Seminar DPP DEMA UIN: Perempuan Harus Perkuat Diri

Seminar DPP DEMA UIN: Perempuan Harus Perkuat Diri

[caption id="attachment_10513" align="alignleft" width="300"]Departemen Pemberdayaan Perempuan (DPP) Dewan Eksekutif Mahasiswa UIN Jakarta menyelenggarakan talkshow bertemakan tantangan perempuan masa kini di Aula Student Center, Kamis (21/04). Talkshow yang menghadirkan dua narasumber, Ketua Dharma Wanita UIN Jakarta Dr. Andriyani Asmuni, M. Ag dan Dosen UIN pemerhati gender Ala’I Nadjib, MA, digelar untuk memperingati Hari Kartini.  Departemen Pemberdayaan Perempuan (DPP) Dewan Eksekutif Mahasiswa UIN Jakarta menyelenggarakan talkshow bertemakan tantangan perempuan masa kini di Aula Student Center, Kamis (21/04). Talkshow yang menghadirkan dua narasumber, Ketua Dharma Wanita UIN Jakarta Dr. Andriyani Asmuni, M. Ag dan Dosen UIN pemerhati gender Ala’I Nadjib, MA, digelar untuk memperingati Hari Kartini.[/caption]

Aula SC, BERITA UIN Online– Departemen Pemberdayaan Perempuan (DPP) Dewan Eksekutif Mahasiswa UIN Jakarta menyelenggarakan talkshow bertemakan tantangan perempuan masa kini di Aula Student Center, Kamis (21/04). Talkshow yang menghadirkan dua narasumber, Ketua Dharma Wanita UIN Jakarta Dr. Andriyani Asmuni, M. Ag dan Dosen UIN pemerhati gender Ala’I Nadjib, MA, digelar untuk memperingati Hari Kartini.

Dalam paparannya, Andriyani menekankan pentingnya perempuan menghidupkan semangat pembebasan perempuan yang digagas RA Kartini. Dua bidang yang bisa dilakukan perempuan kini adalah penguatan kapasitas diri di bidang pendidikan intelektual dan pendidikan emosional. “Perempuan itu harus maju,”  tandasnya.

Menurut Andriyani, perempuan masa kini memiliki tanggungjawab lebih besar baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Di lingkungan keluarga, perempuan menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya. Di lingkungan masyarakat, perempuan dituntut mampu berpartisipasi dalam pemberdayaan sosial.

“Untuk itu, saya setuju jika seorang wanita memilih berkarir. Tapi saya tidak setuju jika sampai melupakan sunnatullah-nya sebagai ibu, sebagai istri. Perempuan harus bisa menempatkan diri di kedua wilayah ini,” katanya.

Sementara itu, Ala’i mengatakan, musuh utama bagi peningkatan derajat perempuan kini adalah ide dan kondisi diskriminatif yang terkonstruk dalam kebudayaan. Salah-satu bentuknya adalah munculnya asumsi bahwa semakin tinggi karir laki-laki, semakin tinggi daya tawarnya. Sedangkan, semakin tinggi karir perempuan, semakin sulit ia mendapatkan pasangan.“Ini adalah salah satu bentuk kejahatan dari budaya kita,” katanya. (Laporan Dewi Mahmudah N.)