Pembaca Indonesia Masih Butuh Penerjemah

Pembaca Indonesia Masih Butuh Penerjemah

Aula Madya, BERITA UIN Online— Masyarakatpembaca di tanah air masih sangat bergantung pada terjemahan dalam menikmati produk pemikiran dan sastra dunia akibat keterbatasan penguasaan bahasa asing. Untuk itu, seorang penerjemah menduduki peran penting dalam menyediakan karya-karya terjemahan pemikir dan sastrawan dunia.

Demikian disampaikan Guru Besar UIN Jakarta Prof Dr Nabilah Lubis MA dalam Seminar Nasional Jurusan Tarjamah, Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) bertajuk Penerjemahan Karya Sastgra: Antara Teks dan Estetika, Kamis (22/10). Dalam seminar ini, Nabilah menyajikan makalah Tantangan dan Peluang Penerjemahan Sastra Indonesia ke dalam Bahasa Arab.

Nabilah yang juga penerjemah Novel Habibie dan Ainun ke dalam Bahasa Arab ini menuturkan, Indonesia merupakan konsumen karya sastra dunia yang cukup besar. Sayangnya, sebagian besar pembaca memiliki keterbatasan penguasaan bahasa asli masing-masing karya sastra dunia.

“Ini mendorong kebutuhan akan karya-karya terjemahan yang berkualitas,” kata Pemimpin Umum Majalah Alo Indonesia.

Masalahnya, lanjut Nabilah, jumlah penerjemah yang kompeten masih sangat sedikit dibanding buku-buku yang harus diterjemahkan. Kendala lainnya, para penerjemah yang ada kurang tertantang untuk berlatih dan cenderung berorientasi imbalan dibanding membuat karya terjemahan berpengaruh.

Sementara itu, Prof Dr Sukron Kamil M.Ag yang menyajikan makalah Teori dan Kritik Penerjemahan Bahasa Arab mengungkapkan, penerjemahan karya-karya sastra dunia membutuhkan keahlian berbahasa. Ini bertujuan agar kualitas karya terjemahan tidak terlalu jauh dari kualitas produk sastra berbahasa aslinya.

Kondisi demikian, sambungnya, tidak jarang menjadi kendala tersendiri bagi penerjemah. “Sebab ketika diterjemahkan terjadi tarik menarik antara teks asli dan terjemahan. Karena menerjemahkan itu membandingkan dua struktur bahasa yang berbeda,” paparnya.

Ketua Jurusan Tarjamah Dr Syarif Hidayatullah M.Hum menambahkan, pentingnya karya terjemahan menjadi peluang bagi mahasiswa unuk menghasilkan karya terjemahan berpengaruh. “Untuk itu, mahasiswa harus lebih inovatif dan mendunia (dengan karya-karya terjemahannya, red.),” katanya. (TAM)