Pramuka UIN Jakarta Mengajar di Negeri Ginseng

Pramuka UIN Jakarta Mengajar di Negeri Ginseng

[caption id="attachment_14961" align="aligncenter" width="579"]Rosa Lina Permata Nurani (mengenakan scraft) foto bersama peserta didik seusai memberikan bimbingan bahasa Inggris di Suncheon, Korea Selatan. Selama berada di negeri Ginseng itu, Rosa juga mengajarkan anak-anak tentang pendidikan karakter melalui belajar sambil bermain. (Foto: Istimewa) Rosa Lina Permata Nurani (mengenakan scraft) foto bersama peserta didik seusai memberikan bimbingan bahasa Inggris di Suncheon, Korea Selatan. Selama berada di negeri Ginseng itu, Rosa juga mengajarkan anak-anak tentang pendidikan karakter melalui belajar sambil bermain. (Foto: Istimewa)[/caption]

Gedung Rektorat, BERITA UIN Online – Seorang anggota Gerakan Pramuka UIN Jakarta bernama Rosa Lina Permata Nurani (25) pada musim dingin ini memperoleh kesempatan untuk mengajari anak-anak usia sekolah dasar di Korea Selatan. Ia, bersama enam Pramuka lain dari lima negara, datang sebagai relawan yang disponsori Suncheon Asia Pasific Scout Center (SAPSC), sebuah lembaga pendidikan dan pelatihan Pramuka yang berpusat di Suncheon.

Dalam surat eletroniknya dari Suncheon, Korea Selatan, yang dikirimkan kepada BERITA UIN Online, Senin (19/12/2016), alumnus Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Jakarta tahun 2015 itu berada di negeri Ginseng selama tiga bulan sejak awal September hingga akhir Desember 2016.

“Sebagai relawan, saya ditugaskan di wilayah Suncheon. Di sini saya mengajari anak-anak berbagai keterampilan, seperti bahasa Inggris dan permainan domino untuk pembentukan karakter,” katanya.

Menurut wanita yang biasa disapa Ocha itu, ia merupakan Pramuka Indonesia satu-satunya yang mendapat tugas di Korea sebagai relawan. Lima relawan lain berasal dari Serbia, Bosnia, India, dan Kamboja. Rosa terpilih sebagai relawan Pramuka setelah melalui proses seleksi cukup ketat yang diselenggarakan pihak sponsor.

“Dari lima negara itu, hanya Kamboja yang mengirimkan relawannya sebanyak dua orang,” jelasnya.

Rosa menjelaskan, kegiatan mendidik dan memberi keterampilan kepada anak-anak Korea dilakukan tim relawan secara rutin selama sepekan, kecuali Sabtu dan Minggu atau hari libur. Pada hari-hari tersebut, kegiatan diisi dengan berlibur ke tempat-tempat wisata. Untuk memudahkan pembelajaran, anak-anak selama masa itu diwajibkan tinggal di asrama. Mereka belajar sejak pagi hingga malam hari.

“Pesertanya setiap hari berganti-ganti. Sedangkan media pembelajarannya lebih banyak menggunakan gambar dan video,” ujarnya.

Rosa menambahkan, tugas relawan tak hanya mengajari anak-anak dalam berbagai bidang keterampilan tetapi juga memberikan informasi mengenai kebudayaan negara asal masing-masing peserta. Hal itu bertujuan agar anak-anak memiliki pengetahuan dan wawasan luas serta diharapkan dapat membentuk sikap saling menghargai. (ns)