Rektor: Produk KKN Diharapkan Menghasilkan Perubahan

Rektor: Produk KKN Diharapkan Menghasilkan Perubahan

[caption id="attachment_19053" align="alignright" width="300"] Rektor UIN Jakarta Prof Dr Dede Rosyada menjadi Keynote Speech dalam kegiatan Kuliah Kebangsaan diselenggarakan PPM bekerjasama dengan PSKP, Kamis (13/7/2017)[/caption]

Auditorium Harun Nasution, Berita UIN Online-- Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan kegiatan akademik yang targetnya adalah bagaimana ilmu yang dipelajari dapat diimplementasikan, sehingga memiliki validasi untuk dipakai dan bisa membawa perubahan.

Demikian disampaikan Rektor UIN Jakarta Prof Dr Dede Rosyada MA dalam acara pembekalan peserta KKN 2017 di Auditorium Harun Nasution yang diselenggarakan Pusat Pengabdian Masyarakat (PPM) UIN Jakarta bekerjasama dengan Pusat Studi Kebijakan Publik (PSKP) UIN Jakarta, Kamis (13/7/2017).

“Produknya diharapkan bisa membawa hasil penelitian baru karena diimplementasikan dan hasilnya membawa perubahan,” ujar Dede di hadapan ratusan peserta KKN pada acara yang dikemas dalam bentuk seminar.

Kalau masih imajinasi, lanjutnya, itu belum membawa hasil dan bukan kategori ilmu. Unsur ilmu itu mencakup ontologis, epistemologis dan aksiologis.

“Aksiologis itu harus bisa dilaksanakan dan membawa perubahan, salah satunya dibuktikan dengan KKN dengan produk ilmu yang tervalidasi dan teori yang terimplementasi,” tegas Dede.

Ditambahkannya, salah satu tempat yang direkomendasikan adalah di sekitar pesisir Tangerang dan daerah-daerah tertinggal untuk memberikan inspirasi dan membangkitkan semangat perubahan.

“Jangan bawa uang, bawa ide, bangkitkan untuk berpikir dengan mindset, dan itu tidak mudah harus menggunakan pendekatan disiplin ilmu,” tandasnya.

Selain itu, Dede sangat mengapresiasi tema seminar Membumikan Pancasila Merajut Kebersamaan Menuju Masyarakat Indonesia yang Toleran dengan narasumber Prof Dr Haryono Deputi Kepala Unit Kerja Presiden untuk Pembinaan Ideologi Pancasila.

Menurutnya, toleransi diusung karena Indonesia perlu koneksivitas untuk menghilangkan perubahan menuju negara makmur dan adil.

“Kita merasa nyaman dengan Pancasila karena negara ikut mengurusi agama, termasuk urusan kiblat. Ternyata negara islami, berhasil dengan Pancasila. Untuk mencapai Prosperous Country harus terus diperbaiki melalui regulasi,” pungkasnya. (mf)