"Taman Antarbangsa" di Taman Kampus

"Taman Antarbangsa" di Taman Kampus

STRATEGI UIN Jakarta untuk menjadi kampus bertaraf internasional rupanya tak hanya dirintis melalui berbagai kerja sama dengan pihak asing atau dibukanya sejumlah program studi berskala internasional. Strategi itu juga di antaranya ditandai dengan dibukanya sebuah ”taman antarbangsa” di taman kampus.

Bagi sebagian warga sivitas akademika, halaman hijau di antara gedung Auditorium Utama dan gedung Akademik itu memang tak ubahnya taman kampus biasa. Ada rumput dan pepohonan serta beberapa lampu hias. Namun, siapa sangka jika di balik lahan seluas sekitar 1.000 meter persegi itu justru tersimpan nama-nama pejabat penting, baik domestik maupun mancanegara.  Mereka adalah tamu yang saat berkunjung ke UIN Jakarta kerap diminta untuk menanam pohon sebelum kemudian kembali ke negara asal mereka.

”Tradisi” menanam pohon bagi tamu asing ini sudah lama dilakukan. Hal itu bertujuan agar kampus selain tetap hijau juga sebagai wujud dan simbol persahabatan antarbangsa. ”Penanaman pohon ini juga untuk mencatatkan sejarah bahwa Kampus UIN Jakarta setidaknya banyak dikunjungi tamu asing dari mancanegara,” ujar Dr Sudarnoto Abdul Hakim, Pembantu Rektor Bidang Pengembangan Lembaga.

Namun, imbuhnya, yang lebih penting dari itu tujuan penanaman pohon merupakan bukti kepedulian UIN Jakarta terhadap lingkungan dan konservasi alam. Tujuan ini selaras dengan ajaran Islam yang memerintahkan menjaga lingkungan agar tidak rusak.

Penanaman pohon bagi tamu asing yang berkunjung biasanya dilakukan seusai pertemuan resmi. Sementara jumlah pohon yang ditanam bergantung kepada berapa banyak di antara tamu tersebut yang datang. Jika misalnya banyak pejabat penting, jumlah pohon yang ditanam bisa satu hingga tiga buah. Sedangkan jenis pohon yang ditanam bermacam-macam, seperti Sawo Kecik (Manilkara Kauki Dubard), Kepel (Stelechocarpus Burahol), Nam-nam (Cynometracaulifloral Fabaceae), dan Puspa (Scmimawaiicniic Tneaceae).

Sebelum tamu menanam, petugas terlebih dahulu menyiapkan lahan serta tempat di mana pohon akan ditanam. Tetapi biasanya, pohon-pohon itu ditanam di lahan yang terlihat masih kosong dengan jarak kerapatan tertentu. Umumnya pula, pohon-pohon itu ditanam di tepian lahan yang berbatasan dengan jalan. Lalu, seusai ditanam, petugas menandainya dengan coran semen berbentuk bulatan batu setinggi sekitar 10 cm hingga 15 cm. Sementara nama sang penanam serta jenis pohon yang ditanam, diukir di atas batu semen tersebut. ”Hal ini dimaksudkan agar diketahui siapa penanam pohon tersebut,” terang Sudarnoto.

Berdasarkan catatan, jumlah pohon yang sudah ditanam di ”taman antarbangsa” kini mencapai lebih dari 20 buah. Sementara para pejabat penting yang sudah menanam di antaranya Wakil Presiden Iran Dr Hojatul Islam Hajali Akbari, Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Agus Martowardjo, Rektor Prince of Songkla University Thailand Prof Dr Ismail Ali, Menteri Pendidikan dan Riset Sudan Prof Dr Fathi Mohammed El-Khalifa, dan beberapa pejabat dari negara Pakistan, India, Bangladesh, Afghanistan, Arab Saudi dan Mesir.

Menurut Sudarnoto, keberadaan “taman antarbangsa” di kampus UIN Jakarta bukan saja untuk menambah keasrian kampus melainkan juga akan menjadi kenangan tersendiri bagi yang menanamnya. Kenangan itu setidaknya akan diingat manakala sang penanam kembali mengunjungi UIN Jakarta. “Entah kapan mereka akan kembali lagi. Namun, mereka akan ingat bahwa pohon yang ditanamnya dulu kini sudah besar,” ungkapnya mengandaikan.* Nanang Syaikhu