Ramadhan di Kanada (4): Pencak Silat di Bumi Maple

Ramadhan di Kanada (4): Pencak Silat di Bumi Maple

[caption id="attachment_18578" align="alignleft" width="300"] Ali Hudaibi saat Buka Puasa Bersama salah satu keluarga MIIT Kanada (Masyarakat Islam Indonesia Toronto Kanada)[/caption]

Kanada, BERITA UIN Online—Siapa yang tak kenal dengan olahraga bela diri yang satu ini, tidak hanya di Indonesia atau negara-negara tentangga, olahraga ini sejak tahun 1987 sudah dikenal hingga ke manca negara.

Pencak Silat, merupakan salah satu seni bela diri asli Indonesia. Beberapa riwayat mengatakan bahwa, bela diri Pencak Silat telah tumbuh dan menyebar di bumi nusantara sekitar abad ke 7 masehi. Walau belum terdapat keterangan pasti, siapa penemu sekaligus penyebarluas aliran beladiri mematikan nomor wahid tersebut.

Bicara mengenai ketenaran bela diri Pencak Silat, sebelum Ali Hudaibi SSI Lc MA (Pengajar di Pesantren Hadis Darus Sunnah dan Imam di Masjid Jami’ Student Center, UIN Jakarta), mendapatkan tugas menjadi imam di Masjid Sayeda Khadija Center, Toronto, Kanada, dirinya kedatangan tamu dari Kota Hujan, bapak Ujang namanya. Di dunia persilatan Indonesia, nama Pak Ujang sudah tidak asing lagi. Ia merupakan salah satu master ahli dibidang seni beladiri pencak silat. Konon, seluruh level sabuk telah diraihnya.

Kepada Ali, Pak Ujang bercerita panjang lebar perihal dunia silat. Mulai dari berdirinya organisasi Pencak Silat di Indonesia, yang dikenal dengan IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia), dan organisasi yang mewadahi federasi-federasi pencak silat di berbagai negara yang dikenal dengan PERSILAT (Persekutuan Pencak Silat Antar Bangsa). Tak terlewatkan, Pak Ujang pun melengkapi ceritanya dengan asal-muasal masuknya pengaruh budaya dan agama.

Tidak hanya mahir dalam beladiri semata, pak Ujang pun faham mengenai jenis-jenis pencak silat yang ada di Indonesia, tentunya dengan nama-nama yang berbeda sesuai aliran Pencak Silat yang diajarkan. Di Jawa Barat misalnya, terkenal dengan aliran Cimande dan Cikalong, di Jawa Tengah terkenal dengan Merpati Putih, di Jawa Timur terkenal dengan sebutan Perisai Diri, dan di Minangkabau silat di sebut dengan Silek yang dipopulerkan oleh Datuk Suri Diraja.

[caption id="attachment_18579" align="alignright" width="165"] Ali Hudaibi bersama Didin Kuntjoro (Pelatih Pencak Silat, Toronto, Kanada)[/caption]

Selain di Indonesia, silat juga dikenal di semenanjung Malaysia dan Singapura dengan nama alirannya yaitu gayong dan cekak. Di Thailand, pencak silat dikenal dengan nama bersilat, dan di Filipina selatan dikenal dengan nama pasilat. Dari namanya, dapat diketahui bahwa istilah "silat" paling banyak menyebar luas, sehingga diduga bahwa bela diri ini menyebar dari Sumatera ke berbagai kawasan di rantau Asia Tenggara.

Silat Eksis di Kanada

Tidak hanya negara-negara Asia, silat juga dikenal di beberapa negara Eropa dan Amerika. Toronto, Kanada contohnya, Ali dipertemukan dengan salah satu warga MIIT Kanada (Masyarakat Islam Indonesia Toronto Kanada) yang bernama bapak Didin Kuntjoro yang berasal dari Malang Jawa Timur.

Di sela-sela kesibukannya, pak Didin menyempatkan untuk berbagi ilmu seni bela diri silat kepada saudara-saudara Muslim yang ada di sana. Bertempat di Sayeda Khadija Centre, hingga saat ini sedikitnya ratusan orang telah menjadi anak didik yang dilatih oleh pak Didin. Mereka tertarik untuk mempelajari sekaligus menjaga kelestarian ilmu seni bela diri Pencak Silat, dan juga untuk menjaga kebugaran tubuh.

Tak hanya muslim yang berasal dari Indoensia saja, banyak penduduk Muslim pribumi ikut serta mempelajari seni bela diri Pencak Silat tersebut. Termasuk imam Sayeda Khadija Centre, Prof Dr Hamid Slimi, dirinya mengaku sangat menyukai seni bela diri khas Indonesia ini. Bahkan berencana membuka sekolah khusus pencak silat di sini.

Di sela-sela ceramahnya, Prof Hamid Slimi beberapa kali mengatakan bahwa, orang Islam itu harus baik otaknya (cara berpikirnya), bagus hatinya (spritualnya), dan sehat badannya (kuat).

Kiranya, dari cerita diatas dapat dipetik beberapa pelajaran yang mungkin berguna bagi kita semua. Diantaranya, bagaimana kita sebagai warga Indonesia tidak mensyukuri karunia Allah Swt, dengan berbagai kekayaan baik SDA, SDM dan kekayaan budaya-budaya lokal yang diakui dunia.

Selanjutnya, pencak silat sejatinya tidak sekedar sebagai olah raga, atau seni bela diri, dan ajang atraksi semata. Lebih jauh, pada era penyebaran agama Islam, pencak silat turut menjadi alat penunjang perjuangan (dakwah) menegakkan ajaran Allah di bumi Nusantara ini, terutama ketika dibutuhkan.

Mengingat, berjuang (berdakwah) menegakkan ajaran Allah itu wajib bagi setiap Muslim dengan berbagai cara, maka dalam berdakwah dibutuhkan “amunisi” sebagai penunjang kesuksesan dakwah tersebut.

Mari kita simak bersama firman Allah Swt, yang artinya:

"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)." (QS. Al-Anfal (8): 60). Bersambung… (lrf)