Prof Kenji Mishima: Nanoteknologi Pendorong Utama Industri dan Ekonomi

Prof Kenji Mishima: Nanoteknologi Pendorong Utama Industri dan Ekonomi

Reporter: Hamzah Farihin

Gedung FST, BERITA UIN Online - Kata ‘nano’ mungkin masih asing di telinga masyarakat umum, tetapi bagi masyarakat industri, kata ini merupakan kunci masa depan perkembangan industri mereka. Karena teknologi nano merupakan salah satu teknologi yang dianggap sebagai pendorong utama pertumbuhan industri dan ekonomi di segala bidang saat ini.

Demikian disampaikan salah Prof Kenji Mishima dari Universitas Fukuoka Jepang saat menjadi narasumber dalam seminar “Development of Nano Material for Health” yang diselenggarakan Fakultas Sains dan Teknologi (FST) di Ruang Teater, Sabtu (22/10).

Kunjungan Prof Kenji ke FST merupakan kunjungan balasan dalam rangka melanjutkan Memorandum of Understanding (MoU) antara FST dengan Fakultas Engineering Universitas Fukuoka Jepang. Sebelumnya, pada September 2011 sejumlah mahasiswa FST dan dosen mengunjungi Jepang dalam rangka Student Exchange.

Menurut Kenji, sesuai namanya nanoteknologi mencakup pengembangan teknologi dalam skala nanometer (nm), biasanya 0,1 sampai 100 nm (satu nanometer sama dengan 1/1.000 mikro meter atau sepersejuta millimeter). Istilah ini kadang kala diterapkan ke teknologi sangat kecil. Sedangkan arti nanoteknologi sendiri adalah ilmu dan teknik menyusun dan mengontrol atom demi atom atau molekul demi molekul untuk membuat new world atau era kehidupan baru.

Pada bidang farmasi dan medis tambah dia, perkembangan nanoteknologi telah banyak dicapai dan diaplikasikan dalam kehidupan manusia. Salah satu topik yang kini menjadi perhatian adalah sistem penghantaran obat (drug delivery system). Nanoteknologi telah dapat merekayasa obat hingga dapat mencapai sasaran dengan dosis yang tepat, termasuk peluang untuk mengatasi penyakit-penyakit berat seperti tumor, kanker dan HIV.

Bahkan, lanjut dia, produk nanoteknologi dalam bidang kesehatan dapat meningkatkan kualitas hidup manusia. “Namun nanoteknologi tidak hanya memberi manfaat, efek samping dari perekayasaan skala atom ini juga tengah banyak diteliti. Oleh karena itu regulasi dan pengawasan dari produk nanoteknologi ini juga harus diperhatikan,” kilahnya.

Salah satu bidang nanoteknologi yang saat ini sedang ramai diteliti dan dikembangkan adalah nano kitosan. Kitosan merupakan polisakarida yang diperoleh dari hasil deasetilasi kitin, polimer kedua terbanyak di alam yang umumnya berasal dari limbah kulit hewan Crustacea.

“Dibandingkan kitin yang bersifat inert, kitosan relatif lebih reaktif dan mudah diproduksi dalam bentuk serbuk, pasta, film dan serat. Dengan sifat biokompatibilitasnya, potensi kitosan untuk dikembangkan sebagai bahan aktif dan bahan pembantu dalam industri makanan dan farmasi sangatlah tinggi,” terangnya.

Sebagai bahan aktif, sambung dia, kitosan bermanfaat dalam mempercepat penyembuhan luka (wound healing) dengan sifatnya yang mampu meningkatkan proliferasi fibroblast sekaligus sebagai antibakteri.

Dewasa ini, penggunaan kitosan sebagai bahan pembantu difokuskan pada pengembangan sistem penghantaran obat. Kitosan merupakan matriks yang efektif dalam mengendalikan laju pelepasan obat.

“Hal ini terutama bermanfaat untuk senyawa-senyawa anti kanker. Kitosan dalam bentuk mikro dan nanopartikel telah digunakan dalam formulasi obat-obat mukoadhesif, perbaikan laju disolusi untuk obat-obat dengan kelarutan yang rendah, penghantaran obat bertarget, serta peningkatan absorpsi senyawa obat dalam bentuk peptide,” ujarnya.

Nanoteknologi sedang dikembangkan di negara-negara maju seperti Amerika, Kanda, Jepang, Australia dan negara-negara Eropa serta beberapa negara Asia, seperti Tiongkok, Korea, Singapura dan Iran.

“Tidak tanggung-tanggung banyak dana telah dikeluarkan oleh negara-negara tersebut dalam penelitiannya, dikarekan dunia industri mengintegrasikan mesin dalam ukuran kecil tetapi memiliki fungsi yang maksimal dan membutuhkan sedikit energi,” tegasnya. []