Saya Akan Siapkan Program Khusus

Saya Akan Siapkan Program Khusus

 

Awal Maret lalu, Prof Dr Moh Matsna MA resmi dikukuhkan sebagai Pembantu Rektor Bidang Akademik periode 2010-2014 oleh Rektor Prof Dr Komaruddin Hidayat. Ia menggantikan Dr Jamhari yang habis masa jabatannya. Meski baru menjabat, ia telah menyiapkan program khusus baik bagi mahasiswa maupun dosen. Bagaimana arah pengembangan akademik di bawah kepemimpinannya ke depan? Untuk mengetahui selengkapnya, berikut petikan wawancara Muhammad Nurdin dari BERITA UIN Online dengan guru besar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) itu di ruang kerjanya, Rabu (9/3).

Anda baru saja dikukuhkan sebagai Purek Bidang Akademik. Apa saja yang akan Anda lakukan untuk mengembangkan UIN Jakarta ke depan?

Rencana  saya ke depan tidak terlalu muluk-muluk (tinggi) sebab di UIN Jakarta sudah mempunyai suatu acuan atau pedoman yang baku tentang job description (tugas) Pembantu Rektor Bidang Akademik itu apa. Purek Bidang Akademik mempunyai tugas membantu rektor dalam perumusan di bidang pendidikan, pengajaran, dan pengabdian masyarakat. Selain itu, bidang akademik juga berfungsi merencanakan dan mengkoordinasikan yang intnya bagaimana mengembangkan dan menjalankan fungsi-fungsi pendidikan, pengajaran, dan penelitian, serta pengabdian masyarakat. Program-program tersebut sudah saya bagi ke dalam tiga bagian baik jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.

Selain itu, saya melihat ada sesuatu yang sangat urgent, hal ini dapat dilihat dari beberapa fakta di masyarakat. Pertama, masih banyak mahasiswa UIN Jakarta maupun lulusan perguruan tinggi lainnya yang belum lancar membaca al-Quran. Itu bukan berita atau isu masyarakat saja. Tapi sudah fakta yang terjadi di masyarakat. Ini yang menjadi perhatian kita bersama. Solusinya saya menargetkan dalam waktu satu semester itu mereka bisa (action) dengan kegiatan-kegiatan yang konkret yang bisa dirasakan mahasiswa terkait di bidang ini (membaca al-Quran). Oleh karena itu, untuk praktek ibadah dan qiroah jangan hanya mengandalkan prodi atau fakultas  tapi semua unsur. Jadi saya berkeinginan, pada semester pertama mereka dibina sehingga pada semester kedua (genap) mereka sudah benar dan lancar membaca al-Qur’an.

Kedua, kita sudah berangan-angan lama memproklamirkan diri untuk menjadi Word Class University. Walaupun tidak semua prodi harus mencapai Word Class University tapi kami berharap hanya prodi-prodi yang memang bisa diangkat menjadi mercusuar atau unggul. Tapi prodi-prodi yang lain (masih rendah kualitasnya) jangan sampai ketinggalan.

Lantas, syarat mutlak menjadi Word Class University itu apa?

Untuk menjadi Word Class University syarat mutlaknya adalah baik mahasiswa, dosen, maupun civitas akademika harus menguasai bahasa baik bahasa Inggris maupun Arab secara aktif, baik lisan maupun tulisan.  Aktif di sini tidak hanya pada tataran lisan maupun tulisan tapi harus  aktif membaca, memahami teks secara komprehenshif. Kalau kelas atau prodi-prodi umum bahasa Inggrisnya harus aktif atau sebaliknya kalau prodi-prodi agama bahasa Arabnya harus aktif. Selain mahasiswa harus mempunyai kemampun atau keahlian di bidang lainnya misalnya penguasaan Information Technology (IT), desain, dan lain-lain.

Hal ini saya sudah bicarakan kepada pihak pengelola pusat bahasa, sebab yang saya ketahui selama ini pusat bahasa hanya mengukur kemampuan calon mahasiswa atau mahasiswa saja. Di awal masuk UIN atau perkulihan diukur dan di akhir diukur lagi, lantas di mana pelayanannya? Kok hanya menjadi tempat ujian saja?  Pokoknya beberapa hari terakhir ini saya memanggil ketua pusat bahasa untuk merumuskan kurikulum bersama-sama dengan prodi yang lain dan menyusun bahan ajarnya. Sehingga fungsi pusat bahasa benar-benar terlihat dan jelas bagi mahasiswa.

Selain itu, saya juga menemui kepala perpustakaan menanyakan kelayakan dan jumlah buku yang ada di perpustakan. Saat ini,  jumlah buku yang ada sekitar 90 ribu eksemplar. Hal ini tidak sesuai dengan jumlah mahasiswa di UIN Jakarta yang jumlah mahasiswanya kurang lebih 20 ribu orang. Kalau dihitung-hitung setiap mahasiswa bisa membaca atau meminjam buku sekitar tiga sampai empat buku. Buku-buku tersebut tidak semuanya layak atau tidak sesuai dengan kebutuhan mahasiswa, jadi masih sangat jauh sekali kelayakan perpustakaan kita itu. Di samping itu, SDM-nya masih kurang baik pada tingkat penguasaan IT  mapun kinerjanya. Seharusnya perpustakaan harus dibantu dengan sistem online sehingga ketika kita butuh buku atau referensi tinggal mencari saja tanpa harus datang ke perpustakaan atau cari repot-repot referensi tersebut.

Bahkan, kalau kita lihat atau bandingkan di kampus lain  sistem pelayanannya sudah canggih. Misalnya kalau kita tanya kepada seorang pustakawan, pak atau bu saya perlu buku ini, ada dimana? maka pustakwan bisa menjawab letaknya di nomor sekian, lantai sekian atau rak buku sekian.  Lebih dari itu, dia tahu di halaman sekian. Oleh karena itu, kita selalu berusaha meningkatkan SDM pegawai perpustakaan.  Sehingga untuk menjadi Word Class University itu lebih mudah.

Menurut Anda seberapa jauh peran akademik bagi UIN sendiri?

Penting sekali, bahkan paling utama. Kalau yang lainya kan hanya pendukung akademik. Selain itu akademik itu menyangkut semua. Misalnya kemahasiswaan itu bersinergi dengan akademik, dikjar (pendidikan dan pengajaran) menyangkut akademik. Jadi, akdemik itu sangat urgent.

Saat ini,  sistem pelayan selalu berubah dari Simak, Simperti dan belum lama ini beralih ke sistem AIS,  bagaimana menurut Anda?

Ini juga menjadi masalah kita bersama lebih-lebih karyawan di PUSKOM. Sehingga yang menjadi korban adalah mahasiswa sulit untuk mengisi KRS atau mengakses lainya. Di samping itu, sitem blok-blok seperti ini agak sulit juga ketika kita mengerjakan sesuatu. Misalnya ada surat yang masuk ke kantor saya kemudian saya ingin berikan kembali surat tersebut masa saya harus cari orang dulu atau menelpon. Iya kalau saya telpon ada orangnya di kantor kalau tidak ada bagaimana? Seharusnya di seluruh ruangan Purek maupun Kepala Biro ada staf sehingga ketika kita butuh sesuatu ada yang membantu, baik untuk mengirim surat balasan atau ketika ada tamu.

Kalau gedung baru yang dibangun di belakang Auditorium fungsinya sebagai apa?

Rencananya akan dijadikan tempat pelayan-pelayan yang berkaitan dengan mahasiswa. Selama ini pelayan mahasiswa masih bercampur dengan gedung rektorat. Jadi yang di rektorat hanya pimpinan atau orang–orang (pejabat) yang berkepentingan dengan rektor, purek, dan kepala biro saja.

Bagaimana Anda menilai kompetensi dosen UIN Jakarta?

Kompetensi dosen belum merata. Ada yang sudah professional dan pandai dalam penguasaan IT ada yang belum. Hal ini disebabkan karena kebijakan fakultas masing-masing yang tidak merata, banyak prodi-prodi baru, dan mungkin banyak dosen-dosen yang sudah tua. Kami sudah berusaha meningkatkan mutu tersebut dengan cara sitem kontrak. Kami juga tidak serta-merta mengangkat menjadi pegawai sebab pengangkatan dosen atau pegawai itu langsung dari pusat, kita hanya bisa meningkatkan mutu dengan sistem kontrak atau honorer saja.

Apakah kegiatan akademik di fakultas sudah sejalan dengan universitas?

Ada yang sudah sejalan ada juga yang juga belum. Selama ini, saya belum melihat seberapa jauh kinerjanya sebab saya baru menjabat. Sebenarnya  secara teknis di fakultas itu hanya sebagai pelaksana sedangkan di rektorat (universitas) itu sebagai penggagas, pengawas atau controling saja. Tentang kurikulumnya bagaimana, pelaksanaannya seperti apa, itu semua kita sudah serahkan ke fakultas masing-masing.

Mungkin ada kebijakan khusus yang akan Anda terapkan?

Saya sudah mempersiapkan kebijakan atau program-program khusus baik untuk mahasiswa maupun dosen. Misalnya untuk mahasiswa antara lain, mengadakan program intensifikasi membaca al-Qur’an, program khusus tafaquh fiddin yang kita fokuskan ke asrama mahasiswa atau Ma’had Aly sebagai tempat mencetak ulama, program pertukaran antar mahasiswa khususnya ke luar negeri. Selain itu, saya juga telah menyusun program untuk para dosen antara lain, program pembinaan wawasan keislaman yang dikhususkan bagi dosen umum, misalnya diskusi bersama dengan Prof. Dr Qurasih Shihab, Kang Jalal, Dr Dadang Hawari. Sehingga dosen-dosen umum tidak hanya mampu atau berkompeten di bidang umum saja akan tetapi mereka mampu mengklaborasikan antara ilmu umum dan agama. Mungkin program ini kita lakukan setiap dua minggu sekali.

Belum lama ini, Anda ditugaskan di IAIN Cirebon, kalau boleh tahu sebagai apa?

Ya. Saya menjabat sebagai pejabat sementara pengganti rektor. Waktu itu jabatan rektor masih kosong atau belum ada yang menjabat. Selain itu, adanya peralihan dari STAIN ke IAIN, atau mungkin ada sedikit konflik atau masalah internal. Sehingga untuk menstabilkan itu semua akhirnya saya ditugakan di IAIN Cirebon. Dengan alasan saya orang Cirebon dan syarat rektor kan guru besar hingga akhirnya saya terpilih atau mendapat SK dari pusat.

Berapa lama? Lantas bagaimana dengan kegiatan mengajar Anda di UIN?

Kurang lebih satu tahun, kalau mendapat SK dari pusat sekitar tahun 2009 sedangkan menjabatnya sekitar tanggal 8 Januari 2010 sampai akhir tahun 2010. Walaupun ditugaskan di IAIN Cirebon aktifitas mengajar di UIN Jakarta tetap saya laksanakan. Mengajar itu kewajiban sebagai seorang dosen yang tidak boleh ditinggalkan. Jadi kalau saat ini, saya menjabat sebagai Purek di UIN Jakarta itu hanya sementara mungkin hanya beberapa tahun, setelah itu kembali lagi ke tugas utama sebagai dosen. Sesibuk apapun kalau tidak ada rapat penting atau dinas saya tetap mengajar meskiun saya sudah mempunyai beberapa asisten tetap saya datang ke kelas untuk mengajar. Menurut saya, mengajar itu merupakan kebahagian tersendiri  dan hobi yang sudah melekat dalam jati diri saya. []

Â