumah sakit pendidikan, red.) dan kita juga memiliki mitra rumah sakit yang serupa. Nah, kolaborasi riset ini, bisa dari pengajarnya, maupun dosen dari bagian klinik atau juga mahasiswa terkait kegiatan di lapangan seperti di prodi Kesehatan Masyarakat atau Farmasi.

Selain itu Tohoku juga memiliki spesifikasi dengan penanganan bencana, karena kerap menghadapi gempa maupun tsunami, sehingga salah satu concern kita termasuk di boarding school, pesantren,  yang juga terdapat di daerah terluar, perbatasan, dan kepulauan. Hal itu dirasa penting untuk dikupas dari berbagai segi keilmuan program studi.Baik itu di Kesehatan Masyarakat, kedokteran, Farmasi, dan juga keperawatan. Riset kolaborasi itu adalah riset kerjasama dosenmaupun mahasiswa, yang hasilnya bisa dipublikasikan maupun disampaikan dalam seminar misalnya.

Untuk pertukaran mahasiswa, bisa melalui CIMSA, juga bagi program studi lain baik dalam magang, atau praktek lapangan yang bisa dijadikan dalam perencanaan tahun 2017 ini bisa diimplementasikan dalam student exchange. Begitu juga dosen, salah satunya adalah mengundang dosen dari Tohoku untuk menjadi narasumber atau memberikan suatu informasi. Dosen kita juga bisa publikasi hasil penelitian terkait keilmuan di sana.

Lalu yang kini sudah berjalan dari pemberdayaan dosen adalah program post-graduate­baik magister maupun doktoral. Oleh karenanya, ke depan dengan akreditasi, kita mengharapkan yang sebelumnya dosen S3 mencapai 52%, bisa ditingkatkan sampai 78%. Bahkan untuk tahun 2017, bisa sampai 85%. Itu salah satunya dari pemberdayaan sumber daya pengajar baik itu post-doctoral, kursus, ataupun pembinaan akademik yang lain.

Lalu apa saja hal potensial dan sejalan dengan visi dan misi FKIK UIN Jakarta?

Semisal fokus yang dikembangkan pada penanganan bencana, banyak di Tohoku pengetahuan dan riset tentang sistem rehabilitasi medik, manajemen kesehatan yang berbasis kegawatdaruratan, serta penataan lingkungan pasca bencana. Selain itu juga sistem asuhan, distribusi, dan penataan obat, itu sejalan dan potensial untuk dikembangkan di program studi.

Terlebih aspek teaching hospital, bagaimana pendekatan edukasi kepada pasien, pengelolaan laboratorium, dan banyak juga alat yang sama dan bahkan ada yang sudah ditingkatkan. Kita bisa melakukan aplikasi dan pemanfaatan alat tersebut, dan itu berguna sekali karena kita kerap memiliki alat tapi terbatas dalam operasionalnya, sehingga biaya maintenance tinggi.

Kapan implementasi itu akan dimulai?

Dari hasil MoU itu, beberapa hal yang bisa digarisbawahi adalah, pertama penambahan jumlah dosen untuk post-graduate, kemudian yang kedua usulan penelitian bersama, lalu ketiga penulisan buku dan kerjasama publikasi yang juga menggunakan bahasa Inggris sehingga dapat diakses secara internasional.

Selanjutnya yang keempat mengadakan seminar internasional atau workshop. Dan kelima, kita mengundang visiting professor atau associate professor yang memberikan ceramah dalam forum-forum akademik.

Setelah kerjasama ini, lalu apa lagi yang bisa dikembangkan?

Seusai kembali menuju Tokyo, kami melakukan komunikasi dengan teman-teman di Chiba University. Chiba University termasuk universitas dengan reputasi yang juga bagus, dan kami mulai melakukan penjajakan infomal bersama pimpinan dan pengajarnya.Mereka juga concern untuk kerjasama. Karena itu, kita juga akan menjajaki mitra dengan Chiba University, terkait Farmasi misalnya, kita akan belajar  tentang bagaimana penanganan riset biomedik, juga pengelolaan pencemaran lingkungan, dan ada juga analisis kebijakan pelayanan kesehatan.

Dari sekian kerjasama yang dijajaki, apa yang bisa kita berikan? Jadi posisi kita bukan meminta “bantuan” saja, tapi juga berkolaborasi dalam bentuk kemitraan yang setara dan saling melengkapi. Karena kerjasama ini bertujuan increase to progress, peningkatan untuk kemajuan bersama. (Iqbal Syauqi)