Pemikiran Said Nursi Miliki Pengaruh Besar dalam Kehidupan Bernegara

Pemikiran Said Nursi Miliki Pengaruh Besar dalam Kehidupan Bernegara

 

Reporter: Irma Wahyuni

Kampus UMJ, UINJKT Online –Pemikiran Islam Badi’uzzaman Said Nursi, tokoh tasawuf, mufassir sekaligus pemikir Islam terkemuka asal Turki, akan memiliki pengaruh besar terhadap keagamaan modern jika diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di masa kini.

Hal itu diungkapkan Prof Dr Faris Kaya dari Istanbul Foundation for Science and Culture pada simposium internasional bertajuk “Peace in Islam: Said Nursi’s Thought on Social Harmony, Education and Revivalism” yang digelar dua hari di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) dan UIN Jakarta, Kamis-Jumat (23-24/7).

Menurut Faris, Said Nursi setidaknya telah melakukan perubahan cukup besar saat terjadi revolusi di Turki. Ia dikenal bukan hanya tokoh pembaharu dalam bidang pendidikan di Turki, tetapi juga bagi kedamaian di seluruh dunia.

“Dalam situasi di mana agama dipandang sebagai musuh negara, maka bergerak dalam bidang moral menjadi pilihan yang lebih bertanggung jawab bagi Nursi daripada mengasingkan diri,” katanya.

Namun, menurutnya, Said Nursi tetap arif dalam menanggapi polemik Islam dan modernitas yang sedang melanda Turki. Seperti halnya kehidupan beragama di Indonesia terkait dengan isu-isu terkini. Ia memaparkan, masalah terbesar dalam kehidupan beragama adalah “penolakan”. Penolakan ini bisa dibenahi dengan memenej kesamaan dan perbedaan tiap-tiap golongan.

“Said Nursi berprinsip ‘tidak ada politik atas nama agama’, tetapi gunakan agama untuk kehidupan berpolitik,” tandas Faris.

Terkait dengan hal itu, Prof Dr Yunus Cengel dari Nevada University USA memberikan pandangan bahwa pemikiran berbasis islam yang diusing Said Nursi tidak lain bertujuan untuk mempersiapkan kehidupan akhirat dan dilaksanaan tanpa paksaan.

Menurut Prof Dr Yunus Cengel, Said Nursi adalah orang yang sangat menghargai kebebasan karena kehendak bebas adalah nalusi alamiah yang diciptakan Tuhan pada diri manusia. Oleh karena itu, tidak seorang pun yang boleh menahan naluri kebebasan tersebut. Kebebasan untuk bersikap, berbicara, memilih dan menentukan hidup.

Ia memaparkan, Allah menciptakan manusia dengan dua sisi; malaikat dan binatang. Manusia bebas memutuskan untuk lebih menuruti unsur malaikat atau binatang dalam dirinya masing-masing, namun tentu saja segalanya akan diminta pertanggung jawaban kelak.

Begitupun dengan kehidupan berpolitik dan bernegara. Ia menjelaskan, manusia bebas untuk menentukan cara yang dia pilih; kehidupan negara yang sehat di mata Tuhan dan di mata manusia atau yang menghalalkan segala cara, dengan saling menghisap dan menjatuhkan seperti naluri kebinatangan.

Â