Romo Katolik Raih Doktor dari UIN Jakarta

Romo Katolik Raih Doktor dari UIN Jakarta

Auditorium SPs, Berita UIN Online—Saat ditemui Berita UIN Online, Gregorious Soetomo mahasiswa Program Doktor Sekolah Pascasarjana (SPs) UIN Jakarta tampak senang dan berbinar binar. Tidak seperti biasanya, Pastor Katolik yang selalu tampil sederhana ini memakai pakaian jas lengkap dengan dasi. Terang saja karena hari ini, Rabu (24/5/2017) adalah hari bersejarah. Romo Greg, demikian sapaan akrabnya, akan segera menyelesaikan studi doktoral dengan jangka waktu hanya 2 tahun.

“Tentunya saya banyak belajar disini (SPs UIN Jakarta, red), tidak hanya tentang akademik. Saya bertemu dengan teman-teman baru, guru-guru yang hebat dan pelajaran hidup yang pasti akan saya sebar ke jemaat saya demi membangun relasi Islam-Kristen yang lebih baik,” terang Pembina asrama mahasiswa STF Driyarkara sejak tahun 200-sekarang ini beberapa saat sebelum menaiki podium sidang disertasi.

Ketika tiba waktunya sidang, mahasiswa dan kolega romo Greg segera duduk dengan rapi. Prof Dr Masykuri Abdillah selaku ketua sidang mulai memasuki ruang sidang. Hadir pulaProf Dr Sukron Kamil, Prof Dr Sastrapratedja sebagai penguji dan Prof Dr Didin Saepudin selaku penguji merangkap sekretaris. Sedangkan Prof Dr Azyumardi Azra dan Prof Dr Iik Arifin Mansurnoor menjadi promotor merangkap penguji.

Suasana sidang berjalan khidmat. Greg memaparkan hasil penelitiannya dengan judul Bahasa, Kekuasaan dan Sejarah: Historiografi Islam Marshall G.S. Hodgson dalam Perspektif Kajian Poststrukturalisme Michel Foucoult. Setelah presentasi selama kurang lebih sepuluh menit, tiba saatnya pertanyaan-pertanyaan dari para penguji dan Greg menjawabnya dengan lancar.

“Sebagai promotor, saya adalah orang yang paling bahagia disini. Saya merasa saudara promovendus adalah representasi relasi Muslim-Katolik yang harmonis. Jika saja rasa saling curiga di antara para pemeluk agama itu hilang, maka niscaya kita akan hidup berdampingan dengan damai. Kita harus senantiasa berdialog dengan berbagai golongan yang berbeda-beda, agar NKRI ini tetap terjaga keutuhannya,” curhat Azyumardi Azra mengawali pembicaraan sebelum masuk bertanya.

Sejurus kemudian, Azra bertanya, “Pertanyaan saya singkat saja, apa kontribusi besar Marshall Hodgson dibandingkan dengan sejarawan Islam lain, Ira M Lapidus misalnya?”

“Sejauh pembacaan saya tentang Ira, dia berbicara tentang sejarah-sejarah kecil seperti: kehidupan sehari-hari, adat dan lain lain. Sementara Hodgson selalu menjelaskan sejarah dari perspektif peradaban-peradaban besar,” jawab pria kelahiran 27 Oktober 1964 ini.

Azyumardi Azra mengamini jawaban yang diberikan promovendus. Akan tetapi Ia menambahkan bahwa Ira M. Lapidus dan Marshall Hodgson sama sama melihat sejarah Islam dalam konteks global. Bedanya, Lapidus lebih melihat sejarah dari sisi sosial, sedangkan Hodgson membaca sejarah dari sisi struktural. “Kontribusi terpenting Hodgson adalah klasifikasinya tentang Islam yang ia bagi menjadi tiga: Islam, Islamicate, dan Islamdom. Istilah pertama ia definisikan sebagai sebuah doktrin agama, istilah kedua yakni tradisi keagamaan dan istilah kedua merupakan diksi untuk Islam politis,” terang Azra.

Setelah semua penguji mendapat giliran bertanya, akhirnya sidang ujian promosi doktor berakhir dalam waktu dua jam. Gregorius Soetomo berhasil menjadi doktor ke-1051 SPs UIN Jakarta berpredikat cumlaude, dengan IPK 3,75. (Farah/Wildan/ZM)