Said Nursi Telah Mempresentasikan dan Menginterpretasikan Islam Secara Otentik

Said Nursi Telah Mempresentasikan dan Menginterpretasikan Islam Secara Otentik

Simposium internasional tentang Social Harmony and Peace: Said Nursi on Muslim Revivalism, Education and World Peace yang berlangsung selama dua hari (23-24/7) di UIN Jakarta dan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) menghadirkan beberapa tokoh internasional. Di antaranya Seketaris The Istanbul Foundation for Science and Culture Prof Dr Faris Kaya yang memiliki perhatian besar terhadap pemikiran Said Nursi. Berikut wawancara Jamilah dari UINJKT Online degan Prof Dr Faris Kaya di sela-sela rehat acara.

Mengapa Anda memilih pemikiran Said Nursi dalam hal perdamaian dan keharmonisan sosial pada siposium internasional ini?

Kami memilih tema ini karena Said Nursi memang memiliki pehatian besar terhadap perdamaian dan keharmonisan sosial. Apalagi seperti yang kita ketahui, saat ini Islam selalu diidentikan dengan terotis. Kegiatan ini adalah salah satu cara kami untuk mengkomunikasikan bahwa Islam mencintai perdamaian dan bukan teroris. Kata Islam sendiri berasal dari bahasa Arab ’salam’ yang berarti kedamaian. Dari kata itulah Nursi selalu menekankan pentingnya sikap damai dan kasih sayang terhadap sesama manusia dan alam semesta. Tidak sedikit karya-karyanya mengulas mengenai hal ini. Ia selalu menegaskan pentingnya berdakwah dengan cara damai, karena ia yakin dengan cara ini manusia akan lebih mudah menerimanya sekalipun ia adalah musuh kita. Menurutnya hakikat Islam itu sendiri adalah perdamaian. Ia sangat membenci dan memusuhi kebodohan, kemiskinan dan konflik. Ia selalu menekankan jangan pernah ada rasa benci dalam hati karena kebencian adalah lawan kasih sayang.

Lantas bagaimana pengaruh pemikiran Nursi terhadap kehidupan orang Turki sendiri?

Saat ini pengaruhnya cukup progres, setiap malam selalu ada kajian tentang pemikiran-pemikiran Said Nusi yang diikuti ratusan orang. Seperti yang kita ketahui sejak tahun 50-an Turki terkenal dengan negeri sekuler dan atheisnya. Itu bisa sangat dipahami karena memang pengauh atehis dinegei kami sangat besar. Bahkan sekolah-sekoh, kantor-kator negara tidak memperbolehkan para muslimah mengenakan jilbab. Said Nusi sangat prihatin dan menentang kondisi ini, ia selalu memerangi atheis dan materialistik. Namun demikian, ia selalu menekankan pentingnya bedakwah dengan cara damai daripada dengan konfrontasi fisik. Baginya berdakwah dengan pulpen dan lidah adalah lebih baik. Ia menjadikan Al-Quran sebagai contoh, dalam ungkapannya Al-Quran dapat menjadi sangat terhormat karena argumennya yang kuat. Nursi selalu menegaskan, perang yang pertama kali harus ditaklukan adalah perang pemikiran. Pemikiran Nursi sangat mendasar dan universal sehingga dapat diterima oleh semua agama dan semua kalangan.

Dengan begitu apakah Nursi bisa dikategorikan sebagai seorang sufi?

Said Nusi memang memiliki apresiasi besar tehadap sufi dan banyak mengajakan tasawuf. Namun tidak sedikit pemikirannya juga betentangan dengan pemikiran sufi. Nursi lebih tepatnya dikategorkan sebagai seorang rohaniawan yang mampu mengkobinasikan antara pikian dan hati sehingga menjadi seorang yang bijak.

The Istanbul Foundation for Science and Culture adalah sebuah institusi yang meimliki pehatian besar terhadap pemikiran Said Nusi dan Anda sendiri sebagai sekretarisnya, lalu hasil apa yang hendak dicapai dengan digelarnya simposium internasional ini?

Said Nursi tidak punya institusi dan pengikut khusus. Nursi juga tidak pernah terjun ke dunia politik dan membentuk partai politik. Ia hanya seseoang yang selalu mengajarkan kebaikan. The Istabul Foundation of Science and Culture sendiri didirikan untuk mendedikasikan studi tentang pemikiran Nursi dengan kegiatan seperti diskusi-diskusi, seminar maupun woksop intenasional. Dalam setiap kegiatan itu, kami selalu mengatakan bahwa Nursi telah mempresentasikan dan menginterpretasikan Islam secara otentik. Kami telah melakukan worshop internasional ini di antaranya di Filifina, Aljazair, Maroko, Mesir, Yaman, Amerika Serikat, Bulgaria dan Brunei Darussalam. Di Indonesia sendiri telah digelar di beberapa kota di antaranya Makassar, Yogyakarta, Palembang, Lampung dan Bangka.

Lalu bagaimana respon mereka terhadap workshop atau simposium tersebut?

Responnya sangat bagus, negara-negara yang penah kami singgahi selalu tertarik untuk mengikuti wokshop ini setiap kali digelar di negara lain. Seperti sekarang saja ada beberapa peserta dari Afrika Selatan, Kamboja, Turki dan Brunei Darussalam bahkan ada yang non-muslim dari Vatikan dan Italia. Kebanyakan dari mereka yang tertaik dengan pemikiran Said Nursi ini adalah kalangan remaja dan anak muda. Selain itu karya-karya Nursi seperti Risalah An-Nur dan Al-Ayat Alkubra kini sudah banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Untuk di UIN Jakarta sendiri bagaimana Anda menilai kegiatan ini dan bagaimana respon mereka ?

Saya melihat UIN Jakarta sangat menyambut baik, kooperatif dan mendukung diselenggarakannya acara ini. Saya juga sangat berterima kasih kepada panitia yang telah mepersiapkan segalanya sehingga acara ini dapat berjalan dengan lancar. Selain itu saya juga sangat mengapresiasi niat baik UIN Jakarta untuk mengadakan lomba esai tingkat nasional tentang pemikiran Said Nursi.

Apakah ini kunjungan pertama kali Anda ke UIN Jakarta, lalu bagaimana Anda menilai UIN Jakarta sebagai Universitas Islam?

Saya telah berkunjung ke UIN Jakarta sejak lima tahun lalu, dan ini adalah kunjungan yang ketiga kalinya. Saya perhatikan setiap berkunjung ke sini selalu ada peubahan tajam dan progres baik dalam hal kebersihan, kerapihan, gedung dan fasilitasnya. Sebagai sebuah universitas, sebaiknya para pengajar UIN Jakarta mampu menjadikan mahasiswanya lebih cerdas daripada mereka.

Â