Student Centered Learning

Student Centered Learning

STUDENT Centered Learning (SCL) merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang kini sangat populer di kalangan praktisi pendidikan di dunia. SCL dipercaya sangat efektif dalam meningkatkan proses pembelajaran guna meraih hasil belajar mahasiswa secara optimal. Ini sesuai dengan filosofi belajar, bahwa belajar merupakan kegiatan memperoleh pengetahuan baru dimana semakin banyak pengetahuan didapat mahasiswa, semakin besar peluang mereka untuk terus meningkatkan kualitas sikap dan prilakunya. Pandangan ini sejalan dengan pendekatan belajar yang dikembangkan aliran psikologi kognitif yang meyakini bahwa para mahasiswa yang memiliki informasi pengetahuan sangat banyak dapat melakukan eksplorasi terhadap sumber-sumber belajar baru, baik sendiri maupun bersama-sama dengan peer group-nya. Dengan begitu, mereka bisa memperoleh banyak informasi pengetahuan baru dan terus menambah kesimpulan-kesimpulan baru.

Angele Attard dan tim dari Education International (EI) dan European Students’ Union berpendapat bahwa proses belajar terbaik adalah dengan melibatkan para mahasiswa untuk mempelajari materi pelajaran secara aktif. Di saat yang sama, dosen juga lebih berperan dalam memfasilitasi para mahasiswanya belajar. Beberapa fasilitasi tersebut seperti menugaskan melaksanakan riset, memberi mereka peluang untuk mempresentasikan hasil kajian, berdiskusi dengan peer group, dan belajar menyimpulkan hasil diskusinya. Angele Attard membuat perbandingan capaian hasil belajar tersebut seperti dideskripsikan dalam tabel berikut ini.

Diagram Pak Dede

Dalam diagram di atas terlihat bahwa belajar dengan model passive learning melalui ceramah, membaca, audio-visual, dan demonstrasi hanya mampu menghasilkan pencapaian belajar paling tinggi 30%. Bahkan bila hanya mengandalkan audio-visual, membaca, dan kuliah, pencapaian materi pelajaran yang bisa melekat dan diingat mahasiswa masing-masing hanya mencapai 20%, 10% dan bahkan 5%. Prosentase pencapaian demikian jauh berbeda dengan model belajar aktif melalui diskusi, praktik, atau mengajar orang lain. Pencapaian paling rendah dicatatkan metode diskusi 50%. Sedangkan praktek dan mengajar yang lain mencatatkan prosentase hasil belajar lebih tinggi, yakni 75% dan 90%. Pengajaran metode terakhir dilakukan dengan menjelaskan informasi pengetahuan yang dipelajarinya pada peer group-nya dengan saling bertanya, berdialog, berdiskusi atau bahkan berdebat. Dengan demikian, pembelajaran berbasis mahasiswa atau SCL saat ini sangat direkomendasikan agar mahasiswa mampu meraih hasil belajar yang maksimal.

Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan SCL? Dilihat dari pengertian, Student Centered Learning, terlihat bahwa SCL merupakan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa atau mahasiswa. Dalam pengertian lain lain, dalam pendekatan ini para siswa atau mahasiswa menjadi pelaku aktif dalam kegiatan belajar. Ini berbeda dengan Teacher Centred Learning (TCL) dimana proses pembelajaran lebih banyak berpusat pada guru atau dosen. Definisi lebih rinci tentang SCL disampaikan Rodolfo P. Ang (2001) dari Loyola School Ateneo de Manila University. Menurutnya, SCL adalah model pembelajaran yang memfasilitasi para mahasiswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Keaktifan ini dilakukan dengan membaca buku-buku teks, membaca digital book dalam komputer, mencari bahan dari sumber-sumber online, dan memfasilitasi mereka untuk secara aktif mencari bahan, termasuk mendiskusikan informasi yang diperoleh. Selain belajar dengan banyak sumber, proses ini memungkinkan mahasiswa belajar dengan senang hati dan menikmati setiap prosesnya, baik di dalam maupun di luar kelas.

Redolfo menambahkan, proses belajar yang berpusat pada mahasiswa akan terjadi ketika dosen dan mahasiswa sama-sama aktif belajar. Dalam hal ini, para mahasiswa difasilitasi melakukan eksplorasi bahan-bahan ajar dan mendiskusikan berbagai informasi yang didapat, sedangkan para dosen aktif mendampingi mereka selama proses tersebut, termasuk mendorong mereka melakukan proses pencarian, diskusi, dan penyimpulan atas hasil diskusi mereka. Tuntutan dosen untuk tetap memegang peranan aktif dalam proses belajar mahasiswa menjadi penegasan bahwa dalam SCL tidak otomatis dosen menjadi lebih santai dan tidak banyak beraktifitas. Sebaliknya, dalam pendekatan SCL dosen harus lebih aktif membaca dan belajar bersama para mahasiswa mereka. Dalam SCL, hubungan antara dosen dan mahasiswa adalah hubungan antara senior learner dengan junior learner.

Angele Attard dari Education International mengungkapkan, terdapat banyak manfaat proses belajar dengan pendekatan SCL baik bagi kalangan mahasiswa maupun dosen. Beberapa manfaat bagi kalangan mahasiswa, antara lain :

  1. Menjadikan para mahasiswa sebagai bagian integral dari komunitas akademik. Sebenarnya, mahasiswa kini disebut sebagai civitas academica, akan tetapi, seringkali posisi itu tidak terwujud hanya karena dosen tidak memperlakukan mereka sebagai masyarakat akademik, melainkan objek ceramah dosen yang–sekali waktu- diukur tingkat pemahamannya terhadap kandungan ceramah tersebut. Sebagai masyarakat akademik, tentu mahasiswa memiliki hak untuk melakukan proses inquiry, proses pencarian dan pengkajian, serta proses pemahaman yang dilakukan oleh mereka sendiri. Melalui SCL mereka memiliki kesempatan untuk melakukan penelitian dan mempresentasikannya di hadapan peer group dan dosen mereka. Selanjutnya, dosen harus memberi masukkan terhadap hasil penelitian para mahasiswanya. Dengan demikian, para mahasiswa benar-benar menjadi masyarakat akademik sebagaimana diidealkan.
  2. Meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. Hal ini karena SCL memperlakukan mahasiswa sebagai masyarakat akademik yang harus menguasai teori, mengaplikasikannya, dan terus melakukan kajian dan evaluasi atas teori tersebut. Selain itu, para mahasiswa juga dituntut untuk mempresentasikan hasil kajiannya pada peer group dan dosen pembinanya. Dengan demikian, mahasiswa akan termotivasi untuk memperbanyak kegiatan belajar di luar kelas sehingga nantinya menjadi masyarakat pembelajar.
  3. Mahasiswa menjadi lebih independen dan bertanggung jawab untuk terus belajar. Pembelajaran berbasis pada mahasiswa membuat mahasiswa selalu terikat untuk belajar, karena mereka harus mempresentasikan hasil belajar di hadapan peer group dan dosen mereka. Dengan demikian, para mahasiswa akan memiliki tanggung jawab dan harus bergerak secara independen, karena dituntut terus melengkapi berbagai informasi keilmuan yang mereka butuhkan untuk dipresentasikan di depan kelas pada setiap minggu.
  4. Arus masuk pendidikan tinggi yang kian besar dan kebutuhan pasar yang semakin lebar dan ragam, maka kebutuhan belajar para mahasiswa juga semakin diversifikatif sesuai arah profesi yang akan mereka tuju pasca belajar di perguruan tinggi. Pembelajaran berbasis pada mahasiswa memberi mereka peluang untuk mempelajari keilmuan yang ditekuninya secara independen dan tidak terikat dengan bahan ajar yang menjadi fokus kajian teman lain dari program studi yang berbeda, atau bahkan mungkin dari program studi yang sama.

Sementara itu, beberapa keuntungan belajar berdasar metode SCL bagi dosen antara lain:

  1. Melahirkan peran yang sangat menarik bagi dosen, karena penyiapan bahan ajar, proses pembelajaran, dan penyimpulan, semua ditugaskan pada mahasiswa, dosen hanya melakukan konfirmasi atas bahan yang mereka kaji, termasuk kesimpulan yang mereka rumuskan. Di saat yang sama, ini merupakan kesempatan baik bagi para dosen untuk memberikan tantangan bagi para mahasiswanya dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar mereka.
  2. Sinergi antara pembelajaran dengan penelitian. Selain memungkinkan dosen mengontrol tugas mahasiswa sampai pada level pengetahuan tertinggi, SCL memungkinkan dosen mensinergikan kegiatan penelitiannya dengan program-program pembelajaran (bersama mahasiswa), sehingga akan terus tervalidasi oleh masukan-masukan yang dinamis.
  3. Pengembangan profesional berkelanjutan. SCL memungkinkan dosen memberi tugas pada para mahasiswa untuk selalu meng-update pengetahuan mereka tentang berbagai teori dengan mengakses berbagai jurnal ilmiah terkini, sehingga dosen akan memperoleh masukan terhadap penelitian yang sedang mereka lakukan.

Bahan Bacaan:

Attard, Angela, et all. Student Centred Learning, Toolkit for students Staffs, and Higher Education Institution. Education International and the European Student Union, Brussel, Belgia, 2010.

Redolfo, P. Ang. Elements of Student Centred Learning. Loyola Schools Loyola Antenoe de Manila Uniersity, Office of Research and Publication, 2001.