Ranita Lakukan Recovery Meunasah yang Ambruk

Ranita Lakukan Recovery Meunasah yang Ambruk

[caption id="attachment_15130" align="alignright" width="300"]WhatsApp Image 2017-01-03 at 09.26.02 Peletakan batu pertama pembangunan meunasah oleh Tim Ranita UIN Jakarta dibantu warga sekitar dibarengi dengan Tradisi Peusijuk (syukuran), Ahad (1/1/2017), Kabupaten Pidie Jaya Aceh[/caption] Aceh, BERITA UIN Online-- Jelang tahun 2016 berakhir, Kelompok Mahasiswa Pecinta Lingkungan Hidup dan Kemanusiaan Kembara Insani Ibnu Batutta (KMPLHK Ranita) UIN Jakarta, merekonstruksi Meunasah (Musholah) di Kabupaten Pidie Jaya Aceh.

Dilansir dari Kantor Berita Kemanusiaan (http://www.kbknews.id/) pada Senin (2/1/2017), staf Bidang Penelitian dan Pengembangan Ranita Lina Sobariyah Arifin melaporkan kegiatan dua tim Ranita yang diterjunkan ke lokasi gempa.

Dikatakan Lina, pada 7 Desember lalu gempa terjadi di Aceh dengan kekuatan 6,5 SR dan diberitakan merusak banyak fasilitas umum, diantaranya; sekolah, tempat ibadah, rumah sakit, ruko serta ratusan rumah rusak berat.

Gempa ini menewaskan seratus lebih korban jiwa serta ratusan korban luka berat dan ringan, serta beberapa orang tidak ditemukan

“Keesokan harinya, tertanggal 8 Desember, kami langsung membuka Posko Peduli Gempa Aceh yang bertempat di Pertigaan Taman Tarbiyah Kampus Satu UIN Jakarta. Posko dibuat sebagai pusat informasi dan pusat penyaluran bantuan dari sivitas akademik UIN Jakarta ataupun bantuan dari lembaga lain. Donasi yang sudah terkumpul sampai hari ini adalah sebanyak Rp 30.380.300,” jelas Lina.

Dilanjutkannya, untuk menyalurkan bantuan ini, satu tim yang terdiri dari dua orang anggota diberangkatkan dan bergabung bersama kelompok relawan yang lainnya.

“Usai status darurat bencana dicabut, kami memberangkatkan tim kedua untuk bergerak dalam recovery pasca bencana,” terang Lina.

Untuk recovery, bantuan disalurkan untuk membangun kembali Musholah yang roboh bertempat di Bale Kuthang Gp Sagoe Kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya Aceh.

Berikut dilaporkan Syamsul Hidayat Lubis yang tergabung dalam tim kedua, langsung dari lokasi pada Ahad (1/1/2017):

Tim UIN Jakarta melakukan pergerakan dengan berkoordinasi dengan Kepala Desa (Keuchik) Bapak Azhar. Beliaudatang ke pos kami dan bersama-sama menuju Meunasah Bale Kuthang untuk melihat bersama kondisi meunasah tersebut.

Bapak Keuchik menjelaskan bahwa kondisi dari meunasah tersebut belum ada yang membantu untuk mengelola perbaikannya. Kami meminta izin kepada beliau untuk mengadakan musyawarah bersama tokoh-tokoh masyarakat setempat.

Saat kami berada di meunasah, kami juga bertemu dengan Imam Teungku Ibrahim dan beliau menyepakati adanya musyawarah bersama warga pada pukul 15.00 WIB.

Musyawarah dihadiri oleh beberapa tokoh masyarakat seperti sekretaris desa, kepala dusun, ketua pemuda, ketua meunasah, kepala tukang dan tokoh-tokoh adat di Bale Kuthangalhamdulillah terealisasi.

Kami mengundang juga kawan-kawan dari Habitat for Humanity Indonesia yang diwakili empat orang dengan koordinator Bapak Eddy. LSM ini merupakan lembaga yang bergerak dalam konsultan bangunan yang baik dan benar sesuai aturan pembangunan.

Adapun hasil musyawarah kami dengan warga Dusun Bale Kuthang menghasilkan kesepakatan bahwa meunasah akan di perbaiki, struktur pondasinya diperkokoh dengan tetap menggunakan sebagian besar bahan-bahan meunasah yang masih bisa digunakan.

Selain targetan utama yang dilakukan Tim kami mengenai pembangunan meunasah, kami juga membuat targetan tambahan dengan menambah tempat wudhu, berupa tangki untuk tempat wudhu masyarakat agar lebih mudah.

Dari hasil kesepakatan juga bahwa hari Jumat tanggal 30 Desember 2016 akan dilaksanakan pembongkaran bersama Meunasah. Gotong royong ini dilakukan untuk mendata bahan bangunan mana yang masih bisa digunakan.

Selain fokus di rekontruksi, tidak lupa juga tugas lain untuk Trauma Hiling masih tetap berlangsung. Kami mempersiapkan bingkisan untuk penutupan psikososial di Desa Meue dengan membuat paket berupa buku tulis, pulpen, pensil, penghapus dan serutan sebanyak 50 paket yang diberikan kepada anak-anak di pengungsian di Desa Meue.

Hal ini dilakukan (penutupan)agar target kami dapat lebih fokus di Desa Sagoe. (mf)